Mohon tunggu...
Dara Rinaldi Putri
Dara Rinaldi Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - satu dari ribuan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di salah satu dari ratusan universitas yang ada di Indonesia

nothing special in me. but i guess, for someone maybe iam in spesial one.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Urgensi Peningkatan Keamanan Siber melalui Cyber Diplomacy: Amerika Serikat dan Rusia

3 Desember 2021   11:33 Diperbarui: 3 Desember 2021   11:56 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu cara berdiplomasi yang dilakukan oleh negara adalah dengan cara soft power, soft power adalah cara atau langkah yang dilakukan oleh suatu negara untuk meningkatkan eksistensi negaranya di mata dunia namun dengan cara yang tidak dilihatkan atau tidak terang-terangan namun memberikan hasil yang dapat menguntungkan negara yang berdiplomasi. Soft power dapat dilakukan melalui kebudayaan, pemerintahan, ideologi, bahkan pendidikan. Banyak negara yang memilih untuk melakukan diplomasi dengan cara soft power daripada hard powe.

Salah satu mentuk soft power adalah melalui diplomasi siber, diplomasi siber adalah upaya praktik internasional yang dihadirkan untuk membangun masyarakat siber internasional yang bijak dengan menjadi penghubung antara kepentingan nasional negara dan dinamika masyarakat dunia dan bertujuan untuk menjaga perdamaian antara dunia dalam ranah dunia maya atau siber (iskandar hamonangan, 2020). namun ada juga negara yang lemah dalam melakukan soft power, salah satunya yaitu Rusia. Rusia yang dipimpin oleh Vladimir Putin selama hampir 2 dekade ini dari tahun 2016 hingga tahun 2019 tetap berada di bottom five dari index tahunan soft power dunia. Salah satu framework dari soft power adalah engagement, yaitu kerjasama atau aliansi negara dengan negara lain. Hal tersebut tidak sejalan dengan Rusia yang pernah cekcok dengan Amerika serikat periha salah satu perjanniannya yaitu perjanjian rudal nuklir.

Dalam hubungan bilateralnya, Amerika serikat dan Rusia memang masih tidak dapat membangun pemahaman yang sama terkait kerjasamanya dibidang diplomasi keamanan siber. Kedua negara ini saling bertentangan dan bertindak layaknya musuh dengan menjaga kerahasiaan keamanan masing-masing alih-alih beraliansi berkomitmen untuk menjaga dan melindungi kepentingan bersama di dunia yang serba penuh digital ini.

Amerika serikat dan Rusia memiliki masalah keamanan siber dari dua sudut yang berbeda, dalam kasus Amerika serikat, amerika lebih berfokus pada pendekatan penegakan hukum di tingkat domestic dengan kolaborasi internasional yang bersifat sukarela, sementara dalam kasus Rusia, rusia lebih berfokus pada pengembangan rezim internasional yang lebih mengikat.

Dan perbedaan lainnya antara Amerika dan Rusia adalah Rusia mendukung kontrol sosial internet sebagai media sedangkan Amerika serikat sebagian besar tidak melakukan kontrol itu. Namun demikian, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang terjadi di kedua negara super power tersebut, pada bulan Desember 2009 dalam pertemuan bersama komite PBB mengenai peluncuran senjata dan keamanan internasional untuk memperkuat keamanan internet dan membatasi aturan ketat di dunia maya, Amerika serikat dan Rusia setuju untuk bekerjasama.

Meskipun dulu pernah menolak Rusia, namun setelah beberapa tahun Amerika serikat akhirnya dengan tegas memutuskan sebuah perubahan kebijakan besar, pada tahun 2009 saat pemerintahan Obama masih berjalan, Obama menjelaskan bahwa akan meningkatkan keamanan siber ke tingkat yang baru dan lebih baik lagi (Austin, 2010).

Dari Spionase dan Perang siber ke Diplomasi Cyber

Di era dunia yang dipenuhi dengan kegiatan yang dihubungkan dengan digital, kita menghadapi bahaya yang jelas dan nyata. Informasi dari sumber rahasia, ancaman-ancaman dari ruang siber serta kelalaian dalam penggunaan media sosial dan kurangnya pemahaman serta kesadaran sebagian masyarakat dalam menggunakan jejaring sosial sehingga membuatnya tidak bijak dalam bertindak hingga menjadi perhatian khusus dan keresahan yang cukup serius bagi pemerintah. Dalam kebijakan keamanan siber yang diumumkan oleh presiden Obama pada 29 Mei so19 lalu, menunjukkan bahwa Amerika serikat sadar bahwa pentingnya untuk meningkatkan keamanan siber di negaranya.

Hal ini didasarkan juga atas laporan pada desember 2008 lalu yang menyebutkan bahwa perang siber telah melumpuhkan Amerika serikat dalam melindungi dunia maya, salah satunya masalah keamanan nasional. Dan juga pada tahun 2000, presiden Rusia menandatangani sebuah doktrin keamanan informasi. Hal ini juga didasari karena Rusia pernah berada dalam situasi buruk mengenai keamanan data yang merupakan rahasia negara. 

Dunia siber atau dunia maya memiliki kerentanan yang sangat besar untuk semua orang, mulai dari informasi pribadi yang dimuat didalamnya, catatan transakti di bank, perihak control dan rekam medis yang cukup sensitive, hingga control pada senjata yang cukup ditakuti banyak negara yaitunya nuklir, pembangkit listrik, dan rudal nuklir. Untuk melindungi jaringan dara, dan informasi penting, Amerika serikat dan Rusia dan juga negara-negara lain telah melakukan beberapa upaya strategi untuk menjaga pertahanan. 

Karena tingginya tingkat konektivitas lintas batas di dunia siber, pendekatan baru untuk keamanan siber harus memperhitungkan skala internasional. Jadi, sebagai gantinya secara ekslusif ingin berfokus pada pertahanan dinia maya atau perang dunia maya, merupakan hal penting untuk memulai mengembangkan diplomasi siber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun