Mohon tunggu...
Ramadhani Perdana
Ramadhani Perdana Mohon Tunggu... profesional -

Lagi berusaha cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat Cinta Kepada Presiden yang Baru

25 Juli 2014   18:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:15 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Yth. Bapak Ir. H. Joko Widodo

Presiden Republik Indonesia 2014 -2019

di tempat


Bapak Joko Widodo yang saya hormati....

Sebelumnya saya mendoakan Bapak beserta keluarga dalam keadaan sehat wal afiat tidak kurang satu apapun. Bapak Joko Widodo, ini adalah kali kedua saya mengirim surat kepada Bapak. Pertama kali saya mengirim surat kepada Bapak adalah ketika Bapak besertawakil Bapak memproklamirkan kemenangan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih dari atas kapal Pinisi di pelabuhan Sunda Kelapa. Saya menyadari dengan rutinitas yang Bapak jalani, mungkin Bapak belum sempat untuk membaca dan membalasisurat yang saya kirimkan tersebut. Lagi pula mungkin tidak hanya saya yang mengirimkan pesan kepada Bapak. Diluar sana mungkin ada ratusan bahkan ribuan surat yang masuk kepada Bapak sebagai bentuk dukungan dan ucapan selamat atas terpilihnya Bapak sebagai Presiden yang baru.

Bapak Joko Widodo yang saya hormati....

Apakah Bapak masih ingat ketika kampanye dulu, Bapak pernah di bully gara- gara tidak bisa berwudhu dengan benar? Atau Bapak masih ingat ketika keislaman Bapak sempat diragukan sebagian orang? Sama Pak, saya juga pernah merasakan hal yang sama. Itulah bentuk kesamaan dan kemiripan kita. Selain sama- sama berasal dari Solo, sama- sama kurus, sama- sama kurang bisa berbahasa asing, kita berdua juga sama- sama pernah dibully gara- gara tidak bisa berwudhu. Kita berdua pernah sama- sama diragukan tidak bisa shalat dan membaca Al Quran. Mungkin bedanya, ketika Bapak harus membuktikan itusemua kepada seluruh rakyat Indonesia, maka saya cukup membuktikannya di depan kedua calon mertua saya. Jika Bapak melakukannya untuk meyakinkan rakyat Indonesia agar mau memilih Bapak, maka saya melakukan itu agar bisa diijinkan menikah dengan anak gadisnya. Sebuah pembuktian yang sangat berat yang harus kita jalani berdua walaupun dengan tujuan yang berbeda.


Bapak Joko Widodo yang saya hormati....

Sejatinya Bapak tidak perlu capek- capek membuktikan itu semua kepada masyarakat Indonesia. Karena Undang- Undang di negara Bapak tidak pernah mengatur syarat dan ketentuan untuk menjadicalon seorang Presiden haruslah beragama Islam, bisa shalat, khatam Al Quran, dan pernah dikhitan. Yang terpenting adalah yang bersangkutan adalah orang yang percaya Tuhan walaupun tidak taat sekalipun. Berbeda dengan di daerah saya, syarat mutlak untuk bisa menikah dengan anak gadis antara lain: harus Islam, bisa shalat dan membaca Al Quran, pernah dikhitan, dan yang terpenting punya penghasilan tetap.

Bapak Joko Widodo yang saya hormati....

Sejujurnya saya iri terhadap Bapak. Sekali lagi Bapak lebih beruntung daripada saya. Bapak terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia, tidak lama setelah Bapak membuktikan kalau Bapak bisa mengerjakan shalat. Sedangkan saya justru sebaliknya. Walaupun saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk membuktikan bahwa saya bisa shalat dan membaca Al quran, kedua mertua sayatetap tidak mau menerima saya sebagai mantunya.

Sejenak saya berpikir, kita boleh sama- sama dibully tidak bisa berwudhu, kita boleh sama- sama diragukan untuk bisa shalat dan membaca Al Quran, dan kita sama- sama diberikan kesempatan untuk membuktikan tuduhan itu semua. Tetapi strategi dan dan perlakuan kita dalam mengemas permasalahan ini sungguh jauh berbeda. Kita berdua memang sama – sama shalat, tapi cara Bapak mengemas pembuktian shalat itu jauh lebih hebat dari apa yang telah saya lakukan. Bapak kelihatan lebih unggul dan matang dalam hal strategi serta penerapan di lapangan dibandingkan saya. Itulah yang membuat perbedaan diantara kita.

Bapak Joko Widodo yang saya hormati....

Ketika Bapak membuktikan diri bisa mengerjakan shalat dihadapan seluruh masyarakat Indonesia, banyak media lokal maupun internasional yang meliput kegiatan Bapak. Hampir satu bulan lamanya wajah Bapak yang sedang mengerjakan shalat menghiasi halaman media cetak. Begitu juga dengan media elektronik yang tak henti- hentinya menayangkan video Bapak sedang melakukan shalat. Lebih hebatnya lagi, Bapak bisa menunjukkan kepada masyarakat Indonesia bahwa Bapak bisa melaksanakan shalat sembari menjadi imam. Sungguh suatu hal yang luar biasa apa yang telah Bapak lakukan tersebut. Satu setengah jempol saya berikan terhadap Bapak. Setengah jempol lagi kemana? Sabar dulu, nantiakan saya berikan jika sekiranya Bapak bisa membuktikan diri bisa menjadi khatibshalat Jumat ataupun Khatib Shalat Idul Fitri di mesjid Istiqlal ataupun mesjid lain di Nusantara ini.

Bahkan, Bapak juga memiliki tim ahli yang bisa menangkal setiap serangan dariluar yang datang kepada Bapak. Bapak juga memiliki tim khusus untuk menangkis setiap kritikan orang yang ingin menjatuhkan kredibilitas Bapak. Bapak masih ingat ketika Bapak salah pakai pakaian ihram ketika melaksanakan “Umrah Kilat” sebelum hari pencoblosan? Dengan secepat kilat gambar dan video Bapak yang mengenakan pakain ihram terbalik itu hilang dari pemberitaan media massa. Tim sukses Bapak bekerja dengan sangat baik dan cekatan. Semuanya disetting secara terstruktur dan sistematis. Memunculkan sesuatu yang baik dari baik dan segera menutupi kelemahan yang Bapak miliki. Teamwork yang sangat solid sekali.

Itulah yang tidak saya miliki. Tidak ada media nasional apalagi internasional yang mengekspose pembuktian praktik shalat saya. Tidak ada relawan dan tim kampanye yang akan mampu mendongkrak popularitas saya dihadapan kedua mertua saya. Tidak ada tim ahli yang akan menangkis setiap isu yang datang kepada saya. Tidak ada strategi khusus yang bisa saya gunakan untuk menghadapi kompetitor saya. Saya terpaksa berjuang sendiri dengan kedua tangan dan kaki yang saya miliki. Jika Bapak datang ke masyarakat dalam masa kampanye menggunakan Jet pribadi walaupun dengan status sewa, maka saya datang ke rumah mertua saya dengan sepeda motor butut astrea bulan tahun 84. Walaupun saya tidak menafikkan pemberitaan yang menyatakan bahwa Bapak pernah datang ke KPU menggunakan bajaj rongsokan. Tetapi seperti telah diduga banyak orang sebelumnya, Bapak tidak akan mau menggunakan alat transportasi tersebut untuk kedua kalinya. Karena sudah dapat dipastikan badan Bapak sudah pegel duluan ketika turun dari Bajaj tersebut ketika pertama kali menaikinya. Itulah perbedaan strategi dan perlakuan diantara kita berdua. Sehingga hasil yang kita dapatkan juga jauh berbeda. Jika hari ini Bapak telah terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia untuk masa jabatan 2014- 2019, maka saya masih seperti yang dulu.

Bapak Joko Widodo yang saya hormati....

Sama seperti surat saya yang pertama, pada surat saya yang kedua ini saya juga ingin menyampaikan beberapa pesan kepada Bapak. Saya berharap Bapak tidak marah dan tersinggung dengan apa yang saya sampaikan. Tetaplah tersenyum dan “cengengesan” seperti sedia kala. Mungkin senyum dan “cengengesan” Bapak adalah luka bagi pendukung kompetitor Bapak. Namun senyum dan “cengengesan” Bapak bisa menjadi obat bagi sebagian masyarakat Indonesia lainnya. Sejarah akan mencatat, Bapak akan menjadi Presiden Indonesia pertama yang bisa senyum sambil “cengengesan” di depan umum. Tetaplah tersenyum Pak, karena senyum juga bagian daripada ibadah. Bapak tidak perlu khawatir dengan asumsi sebagian orang yang menganggap Bapak kurang berwibawakarena suka senyum dan “cengengesan”. Kewibawaan akan datang dengan sendirinya manakala Bapak mampu memberikan ketegasan dalam menyelesaikan setiap masalah.

Bapak Joko Widodo yang saya hormati....

Sebelum Bapak dilantik pada 20 Oktober mendatang, ada baiknya Bapak memantapkan niat terlebih dahulu untuk menjadi Presiden Republik Indonesia selanjutnya guna menggantikan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang telah berakhir masa jabatannya. Mengapa saya mengatakan demikian? Bapak tentu sudah mengetahui bahwa, menurut konstitusi yang dianut oleh negara Bapak, ketika seseorang dilantik menjadi Presiden, maka yang bersangkutan akan diambil sumpah jabatannya terlebih dahulu sama seperti ketika Bapak menjadi Walikota dan Gubernur dulunya. Tapi untuk jabatan kali ini Bapak memang harus menginstal ulang niat Bapak. Bapak tidak bisa menjadikan jabatan ini sebagai batu loncatan lagi. Karena mungkin inilah jabatan tertinggi yang bisa Bapak raih ketika hidup di dunia ini. Jadi bapak harus mantapkan niat dan memegang erat amanah tersebut.

Bapak pernah mengundang kontroversi karena dua kali dinilai melanggar sumpah jabatan Bapak. Yang pertama sebagai walikota, dan yang kedua sebagai Gubernur. Untuk itu saya menegaskan sekali lagi kepada Bapak agar Bapak bisa menepati janji Bapak untuk kali ini. Mungkin Bapak perlu mendengar lirik lagu Trio Ambisi yang satu ini:

Satu kali kau sakiti hati ini masih kumaafkan

Dua kali kau sakiti hati ini juga kumaafkan

Tapi jangan kau coba tiga kali

Jangan oh janganlah

Cukuplah sudah cukuplah sudah

Jangan kau ulang lagi

Bapak Joko Widodo yang saya hormati....

Setelah Bapak dilantik nantinya tentu Bapak akan menyusun agenda 100 hari kerja pemerintahan. Jika seandainya Bapak masih memasukkan agenda blusukan dalam program kerja Bapak maka, daerah pertama yang harus Bapak kunjungi adalah Kepulauan Natuna. Mengapa harus Kepulauan Natuna? Karena Bapak belum pernah ke daerah itu sebelumnya bukan? Seperti halnya saya. Akan menjadi sesuatu kenangan yang terindah apabila Bapak bisa berkunjung kesana.

Bapak Joko Widodo yang saya hormati....

Konon katanya Kepulauan Natuna merupakan salah satu daerah yang memiliki keindahan pantai yang luar biasa selain daerah- daerah lain di Nusantara ini. Ombak di pesisir pantai Kepulauan Natuna tidak kalah ganasnya jika dibandingkan dengan ombak yang ada di Kepulauan Nias, Mentawai, Lombok bahkan Bali sekalipun. Jika Bapak memiliki nyali dan memiliki hobi surfing , tidak ada salahnya jika Bapak mencoba kebolehan untuk berselancar disana.Tapi jangan lupa Bapak harus mengajak saya tentunya. Saya rela jika harus terbang dengan kelas ekonomi asalkan bisa ikut dalam satu rombongan bersama Bapak.

Disana nantinya kita bisa menikmati sunset dari atas perahu nelayan. Atau juga kita bisa menyewa boat dan menyalurkan hobi memancing kita diatas perairan Natuna hingga ke Laut Cina Selatan. Laut Cina Selatan? Bapak tidak usah kaget mendengar nama itu. Nama itu bukannya pernah Bapak bahas dalam tema debat Bapak sebelumnya. Itulah tujuan saya mengajak Bapak blusukan ke daerah Kepulauan Natuna. Selain bisa berekreasi menikmati keindahan suasana pantai, saya juga ingin memperkenalkan kepada Bapak wilayah perairan Indonesia yang berbatasan langsung dengan wilayah perairan Laut Cina selatan. Kita bisa blusukan ke Pulau- pulau di daerah gugusan Kepulauan Natuna yang berada di kawasan Laut Cina Selatan. Sebagian pulau- pulau itulah yang saat ini sempat diklaim kepemilikannya oleh negara- negara yang berkonflik disana seperti Cina, Vietnam, Malaysia dan Filipina.

Bapak juga bisa menikmati blusukan di tengah laut untuk pertama kalinya, guna menyaksikan dari dekat bagaimana cara nelayan asing mencuri hasil laut kita secara besar- besaran. Saya tidak sabar menunggu teknologi Drone yang Bapak gadang- gadangkan pada acara debat pilpres yang lalu. Laut dan hasil laut kita bisa rusak dan keburu habis jika harus menunggu teknologi Drone itu digunakan untuk mengawasi pencurian ikan di nusantara ini. Saya menilai teknologi itu hanya akan menjadi angan- angan bagi negara ini dalam waktu dekat. Walaupun tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti negara ini akan memilikinya.

Saya ingin melihat reaksi Bapak terhadap penjarahan hasil kekayaan alam laut kita. Saya ingin melihat tindakan apa yang akan Bapak ambil guna menyelamatkan kekayaan laut Indonesia. Apakah Bapak akan mengerahkan ribuan Satpol PP tanpa dilengkapi pentungan guna mengusir para penjarah tersebut, sama seperti apa yang pernah Bapak lakukan untuk merelokasi pedagang kaki lima di Solo dan Kawasan tanah Abang?Atau Bapak akan menyediakan daerah perairan khusus bagi mereka sepertiyang Bapak lakukan di kawasan Blog G Tanah Abang? Atau bahkan Bapak akan memilih aksi “buat rame” dengan mereka? Saya dan rakyat Indonesia lainnya menunggu aksi Bapak dalam hal ini.

Bapak Joko Widodo yang saya hormati....

Dulu ketika masa kampanye digelar, salah satu isu hangat yang menyerang diri dan tim kampanye Bapak adalah adalah adanya wacana Bapak untuk menghilangkan kolom agama pada Kartu Tanda Penduduk. Ketika isu ini berkembang, saya adalah orang yang termasuk tidak percaya dengan isu tersebut. Namun jika isu ini memang benar adanya maka saya menyarankan bapak untuk mengkaji ulang kebijakan tersebut. Setidaknya ada dua alasan mengapa saya menyarankan hal ini kepada Bapak.

Pertama, Bapak tentu masih ingat bahwa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono melaui Menteri Dalam Negerinya baru saja menyelesaikan kartu identitas yang berskala nasional yang kemudian dikenal dengan istilah elektronik KTP(e-KTP). KTP ini baru saja dibuat dan diedarkan di masyarakat. Jika Bapak ingin membuat membuat kebijakan baru lagi tentang KTP ini tentu akan membutuhkan waktu dan dana yang tidak sedikitguna menyiapkan itu semua. Bapak bisa bayangkan hanya untuk membuat sebuah kartu tanda pengenal, negara ini harus mengeluarkan waktu dan dana yang begitu banyak. Sesuatu yang sulit kiranya untuk diterima akal sehat. Namun jika pada saat memperpanjang KTP setelah pemakaian lima tahun, Bapak dan pemerintahan Bapak ingin menghilangkan kolom agama tersebut maka tidak mengapa. Tentu dengan syarat Bapak harus bisa menjelaskan kepada rakyat. Namun jika tidak, ada baiknya Bapak membaca pertimbangan saya yang kedua.

Kedua, jika sekiranya Bapak memang betul- betul ingin menghilangkan kolom agama pada KTP maka itu sama artinya dengan Bapak secara tidak langsung telah menghilangkan salah satu agama yang ada di negeri ini. Mengapa saya mengatakan demikian? Ketika Bapak menghilangkan kolom agama pada KTP, maka bagaimana keberadaan mereka yang selama ini berstatus “ISLAM KTP”. Bapak bisa bayangkan jika kolom tersebut dihilangkan maka akan ada banyak orang ISLAM KTP di negeri ini yang tidak memiliki agama lagi dan menjadi penganut atheis baru. Bukankah umat Islam disini dikotak- kotakkan menjadi beberapa bagian, ada Islam KTP, ada Islam keturunan, ada Islam moderat, ada Islam fundamental. Nah jika Bapak menghilangkan salah satu dari mereka, bagaimana nasib mereka nantinya? Sebelum semuanya terlanjur, ada baiknya Bapakmempertimbangkannya lebih mendalam lagi.

Bapak Joko Widodo yang saya hormati....

Demikianlah beberapa pesan saya yang dapat saya sampaikan kepada Bapak. Saya berharap Bapak mau membaca dan mempertimbangkannya. Namun jika pada akhirnya surat saya ini berakhir di tong sampah, maka saya pun dengan ikhlas akan menerimanya. Berhubung sebentar lagi kita akan memasuki Idul Fitri 1 Syawal 1435 H, maka izinkanlah saya mengucapkan “ Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H, semoga segala amal perbuatan kita selama ini diterima oleh Allah Subhanahu Wa Taa’la. Aamiin.”


Bapak Joko Widodo yang saya hormati....

Sebagai penutup, sudah menjadi kebiasaan di negeri ini menjelang lebaran datang untuk mengirimkan parcel lebaran dari satu instansi ke instansi lain, dari satu pejabat ke pejabat lain. Akan banyak pejabat, perusahaan, BUMN, BUMD, Kepala Daerah yang saling bertukar parcel lebaran. Namun untuk kali ini saya ingin menghimbau kepada Bapak agar tidak perlu repot- repot mengirimkan parcel lebaran tersebut ke rumah saya. Saya takut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menganggap kiriman parcel lebaran tersebut sebagai bentuk gratifikasi terhadap saya. Saya tidak mau tertangkap tangan ketika menerima parcel dari Bapak. Yang mana pada akhirnya saya harus “melambaikan tangan saya” di halaman gedung KPK seperti para terduga koruptor lainnya.

Kalau Bapak tetap bersikukuh untuk mengundang saya datang ke Istana, maka biarkanlah saya ikut antri berdesak- desakan dengan masyarakat Indonesia lainnya ketika Bapak melakukan Open House nantinya. Bapak tidak usah memberikan amplop sebagai bentuk THR kepada saya. Karena Syeikh Abdullah Bin Azzam pernah mengatakan, “ tangan yang telah menerima tak akan pernah sanggup untuk memukul”.

Wassalam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun