Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berkenalan dengan Filsafat

25 Maret 2021   20:26 Diperbarui: 25 Maret 2021   20:45 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi filsafat. Via news.detik.com

Apa yang terbesit dalam pikiran kita ketika mendengar kata filsafat? Filsafat dilabeli masyarakat sebagai ilmu yang abstrak, hal ini karena bahasa yang digunakan sulit untuk dipahami oleh orang awam. Ada juga yang melabeli jika kita belajar filsafat maka bisa menjadi atheis, menjauhkan diri kepada Tuhan, bahkan ada yang mengharamkan. 

Beberapa label terhadap filsafat pun muncul hingga saat ini, dan mirisnya kebanyakan orang langsung percaya dengan pelabelan tanpa dasar tersebut, orang tidak terjun secara langsung apakah label itu benar atau tidak. Karena saya ingin mencari tahu sendiri, ya akhirnya mempelajari juga filsafat sedikit-sedikit, saya tidak ingin terpengaruh opini semu dari orang-orang.

Saya hanya ingin mendapatkan jawaban sepuas hati saya, tidak terjebak oleh opini yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Pertama kali berkenalan dengan filsafat adalah ketika semester 7 kemarin, saya secara khusus belajar mata kuliah filsafat hukum. Tetapi, dengan belajar filsafat hukum tidak memberikan kepuasan bagi saya sendiri.

Pertanyaan-pertanyaan yang terbesit dalam pikiran saya tidak bisa dijawab semua dalam filsafat hukum, ya karena filsafat hukum memang mempelajari ilmu hukum secara lebih mendalam, bisa dikatakan sebagai filsafat khusus. Saya tidak tahu filsafat itu seperti apa, hanya diberi tahu oleh dosen bahwa filsafat secara harfiah adalah cinta kebijaksanaan.

Tetapi, makna yang sesungguhnya dari cinta kebijkasanaan itu tidak pernah saya dapatkan selama belajar filsafat hukum. Sehingga waktu itu saya seperti meraba-raba, karena kurangnya landasan dari filsafat itu sendiri. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari jawaban sendiri, dan sampai saat ini saya masih tertarik dengan filsafat, meskipun tidak ahli-ahli banget.

Untuk memudahkan mempelajarinya, saya mencari buku, dan akhirnya saya belajar filsafat melalui buku Dunia Shopie. Bahasa yang digunakan bisa dipahami oleh orang awam seperti saya, dan memang buku tersebut adalah novel yang bertema filsafat, jadi bahasa yang digunakan bisa dipahami. 

Nah belakangan saya baru tahu bahwa logika itu cabang dari filsafat, dan logika merupakan mata kuliah ketika baru pertama kali masuk Fakultas Hukum, berarti secara tidak langsung saya telah mempelajari cabang ilmu filsafat secara tidak sadar.

Ada yang saya dapatkan ketika mempelajari filsafat, diantaranya saya harus berpikir secara jernih, dan tidak dengan mudah menyimpulkan sesuatu, misalnya untuk saat ini banyak sekali informasi berseliweran yang kebenarannya diragukan, hal yang pertama saya lakukan ketika menerima informasi tersebut adalah dengan meragukannya.

Dengan meragukannya atau skeptis, kita tidak akan termakan oleh hasutan atau hoax yang bisa membuat kita terpecah belah. Itulah setidaknya yang saya dapatkan ketika mempelajari filsafat, banyak para filosof yang menggunakan metode tersebut.

Berawal dari keragu-raguan akan sesuatu, dari keragu-raguan itulah muncul rasa ingin tahu, dan setelah itu membuktikan kebenarannya. Sebelum ada pengetahuan yang majemuk seperti saat ini, masyarakat pada zaman dahulu dalam menjelaskan beberapa fenomena alam biasanya dijawab dengan metode mitos.

Misalnya untuk menjelaskan proses petir, untuk menjawab bagaimana petir itu muncul maka diciptakan suatu mitologi, misalnya di Yunani sana, ketika terjadi petir maka ada peran andil dari dewa Zeus, atau di Skandinavia untuk menjelaskan hujan dan petir terjadi, Thor sang dewa petir tengah bertarung melawan para raksasa yang menculik dewi Freya yang merupakan dewi kesuburan, karena Freya diculik oleh para raksasa maka bumi menjadi gersang, tumbuhan pun mati. Seperti itulah para manusia terdahulu menjelaskan fenomena alam, yaitu menciptakan mitos.

Kemudian hadir para filosof yang meragukan semua mitologi itu, maka di sinilah pertama kalinya manusia menggunakan rasionya untuk menjawab beberapa fenomena alam bukan dengan mitos, dengan indera yang dilihat kemudian rasio yang menyimpulkan. Dan itu menjadi suatu terobosan dalam dunia intelektual.

Misalnya Thales yang dengan pengamatannya sendiri bahwa bumi dan segala isinya terbentuk dari elemen air, hal itu dalam amatannya mungkin ketika hujan turun maka tumbuhlah rerumputan, ikan dan sebagainya sehingga sampai pada kesimpulan bahwa bumi terbuat dari unsur air. Meskipun itu tidak sepenuhnya salah, tetapi dari situlah untuk pertama kalinya manusia menggunakan rasionya. 

Filsafat merupakan alat untuk menjawab fenomena-fenomena yang terjadi dengan menggunakan pemikiran yang mendalam. Semua itu berawal dari keragu-raguan, yang kemudian timbul rasa ingin tahu, dan kemudian mencari tahu akan kebenaran itu. Itulah filsafat, setidaknya menurut saya yang bukan mahasiswa jurusan filsafat.

Ketika manusia memerhatikan fenomena alam semesta, maka lahirlah ilmu alam seperti yang kita kenal saat ini, seperti fisika, kimia, dan biologi. Ketika manusia mengamati tingkah laku manusia maka lahir lah ilmu sosial seperti sosiologi. Ilmu hukum yang saya pelajari juga lahir dari filsafat, tepatnya dalam cabang etika, maka lahirlah hukum.

Pelajaran itulah yang saya ambil dari filsafat, yaitu cara menggunakan rasio kita dengan bijak. Karena yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lain adalah akalnya, filsafat menawarkan kepada kita bagaimana memaksimalkan itu, setidaknya itu yang saya simpulkan.

Semuanya berawal dari rasa ragu atau skeptis, metode ini bisa kita terapkan di zaman sekarang. Dalam menerima informasi janganlah kita telan mentah-mentah, tetapi kita harus mempertanyakan keabsahan dari informasi itu, kemudian jangan juga terlalu cepat menyimpulkan sesuatu.

Orang yang banyak termakan hoax adalah orang-orang yang mencerna informasi tanpa filter, ditelan bulat-bulat. Setidaknya, bagi saya sendiri metode ini bisa diterapkan. Filsafat memang memikirkan sesuatu yang orang lain belum tentu memikirkannya, memang ada beberapa aliran filsafat yang tidak memercayai eksistensi Tuhan, aliran itu biasanya disebut dengan materialisme atau serba materi, saya tidak akan menjelaskan itu terlalu jauh, saya bukan ahlinya.

Namun, jangan dipungkiri, pemikiran materialisme turut membangun peradaban seperti saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lahir dari pemikiran ini. Kita juga harus menyeimbangkannya yaitu dengan filsafat idealisme, atau filsafat serba ruh. Baik materialisme dan idealisme  akan selalu bertentangan, bahkan ke segala aspek kehidupan.

Dua-duanya bagi saya penting dalam kehidupan, pemikiran materialisme menuntun kita untuk tetap berkembang, namun kita jangan terlalu berlarut-larut dengan dunia yang fana ini, maka di sinilah peran dari filsafat serba ruh itu. Jika ada yang menjadi tidak beragama gara-gara belajar filsafat, ya patut menjadi pertanyaan iman mu itu setebal apa, begitu aja kok repot.

Nah bagi yang ingin belajar filsafat, saya biasanya ngaji filaafat di Youtube, pematerinya Dr. Faruddin Faiz, di tangan beliau filsafat jadi menyenangkan dan mudah dipahami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun