Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis menempuh pendidikan jurusan Fisika, pernah menerbitkan buku solo Pesona Fisika, Gus Ghufron, dan beberapa antologi baik puisi maupun cerpen. Semoga tulisannya dapat bermanfaat bagi pembaca. Jejak tulisannya dapat dibaca di https://linktr.ee/danusupriyati07

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Fleksibilitas PR Sebagai Media Belajar Anak

2 November 2022   21:35 Diperbarui: 2 November 2022   21:44 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fleksibilitas PR Sebagai Media Belajar Anak


Pekerjaan rumah (PR) sangat identik dengan deretan soal yang harus dikerjakan murid lalu dikumpulkan keesokan hari dengan resiko sangsi ringan hingga berat. Fix! Itu PR model jadul. Model PR seperti itu sangat menjemukan dan menjadi beban mental tersendiri bagi anak.

Ungkapan PR sama dengan belajar tidak bisa disalahkan karena realitanya anak condong "mau" membuka buku ketika ada sangkut pautnya dengan PR dari sekolah.


Jika intensitas PR terlalu berat ke anak yang ada justru sebatas mengejar deadline tanpa diimbangi penyerapan materi yang optimal. PR yang menarik adalah yang mampu memancing rasa penasaran anak. Hal seperti ini mau tidak mau akan menuntun anak ke arah materi yang bersangkutan. Belajar juga tidak terpusat pada teksbook semata. Sumber pustaka zaman modern menyuguhkan ragam pilihan. Internet adalah favorit anak yang penggunaannya sudah unlimited. Kita tidak bisa memenggal kebutuhan internet begitu saja. IT sangat diperlukan dalam globalisasi salah satunya di bidang pendidikan. Namun penggunaan internet pada anak sebaiknya tetap dilakukan dengan pendampingan dan pengawasan yang ketat. Secara teknis guru maupun orang tua dapat membatasi akun sang anak dari konten yang berbahaya.


Sudah saatnya merombak tatanan PR agar lebih lunak sehingga murid tidak merasa terbebani. Kreatifitas guru untuk memberikan tugas tambahan di rumah dituntut agar lebih bervariasi. PR yang asyik berisi inovasi yang tidak dibatasi keharusan kerjakan, selesaikan dan kumpulkan. 

PR itu alangkah baiknya memuat pendalaman materi yang telah dipelajari sebelumnya yang setiap drafnya tidak melulu tentang soal. Implementasi yang tepat  akan menghapus doktrin PR yang penuh beban. Inovasi yang bagus akan menutup pandangan negatif tentang PR yang menjemukan. Sehingga fleksibilitas PR sebagai media belajar anak pun dapat terwujud tanpa harus diwarnai drama asal guru senang dan yang penting gugur kewajiban. Terima kasih.


Kebumen, 2 November 2022
Penulis : Danu Supriyati, S.Si

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun