Mohon tunggu...
daniel lopulalan
daniel lopulalan Mohon Tunggu... Penulis - Student of life

Belajar berbagi. Belajar untuk terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menuju Masyarakat yang Punya Pilihan Untuk Sehat

28 Juli 2023   23:40 Diperbarui: 28 Juli 2023   23:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.indonesia-investments.com/

Mencermati UU Kesehatan yang baru memang seru. Sebagai orang biasa yang sering bersentuhan dengan pelayanan kesehatan seperti RS atau klinik, saya tentu berharap banyak untuk tetap sehat di negeri ini. Di negeri dimana orang sehat saja memilih untuk menjual ginjalnya ini, memang masih perlu usaha untuk kesehatan yang layak bagi semua orang.

Sehat itu mahal, kata orang begitu. Kalau untuk beberapa praktisi di bisnis kesehatan, bisa jadi ungkapannya jadi terbalik, Mahal itu sehat. Padahal, kalau sesesuatu itu mahal di dunia yang borderless ini, mungkin perlu lebih dievaluasi lagi. Dunia yang borderless, membuat kita memiliki banyak pilihan untuk apapun. Termasuk pilihan untuk layanan kesehatan yang affordable, ramah di kantong.

Kalau pilihan itu membuat kita menjadi lebih memilih untuk keluar negeri, bisa jadi itu hal yang baik. itu yang bisa keluar negeri. Namun kalau sebagian besar tidak memiliki pilihan tersebut, kita tentu perlu membuat pelayanan kesehatan menjadi lebih bersahabat lagi untuk kebanyakan masyarakat.

Buat saya, bicara kesehatan cuma ada 2 hal. Obat dan tenaga kesehatan. Ujungnya yang sakit jadi sembuh, yang sehat bertambah sehat. Kalau obat sudah dibantu dengan BPJS, tinggal pelayanan tenaga kesehatannya.

Sebetulnya secara natural, masyarakat punya banyak pilihan. Bila pelayanan medis standard tidak terjangkau maka pilihan alternatif tersedia sangat banyak. Kebetulan masyarakat kita juga tumbuh dengan budaya yang kaya, sehingga cara pengobatan turun temurun dari tradisi nenek moyang menjadi pilihan yang sangat banyak.

Apakah pengobatan tradisional itu terbukti menyembuhkan ? Tidak ada yang berani melakukan klaim itu. Bisa jadi itu cuma efek placebo. Keyakinan psikis dari pasien yang menyembuhkan, bukan isi obat nya. Namun, kalau tidak ada yang berani mengklaim sebagai cara pengobatan yang paling ampuh untuk sembuh, itu membuat semua pengobatan berani menyebut penyembuhan nya adalah yang paling mujarab.

itu mirip dengan analogi kecap. Karena tidak ada yang bisa mengukur kecap mana yang paling enak, maka semua kecap berhak mengklaim setiap kecap adalah kecap yang paling enak, kecap nomor 1.

Kalau buat masyarakat yang membutuhkan jasa kesehatan, hal yang penting adalah mempunyai pilihan. Pilihan untuk pengobatan. Kalau dengan UU Kesehatan membuat masyarakat lebih punya pilihan untuk berobat dengan kualitas lebih baik, tentu akan lebih baik.

Terlepas dari segala kontroversi yang ada, saya sebagai masyarakat biasa menyambut perubahan ini dengan terbuka. Positif thinking saja. Pohon yang baik, akan berbuah baik. Bahwa butuh ada penyesuaian di lapangan untuk implementasinya itu hal yang lumrah untuk semua perubahan yang ada.

Buat organisasi profesi yang relatif sensitif terhadap perubahan ini terkait masuknya tenaga kerja asing, saya kurang bisa berempati. Sebagian besar profesi di Indonesia telah terbuka dengan kehadiran tenaga kerja asing dan berkompetisi untuk menjadi yang terbaik di Indonesia, maka kalau sekarang giliran teman-teman dari profesi di bidang kesehatan, ya itu memang sudah waktunya. Percayalah, kompetisi akan membuat kita belajar dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun