Kabin yang sejuk dan nyaman. Kursi single seat 2-2. Serta, barisan kursi yang sebagian menghadap ke depan dan sebagian lagi ke belakang.
Uniknya lagi, dua kereta ini adalah kereta yang sama-sama baru 'lahir" di tahun 2025 ini. Keduanya mulai beroperasi pada Gapeka (Grafik Perjalanan Kereta Api) yang berlaku mulai 1 Februari 2025. Dalam Gapeka 2025, KA Gunung Jati dan Cakrabuana diluncurkan oleh PT KAI Daop 3 Cirebon untuk menggantikan Argo Cheribon.
KA Gunung Jati beroperasi di kelas eksekutif dan ekonomi (new image), dengan rute Gambir-Cirebon-Semarang Tawang Bank Jateng (PP). Sementara KA Cakrabuana melayani kelas yang sama untuk rute Gambir-Cirebon-Purwokerto (PP).
Sangat beralasan bila aku menyebut mereka kereta kembar. Dan menariknya, dalam waktu yang sangat berdekatan aku bisa menikmati kedua kereta ini.
Jika boleh berandai-andai, KA Gunung Jati dan Cakrabuana bak pahlawan kembar. Tak ubahnya Nakula dan Sadewa. Atau, Hunahpu dan Xbalanque.
Nakula dan Sadewa adalah saudara kembar bungsu dari para ksatria Pandawa Lima. Nakula dikenal jujur dan penuh welas asih, sementara Sadewa sebagai sosok bijaksana dan ahli dalam berbagai ilmu.
Hunahpu dan Xbalanque adalah saudara kembar dalam mitologi Suku Maya. Pahlawan kembar ini berhasil membawa keseimbangan antara dunia atas dan bawah, dan menjadi simbol keberanian dan persaudaraan.
Dalam banyak legenda dan kisah rakyat, lahirnya anak kembar sering kali dianggap pertanda luar biasa. Keduanya tumbuh menjadi pahlawan yang saling melengkapi.
Seperti siang dan malam, keduanya tak serupa tetapi juga tak terpisahkan. Satu bijak dan penuh perhitungan, satunya berani dan bertindak cepat.
Ketika bersama, mereka tak terkalahkan. Sebuah takdir ganda yang menunjukkan bahwa kekuatan sejati kadang tak datang dari satu tangan, tapi dari dua jiwa yang berpadu dalam misi yang sama.