Mohon tunggu...
Jemmi Saputera
Jemmi Saputera Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekejaan Jurnalis, Tamatan S1 Komunikasi STISIPOL Candradimuka Palembang

Wartawan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menasehati Diri Sendiri dan Rasa Malu yang Hilang

27 Januari 2022   15:10 Diperbarui: 27 Januari 2022   15:14 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Jemmy Saputera

Dulu ketika bermain, para anak gadis di zaman itu menolak untuk disentuh tangannya oleh laki-laki karena memiliki rasa malu. Begitu juga sebaliknya, banyak anak lelaki yang tidak mau duduk satu meja dibangku sekolah karena ada rasa malu walaupun terkadang itu merupakan salah seroang kerabat dekat.  Lalu pertanyaanya adalah, kemana rasa malu itu kini..?

Sejarah mencatat bahwa 21 tahun yang lalu, miliaran orang di seluruh dunia menyambut periode Milnium Baru yang penuh dengan gaya dan peradaban yang baru pula. Disadari atau tidak, perkebangan zaman di awal millennium tersebut telah menggusur nilai-nilai ketimuran mengenai sikap sopan santun, rasa malu, ramah tamah, saling menghargai, menghormati, rukun, dan memegang teguh prinsip nenek moyang.Namun kini semua itu seolah sirna seiring berjalannya waktu dan kemajuan zaman.

Ustadz Abdul Somad (UAS), dalam tausiyahnya di chanel abdulsomad official mengatakan, jika rasa malu telah hilang dari diri seseorang, itu adalah pertanda bahwa Allah telah mencabut rasa malu dalam dirinya.

" Ini juga merupakan sebuah pertanda yang akan mendorongnya berbuat sekehendak hati tanpa mempertimbangkan kembali baik dan buruknya sebuah keputusan. Oleh sebab itu, sebaik-baik seorang Muslim  adalah mereka yang sangat memelihara rasa malu dan tidak mempermalukan orang lain maupun dirinya sendiri," ungkap UAS

Satu sisi yang lain, kata UAS kita selalu disuguhi dengan tayangan kurang pantas yang di pertontokan beberapa orang yang dengab bangganya berbuat dosa.Mereka ini kata UAS, adalah orang yang dicabut nikmatnya rasa malu dalam hidupnya.

" Tahu itu, yang pakai rompi orange, kok ketawa ketiwi, melambaikan tangan seolah tak bersalah. Ada juga orang yang berbuat asusila dengan bangganya dan terang-terangan mengakuinya tanpa rasa menyesal. Itu kan artinya, hatinya telah dikunci dari rasa malu,"tuturnya.

" Malu untuk menjadi tameng bagi munculnya perilaku yang tak pantas dalam kehidupannya.Contoh, malu ketika berbuat tak jujur, malu tatkala duduk berduan dengan yang bukan muhrimnya. Bahkan malu ketika bicara menyakiti perasaan orang lain," tambahnya.

Untuk diketahui bersama, Islam selalu mengajarkan kepada sikap untuk saling ingat mengingatkan. Baik dalam perkara yang baik maupun yang buruk. Kendati demikian, Rasulullah SAW pun memberikan contoh kepada pengikutnya untuk tidak mempermalukan orang lain, meskipun dengan niat untuk menasehati.dalam kata yang lain, berikanlah nasehat dengan rahasia jangan di hadapan banyak orang dengan tujuan tidak membuat seseoang menjadi malu. Oleh Karena itu, nasehat harus disampaikan secara rahasia kepada seseorang yang membutuhkan penyempurnaan atas kesalahannya.

Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: "Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia... Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya." (Jami' Al 'Ulum wa Al Hikam, halaman 77)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun