Di tahun 2024, sampah bukan sekadar tumpukan di pinggir jalan---ia mencerminkan sejauh mana kepedulian kita terhadap lingkungan. Indeks Kinerja Lingkungan 2024 (EPI), yang diterbitkan oleh Yale Center for Environmental Law & Policy dan Columbia University, menilai performa 180 negara dengan 58 indikator, termasuk pengelolaan sampah, dalam menjaga kesehatan lingkungan dan mengatasi krisis iklim. Laporan ini menunjukkan kontras mencolok di antara Malaysia, Singapura, dan Indonesia---ada kebanggaan, ada peringatan, dan ada seruan mendesak untuk bertindak. Data berikut memberikan gambaran yang jelas.
Perbandingan Pengelolaan Sampah di Malaysia, Singapura, dan Indonesia
Malaysia: Antara Harapan dan Tantangan
Malaysia menghadapi tantangan besar dengan skor pengelolaan sampah 35,4 (peringkat 71 dunia). Setiap warga menghasilkan sekitar 32,7 kg sampah per tahun menurut EPI, atau sekitar 0,9 kg per hari berdasarkan laporan UNEP Global Waste Management Outlook 2024. Sayangnya, hanya 47,2% sampah yang dikelola dengan baik, mengalami penurunan drastis sebesar 52,8 poin dalam satu dekade terakhir akibat lemahnya sistem pengelolaan. Namun, ada kemajuan: tingkat pemulihan sampah meningkat 13,9 poin menjadi 32,2%, menandakan pergeseran menuju daur ulang dan ekonomi sirkular. Pemerintah Malaysia menargetkan tingkat daur ulang 40% pada 2025 (GMI Research), tetapi pencapaian target ini masih membutuhkan upaya besar.
Singapura: Teladan Dunia dalam Pengelolaan Sampah
Singapura menempati peringkat pertama dunia dengan skor 75,5. Setiap individu menghasilkan 42 kg sampah per tahun (EPI), atau sekitar 1,15 kg per hari, tetapi seluruh limbah ini dikelola dengan baik melalui daur ulang, pengomposan, dan pembakaran untuk energi. Dengan tingkat pemulihan sampah mencapai 96,7%, Singapura menjadi contoh global, meskipun ada sedikit penurunan sebesar 0,5 poin dalam satu dekade terakhir. Menurut NextMSC, industri pengelolaan sampah Singapura bernilai USD 3,03 miliar pada 2023 dan diproyeksikan mencapai USD 5,99 miliar pada 2030, membuktikan bahwa investasi dalam teknologi dan kebijakan ketat memberikan hasil nyata.
Indonesia: Raksasa yang Perlu Bangkit
Indonesia masih tertahan di peringkat 122 dengan skor 26,7, tanpa perubahan signifikan dalam dekade terakhir. Setiap orang membuang sekitar 48 kg sampah per tahun (EPI), atau sekitar 0,7-1 kg per hari menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2024. Total sampah plastik sedotan saja mencapai 93 juta kg per hari. Namun, hanya 31,1% sampah yang dikelola dengan baik, sementara tingkat pemulihan masih sangat rendah, hanya 3,1%. Bank Dunia dalam laporan What a Waste 2.0 (2018) memproyeksikan sampah global akan meningkat menjadi 3,4 miliar ton pada 2050. Indonesia, yang menyumbang 23% sampah di kawasan Asia Timur-Pasifik, harus bertindak cepat agar tidak semakin tertinggal. Jika tidak ada perubahan, lautan Indonesia bisa dipenuhi limbah plastik.
Seruan untuk Bertindak
Laporan EPI 2024, didukung data dari UNEP dan Bank Dunia, menjadi peringatan serius. Singapura membuktikan bahwa sistem dan disiplin dapat mengatasi masalah sampah. Malaysia menunjukkan bahwa kemajuan mungkin terjadi, tetapi konsistensi sangat penting. Sementara itu, Indonesia menghadapi ancaman stagnasi yang dapat berdampak besar terhadap lingkungan dan masyarakat.
Sampah adalah masalah yang kita ciptakan, tetapi juga peluang yang sering kita abaikan. Dengan proyeksi dari Kementerian PUPR bahwa volume sampah nasional bisa mencapai 82 juta ton pada 2045, kita tidak punya banyak waktu untuk bertindak. Akankah kita membiarkan bumi semakin dipenuhi limbah, atau mulai bergerak menuju masa depan yang lebih hijau? Pilihannya ada di tangan kita---sekarang.
Referensi Tambahan:
- UNEP Global Waste Management Outlook 2024 -- Estimasi sampah harian per kapita dan tren global.
- Bank Dunia -- What a Waste 2.0 -- Proyeksi sampah global dan kontribusi regional.
- KLHK 2024 -- Data spesifik Indonesia tentang sampah plastik sedotan (93 juta kg/hari).
- Kementerian PUPR -- Proyeksi sampah nasional 2045 (82 juta ton).
- GMI Research & NextMSC -- Target daur ulang Malaysia dan nilai pasar industri pengelolaan sampah Singapura.