Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lika-liku Sekolah Swasta: Minim Fasilitas hingga Kurang Diperhatikan

1 Juni 2022   05:43 Diperbarui: 1 Juni 2022   05:48 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak semua sekolah swasta memiliki fasilitias yang lengkap. | Source: KOMPAS.COM

Banyak guru honorer yang keluar dari sekolah kami karena bayarannya kecil. Hanya mereka yang betul-betul mengabdi saja yang mengajar di sini.

Akibatnya, untuk pelajaran IPA sendiri saya sangat bodoh kawan. Dari kelas satu sampai kelas dua, pernah kami tidak memiliki guru biologi. Untuk mengisi kekosongan itu diisi oleh guru PKn.

Coba anda bayangkan, dari PKn ke biologi. Akhirnya kami memiliki guru biologi tetap saat kelas 3, itu pun latar pendidikannya agama. Jadi, untuk pelajaran biologi sendiri kami sangat tertinggal.

Untuk fisika sama, sudah beberapa guru yang masuk dan keluar dengan alasan sama. Kami memiliki guru fisika tetap saat kelas 2, itu pun sang guru jarang hadir karena sibuk di sekolah negeri.

Meski begitu, saya sangat hormat pada Pak Wara, karena telah menyempatkan mengajar fisika di sekolah kecil kami. Beliau benar-benar guru sejati, tidak peduli akan gaji berapa, tapi tetap hadir untuk mengajar.

Dari sisi perhatian, khususnya terkait kurikulum, kami jauh tertinggal. Saya masih ingat betul, di sekolah negeri sana sudah menerapkan kurikulum 2013. Sementara kami belum, buku paket pun baru sampai di pertengahan semester.


Akibatnya, kami kembali tetinggal. Untuk soal ujian sendiri jelas berbeda, maka nilai kami tidak ada yang bagus. Hal itu karena acuan soal mengikuti kurikulum baru sementara kami masih kurikulum yang lama.

Alhasil, banyak materi yang kami tidak pahami. Belum lagi kondisi pengajar yang kosong. Menjelang kelulusan, di luar sana sibuk berbicara kampus mana yang akan dituju.

Sementara kami, berbicara pabrik atau minimarket mana yang akan dituju. Ya, kebanyakan dari kami memang tidak melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Di angkatan saya, dari 60 murid hanya 3 orang yang mengenyam pendidikan tinggi termasuk saya.

Saat itu, saya ingin sekali mengikuti SNMPTN. Tapi, apa daya. Sekolah saya tidak masuk kriteria yang ditetapkan. Akhirnya, saya belajar mati-matian ikut SBMPTN. Tentu, dengan kondisi sekolah di atas saya tidak bisa mengisi soal-soal dengan baik.

Jika siswa di sekolah negeri, sepulang sekolah pergi les matematika. Tidak dengan kami, ada yang langsung bekerja atau pergi ke kebun. Bangku universitas tidak pernah terbayangkan oleh teman-teman saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun