Saya pun termasuk orang yang risih jika ada teman yang selalu posting di medsosnya tentang kegiatan yang tidak perlu. Â Apalagi postingan itu begitu banyak tiap harinya. Lingkaran di snapgram penuh, seperti portal berita atau toko online.Â
Selain membuat orang jengah, perlu diketahui juga dampak negatif dari oversharing ini. Mulai dari kesehatan mental hingga potensi tindak pidana.Â
Seseorang mempunyai kecenderungan untuk mendapat perhatian. Itulah sebabnya media sosial menjadi salah satu media untuk mendapatkannya.Â
Tapi, jika respon yang didapatkan sebaliknya apa yang akan terjadi? Tentu saja akan membuat kita cemas bahkan merasa tidak diperhatikan.Â
Dampak lain dari oversharing adalah rasa cemas. Cemas karena tidak posting. Salah satu dari teman saya mempunyai efek ini, rasanya ada yang kurang jika tidak posting di media sosial.Â
Apalagi saat itu sinyal sulit di dapat karena lokasi yang tidak memungkinkan. Hal itu membuat ia heboh sendiri karena telat update. Biasanya muncul istilah "late post."
Padahal ya ngapain juga harus heboh seperti itu. Di sisi lain, oversharing bisa mengundang kejahatan. Informasi yang dibagikan secara mendetail tentu mengundang niat jahat seseorang.Â
Berbagi informasi yang detail tentang identitas bahkan akses lokasi bisa disalahgunakan seseorang. Misalnya identitas kita digunakan untuk keuntungan pribadi.Â
Bahkan, tidak sedikit yang suka pamer nomor HP di media sosial. Itu sangat rawan disalahgunakan, bisa saja nomor itu digunakan untuk hal lain seperti pinjol.Â
Kegiatan memposting aktivitas sehari-hari secara real time bisa dimanfaatkan oleh seseorang untuk melancarkan niat jahatnya. Tentu pola rutinitas itu bisa memberi peluang untuk mengintai dan melakukan niat jahatnya.Â
Jika kita masih ingin berbagi dan tidak bisa lepas dengan kegiatan itu, sebaiknya ganti media berbaginya. Misalnya dengan menulis di catatan harian.Â