Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ultimatum Tifatul Blokir Pornografi kepada RIM, Pesanan Operator Indonesia?

10 Januari 2011   02:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:46 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1294626854509606544

http://farm5.static.flickr.com/4143/4849819976_52e90356ce_m.jpg

Sebelum saya memulai tulisan ini, saya mau tanya dulu kepada mereka yang lebih tahu: kenapa, ya, Menkominfo kita kali ini, Tifatul Sembiring, lebih menonjol dengan hal-hal yang kontroversial, khususnya yang berkaitan dengan antipornografi?

Adakah berita lain yang menyangkut kuantitas dan kualitas kinerjanya yang spesifik pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan komunikasi dan informatika secara signifikan, yang sekaligus membuktikan dia benar-benar berkompeten di bidangnya?

Apakah ini semua gara-gara “ulah” media, yang hanya menonjolkan sisi kontroversial dari seorang Tifatul Sembiring?

Munculnya heboh polemik tentang ultimatum Menkominfo Tifatul Sembiring kepada pihak Research In Motion (RIM) untuk memasang filter memblok konten pornografi di BlackBerry-nya belakangan membuat pihak Kementerian Kominfo merasa perlu memperjelas permasalahan.

Kata Heru Sutadi, Anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, ultimatum tentang sensor tersebut bukan misi utama.

"Soal blokir pornografi bukanlah tujuan utama, meski hal ini juga bermanfaat agar konten yang mencerdaskan yang dikonsumsi pengguna internet melalui BlackBerry," jelasnya (detik.com 09/01/2011).

Namun yang menjadi target utama pemerintah, lanjut Heru, adalah mendesak RIM agar membangun server di Tanah Air. Agar data pengguna BlackBerry dijamin aman sesuai UU Telekomunikasi No. 36/1999.

Kita juga tahu bahwa kemudian setelah muncul banyak kritikan tentang blokir atau sensor konten pornografi itu Tifatul muncul memperjelaskan kebijakannya itu di microblogging Twitter-nya bahwa ultimatum tentang blokir konten pornografi itu bukan satu-satunya tuntutan kepada pihak RIM.

Ada tujuh tuntutan yang harus dipenuhi RIM. Soal blokir pornografi hanya salah satunya (bukan tujuan utama?).

http://tekno.kompas.com/read/2011/01/09/1459284/Ini.Dia.7.Tuntutan.Tifatul.untuk.RIM

Pertanyaannya, kenapa justru soal blokir pornografi ini yang paling menonjol? Bertentangan dengan penjelasan dari pihak Kementerian Kominfo tersebut di atas? Apakah ini juga gara-gara ulah media yang memberitakan hanya menonjolkan permasalahan ultimatum blokir pornografi tersebut?

Yang jelas sebelum dirilis tentang tujuh tuntutan lainnya itu, justru Tifatul sendirilah yang memulai hanya menonjolkan perihal ultimatum pemblokiran konten pornografi tersebut di microblogging Twitter-nya itu. Setelah kritikan datang bertubi-tubi menyerangnya barulah disusul tentang adanya tujuh tuntutan kepada RIM tersebut.

Tifatul menerangkan bahwa pihak RIM terus-menerus mengulur-ulur kesepakatan untuk memasang filter blokir konten pornografi via produk BlackBerry-nya. Oleh karena itu dalam tempo 2 minggu, atau tanggal 17 Januari 2011, apabila RIM belum juga memasang filter blokirnya itu, maka izin layanannya akan ditutup oleh pemerintah RI.

Tifatul mengatakan di Twitter: "Kalau ada nasionalisme di dada kita & ingin jd bangsa berwibawa, pasti sebagian kita akan setuju poin2 yg saya sampaikan tentang #RIM."

Konten pornografi melalui internet atau media manapun tentu patut kita dukung untuk diblokir, atau diadakan tindakan hukum bagi pelanggarnya. Pada umumnya semua orang setuju dengan tindakan pemblokiran tersebut demi menyelamatkan generasi muda dari konten-konten yang berpotensi merusak moral bangsa tersebut. Meskipun harus diakui tidak mungkin pemblokiran tersebut bisa dilakukan 100 persen semua situs porno, tetapi setidaknya menguranginya semaksimal mungkin.

Sampai sekarang saja, setelah Menkominfo mengaku berhasil melakukan pemblokiran situs-situs pornografi secara signifikan, masih ada saja situs-situs porno yang bisa diakses melalui PC. Coba saja anda mencarinya di Google, dengan mengetik kata kuncinya, misalnya “sex.” Akan muncul berbagai situs-situs pornografi yang masih bisa diakses. Bahkan situs porno www.duniasex.com produk Indonesia masih bisa diakses!

Bukan Indonesia saja yang antipornografi, tetapi sebetulnya sikap tersebut bersifat universal di seluruh dunia. Hanya dalam pelaksanaannya berbeda antara satu negara dengan negara lainnya.

Dari sikap antipornografi yang bersifat universal tersebut, timbul pertanyaan, kenapa – seperti yang dijelaskan Tifatul – RIM kok sepertinya berkeberatan, dengan mengulur-ulur waktu untuk melaksanakan tuntutan Menkominfo tersebut? Apakah mereka tidak peka, atau tidak perduli dengan problem pornografi tersebut? Apakah mereka sengaja mau menentang pemerintah RI, melanggar hukum di Indonesia, sebagaimana tersirat dalam pernyataan Menkominfo tersebut?

Ternyata, ada penjelasan lain yang sepertinya tak diungkapkan Tifatul Sembiring dalam kontroversi ini.

Direktorat Jenderal Komunikasi dan Informatika Publik, Kemenkominfo Freddy Tulung, mengatakan pada Minggu, 9 Januari 2011 bahwa produsen ponsel BlakBerry (RIM) sebenarnya telah menyetujui untuk memblokir situs porno di pirantinya sejak Januari 2010.

Yang masih menjadi masalah yang membuat pemblokiran tersebut belum juga dilaksanakan RIM adalah belum ada kata sepakat antara RIM dengan operator telekomunikasi di Indonesia. RIM meminta agar semua operator di Indonesia ikut menanggung (berbagi) biaya untuk pemblokiran tersebut. Tetapi pihak operator di Indonesia berkeberatan dengan permintaan RIM tersebut (KBR68H, 09/01/2011).

"Pemerintah hanya minta agar RIM tidak memberi akses atau memfasilitasi dimuatnya konten-konten yang berbau porno. Sebetulnya dari pihak RIM sudah ada kesediaan untuk itu. Tapi mereka meminta sebagian biaya tambahan untuk melengkapi sistemnya dibebankan kepada operator. Nah itu yang operator tidak mau karena mereka harus investasi untuk itu," jelas Freddy Tulung.

Freddy berharap dalam sepuluh hari ke depan akan tercapai kata sepakat antara RIM dengan operator telekomuniksi seluler Indonesia, dan pemerintah.

Kebijakan Menkominfo tersebut tentu saja didukung sepenuhnya oleh keenam operator di Indonesia yang menjadi mitra RIM. Karena secara tak langsung Menkominfo mendukung mereka untuk menekan RIM menanggung sendiri sepenuhnya biaya pemblokiran tersebut.

Seperti diketahuikeenam mitra yang dimaksud adalah Telkomsel. Indosat, XL Axiata, Natrindo Telepon Seluler, Hutchison CP Telecom, dan Smart Telecom. Dengan posisi tiga besar terbanyak pelanggannya adalah Telkomsel (960 ribu), XL (750 ribu), dan Indosat (750 ribu).

Dari penjelasan Freddy Tulung ini timbul kesan, sepertinya Menkominfo Tifatul Sembiring dalam permasalahan dengan pihak RIM tersebut tidak mengungkapkan fakta secara utuh. Sehingga seolah-olah seluruh permasalahan tersebut timbul hanya karena pihak RIM yang tidak bisa diajak kerjasama itu.

Faktanya, ternyata karena pihak RIM merasa keberatan kalau harus menanggung seluruh biaya pemasangan filter blokir konten porno tersebut. Oleh karena itu mereka meminta agar pihak semua operator mitra bisnisnya itu mau ikut berbagi menanggung biayanya.

Enam operator mitra RIM ternyata belum bisa menyetujui usulan RIM tersebut, karena biayanya memang besar. Dengan adanya kebijakan Menkominfo dengan ultimatumnya tentang filter/blokir pornografi tersebut tentu saja sangat menguntungkan mereka. Ibaratnya meminjam tangan Menkominfo untuk mendesak RIM menanggung sendiri semua biaya pemblokiran tersebut.

Atau jangan-jangan justru tentang tuntutan blokir pornografi itu sebenarnya pesanan kepada Menkominfo dari enam operator mitra RIM itu, untuk disisipkan di antara tuntutan lainnya itu? Dengan taktik ini, kebijakan pemerintah di bawah Tifatul Sembiring itu bisa dipaksa dijalankan oleh RIM dengan biaya sepenuhnya ditanggung mereka.

Enam operator mitra RIM di Indonesia itu menolak kerjasama dengan RIM untuk pelaksanaan pemblokiran tersebut karena RIM menghendaki mereka juga ikut menanggung biayanya.

Nah, apakah dengan demikian pihak operator Indonesia mitra RIM itu yang juga berkeberatan ikut mendukung pemblokiran konten pornografi dengan alasan biaya tersebut juga tidak punya spirit nasionalisme sebagimana Tifatul nyatakan kepada mereka yang tidak mendukung kebijakannya yang main ancam kepada RIM itu?

Kalau punya spirit nasionalisme ‘kan seharusnya mau, meskipun harus keluar biaya lagi?

Biaya untuk melakukan pemblokiran tersebut ternyata memang mahal, oleh karena itu permasalahan pemblokiran situs porno di Inggris juga terbentur masalah biaya ini.

Pemerintah Inggris juga bertekad untuk melakukan pemblokiran semua situs porno, tetapi mereka tidak main ancam kepada produsen layanan seperti BlackBerry sebagaimana yang dilakukan pihak Indonesia melalui Menkominfo-nya.

Pemerintah Inggris hendak melaksanakan dengan bekerjasma dengan semua operator telekomunikasi di negaranya untuk pemblokiran tersebut.

Namun pemblokiran tersebut tidaklah total. Masih ada kemungkinan orang dewasa yang bisa mengakses konten-konten porno di internet itu. Syaratnya harus mendaftar terlebih dahulu ke operator yang dipakai jasanya itu.

Tetapi rencana itu belum bisa dilaksanakan karena belum ada kesepakatan soal pembiayaannya yang mahal itu.

http://techno.okezone.com/read/2010/12/20/55/405278/pihak-berwenang-inggris-ingin-blokir-semua-situs-porno )

Yang patut dipertanyakan juga adalah kenapa Menkominfo begitu getol mendesak dan mengancam RIM dengan BlackBerry-nya untuk memblokir konten pornografi itu? Apakah dari 2,5 juta pemakai BlackBerry terdapat jumlah yang signifikan menggunakan ponsel cerdas tersebut untuk mengkases pornografi?

Saya yakin sebagian besar pengguna BlackBerry, seperti Tifatul Sembiring sendiri, menggunakannya untuk kepentingan yang positif. Kebanyakan menggunakan untuk memperlancar pekerjaannya dan usahanya.

Sekarang ini sudah banyak perusahaan yang membekali para stafnya dengan ponsel BlackBerry tersebut dengan maksud untuk memperlancar komunikasi pihak perusahaan sehingga tercapai efesiensi dan efektifitas kerja.

Dapat dibayangkan bagaimana kalau semua yang sudah sangat membantu banyak orang/perusahaan tersebut itu, tiba-tiba distop begitu saja, sehingga 2,5 jutaan BlackBerry yang harganya tidak murah itu tiba-tiba menjadi benda tak berguna?

Untuk keberatan pengguna BlackBerry seperti ini, Tifatul punya jawabannya. Dia mengatakan tidak ada urusannya jika banyak pengguna BlackBerry mengeluh terhentinya layanan. “Itu urusan dia!” Katanya. (Tempo Interaktif,09/01/2011).

Para pengguna BlackBerry yang ikut-ikutan trend gaya hidup dengan gadget ini yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga dan para pelajar pun pada umumnya menggunakan gadget tersebut hanya untuk chatting, saling mengirim gambar mereka, up-date status jika bepergian berwisata, dan kegiatan-kegitan lainnya yang ingin diketahui oleh keluarganya atau teman-temannya yang jauh. Rasanya kita belum pernah mendengar (banyak) orang yang menggunakan BlackBerry-nya untuk mengakses situs-situs porno.

Bahkan banyak dari mereka yang justru sebelumnya tidak tahu, atau tidak terpikir menggunakan BlackBerry-nya untuk itu. Justru bisa jadi setelah heboh ultimatum Tifatul Sembiring kepada RIM soal blokir pornografi itulah yang membuat mereka tahu dan berpikir untuk mencobanya.

Kalau mau mengakses situs porno, tentu lebih nyaman menggunakan PC, komputer tablet sejenis iPad dan Galaxy Tab, karena tampilan di BlackBerry pasti sangat tidak nyaman karena kekecilan.

Kalau pun ada pengguna BlackBerry yang mengakses situs-situs porno pasti jumlahnya segelintir. Apakah gara-gara segelintir itu, pemerintah RI mau “mengorbankan” sekian juta pengguna BlackBerry yang menggunakannya sebagai prasarana bisnis, dan sejenisnya?

Seorang pembaca di Tempo Interaktif menyampaikan sarannya kepada Tifatul, yang menurut saya bagus juga, dan patut kita teruskan kepada yang bersangkutan. Katanya:

“Sekalian juga masukkan point: "Kita minta RIM memblokir situs2 terorisme dan situs2 agama dan dakwah yang menyebarkan kebencian thdp umat lain." Kalau kita memiliki rasa kemanusiaan thdp korban terorisme dan meng-HARAM-kan aksi terorisme dan sifat "anti sosial" dari kelompok tertentu, tentu kita akan setuju dengan point ini. (kecuali kalau memang sudah RASIS dari sejak lahir)”

Bagaimana, Pak Tifatul? Setuju? Jangan hanya berkonsentrasi di pornografi terus. Karena antipluralisme, sektarianime yang juga banyak beredar di internet sesungguhnya merupakan sikap yang anasionalisme Indoensia. ***

http://www.kbr68h.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1030:penutupan-konten-porno-blackberry-tak-didukung-operator-selular&catid=119:nasional&Itemid=539〈=in

http://tempointeraktif.com/hg/it/2011/01/09/brk,20110109-304805,id.html

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun