Hasil quick count Pemilu 2014 sudah dapat kita baca di berbagai media. Baik itu media televisi, media cetak maupun media online. Dan Pemilu kali ini, PDIP walaupun menempati posisi paling atas tetapi persentsai yang didapat tidak mencapai angka 20%, dan itu berarti PDIP harus berkoalisi dengan partai lainnya untuk dapat mengajukan capresnya, dengan siapa PDIP akan berkoalisi tentu semuanya ada ditangan Ketua Umum PDIP itu sendiri.
Dan kali ini saya bersyukur karena PDIP tidak mencapai angka yang semestinya dapat mengajukan capres tanpa berkoalisi dengan partai lainnya. Kenapa saya bersykur karena ada beberapa hal sebagai berikut ini.
1. Euforia Jokowi Effect
Banyak yang beranggapan bahwa Pemilu kali ini Jokowi tidak berdampak signifikan dengan kemenangan PDIP, sehingga banyak yang meragukan apakah Jokowi akan memenangkan pemilihan presiden nantinya. Sebenarnya banyak pemilih yang enggan untuk memilih legislatif dari PDIP tetapi mereka tetap akan cenderung memilih Jokowi. Kenapa demikian? Karena banyak kader PDIP di legislatif yang tersangkut dengan kasus korupsi. Dengan kata lain PDIP tidak lah sebersih yang diperkirakan.
Dengan pencapaian yang hanya 19% versi quick count, membuat lawan-lawan politik mulai menganggap remeh Jokowi. Dan mereka beranggapan bahwa Jokowi tidaklah sedashyat yang diperkiraan orang. Dengan menganggap remeh Jokowi maka ada kemungkinan lawan-lawan politiknya menjadi lengah. Serangan-serangan kepada Jokowi baik kampanye hitam maupun kampanye negatif tidak akan sedashyat apabila PDIP memperoleh angka sekitar 30-35%
2. PDIP tidak dapat menentukan Cawapresnya Sendiri
Inilah yang paling ditakutkan oleh pemilih PDIP. Tak salah dan tak bukan adalah pemilihan cawapres pendamping Jokowi. Kalau PDIP dapat dengan leluasa menentukan cawapresnya, maka ada kemungkinan PDIP akan mencalonkan dari trah Soekarno seperti Puan ataupun Pradana. Padahal calon-calon ini untuk saat ini sangat dihindari oleh pemilih.
Dengan adanya koalisi dengan partai lain, maka ada kemungkinan partai-partai pendukung juga dapat sumbang saran mengenai cawapres pendamping Jokowi. Dengan demikian ada tawar menawar nantinya. Dan kita harapkan calon pendamping Jokowi adalah calon-calon yang benar-benar dikehendaki oleh Rakyat dan bukan yang dikehendaki oleh PDIP.
3. PDIP harus Instrospeksi Diri
Selama ini PDIP terlena oleh popularitas Jokowi, sehingga semua-semuanya diserahkan kepada Jokowi. Akhirnya kader-kader yang lain tidak berjuang secara maksimal untuk mencapai kemenangan. Nama Jokowi dijual kemana-mana, sedangkan para caleg PDIP hanya menunggu nasib saja.
Padahal banyak warga yang pergi ke TPS pada tanggal 9 April kemarin, karena mengira bahwa mereka akan memilih Jokowi. Tetapi apa lacur, foto Jokowi tidak ada di lembar yang mereka dapat dari KPPS. Mereka bingung tak tahu harus memilih siapa. Akhirnya mereka menyoblos tanpa melihat foto siapa yang mereka tusuk.