[caption id="" align="alignleft" width="300" caption="Ramabargawa/Ramaparasu"][/caption] “Kabut tipis membalut lembut di danau bening, dimana Dewi renuka kehilangan akal sehatnya bercinta dengan Raja citrarata. Birahinya meledak disekujur tubuh membakar lenyap akal sehat. Dilupakannya Suaminya Resi Jagmani dan kelima anaknya. Resi Jamadagni adalah seorang yang sakti, mempunyai kemampuan merasakan perselingkuhan Dewi Renuka. Bersimpuhlah ia di kaki Resi jamadagni meminta maaf, Ramabargawalah yang mau menuruti perintah ayahnya. Dipenggalah kepala sang Ibunda. Darah terserak membasahi dinding padepokan resi Jamadgni, langit berduka meratapi kekejaman Ramabargawa.. Tak lama setelah itu Resi Jamadagni dibunuh oleh anak anak prabu Arjunasasrabahu. Kematian sang ayah membangkitkan dendam Ramabargawa. Ia bersumpah akan membunuh semua satria yang ditemuinya. Dendamnya membuat Ia berkeliling dunia selama tujuh kali untuk membunuh para satria. Satria dianggapnya sebagai penyebab peperangan dan kekacauan. Rama bargawa adalah jawaban alam akan kekacauan itu. Dibunuhnya para satria itu dengan kapak besarnya. Sampai nanti ia akan dikalahkan oleh Ramawijaya.”
Lain di pertapaan Resi Jamadagni, lain pula di Nusantara, dimana Para satrianya membuat kekacauan dengan pembunuhan pilar- pilar penegak kejujuran. Satria yang harusnya memerangi keangkaramurkaan malah menjadi bagian didalamnya. Para satria berlomba- lomba untuk menutupi ketidak jujurannya didukung oleh para bregajul-bregajul lainnya demi harta dan kuasa. Nusantara pada titik nadir, kehilangan harapan.
Mungkin saat ini Nusantara membutuhkan sosok seperti Ramabargawa, Sang Pembunuh Satria yang kejam dan tanpa belas kasihan membunuh para satria dan bregajul- bregajulnya pemuja harta dan kuasa. Alam mungkin akan menciptaka sosok seperti ini untuk nusantara, tetapi apakah sudah saatnya?
Sosok ini harus mampu memenggal kepala ibunya sendiri. Ibu berpakaian motif banteng, beringin, bulan, keadilan, hati nurani atau motif apapun itu. Sosok yang cinta akan kematian sejati. Cintanya pada kematian sejati harus lebih besar dari kehidupan . Kematian sejatinya adalah hidup tanpa harta dan kuasa dan dendamnya adalah dendam pada ketidakjujuran. Nusantara sepertinya tidak butuh satu ramabargawa. Nusantara butuh kawanan Ramabargawa yang memanggul kapak pemenggal kepala para satria dan bregajul-bregujul lainnya.
Hai Nusantara apakah engkau telah siap?
Harapan Masa 17-02-15
Sesaat sebelum pulang.