Mohon tunggu...
Burdani Dani
Burdani Dani Mohon Tunggu... Insinyur - Sastra Mengubah Dunia

Saya senang membaca, saya juga berusaha menuliskan sesuatu yang berguna bagi orang. Boleh jadi menjadikannya hiburan atau penggugah inspirasi bagi orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita Pertama yang Akan Masuk Surga

24 Agustus 2013   13:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:53 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seorang wanita terpuji dengan akhlak sangat mulia terngiang ucapan ayahnya yang tercinta. Lelaki terbaik dan disucikan itu berkata “Engkaulah yang akan menjadi pemimpin wanita di surga kelak.”

Wanita mulia itu tersenyum dan sangat bersyukur namun ia sangat penasaran, siapakah kiranya wanita pertama yang akan masuk surga nanti. Ia bergegas menemui lelaki suci itu, serta merta ia tanyakan apa yang menjadi pertanyaan bathinnya. Lelaki suci nan sangat bijaksana itu berkata,

“Engkaulah yang akan masuk surga pertama kalinya namun ada seorang lagi, dialah Mutiah !”

Wanita mulia itu sedikit terkejut juga penasaran, siapakah wanita itu yang mempunyai derajat mulia juga. Maka ia mulai mencari keberadaan wanita tersebut di pinggiran kota, ia ingin sekali mengenalnya. Amal atau ibadah apa kiranya yang membuat derajat wanita tersebut dimuliakan.

Dengan ijin dari suaminya wanita mulia itu bergegas hendak menemui Mutiah, ia mengajak anak lelaki pertamanya yang masih kecil. Tiba di rumah Mutiah, wanita mulia itu perlahan mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Pintu itu terbuka perlahan dan sesosok wanita kharismatik terlihat di hadapannya dialah Mutiah. Ternyata Mutiah mengenal wanita mulia itu,

“Aku bersyukur seorang wanita mulia dari lelaki suci berkenan berkunjung ke rumahku !”

Namun ketika Mutiah mengetahui bahwa wanita mulia itu tidak sendiri, segera dia menutup pintu rumahnya kembali. Wanita mulia itu terheran-heran dengan sikap Mutiah tersebut, dengan sedikit segan hati  ia bertanya dari balik pintu, mengapa Mutiah bersikap demikian kepada mereka.

Dari balik pintu pula menjawab, “Bukankah lelaki suci yaitu ayahmu sendiri berkata bahwa seorang wanita tidak boleh memasukkan lelaki ketika suaminya tidak ada di rumah atau tanpa seizin suaminya. Anakmu itu lelaki meskipun masih kecil !”

Mendengar itu, wanita suci itu terharu. Ternyata Mutiah benar-benar mengikuti perintah seorang Nabi karena ketaatannya kepada Tuhan. Mutiah berkata kepada wanita suci itu agar mereka pulang dahulu dan kembali esok pagi. Ia akan meminta izin dahulu kepada suaminya untuk boleh menerima mereka berdua esok hari. Wanita suci itu agak kaget mendengarnya namun ia tenangkan hati sebab memang begitulah yang ayahnya ajarkan kepadanya.

Dengan semangat keesokan harinya wanita suci itu bergegas berkunjung lagi ke rumah Mutiah. Wanita suci itu kini mereka pergi bertiga, dia bawa kedua anak lelakinya. Ia kembali mengetuk pintu yang sama dia ketuk kemarin. Segera pintu terbuka dan Mutiah tersenyum namun tak lama itu terjadi. Kejadian kemarin terulang kembali, Mutiah menutup pintunya kembali. Wanita mulia itu kembali terheran-heran dan mengajukan pertanyaan yang sama seperti kemarin.

“Mengapa kau masih tolak kami masuk, bukankah kau telah meminta izin suamimu untuk  menerima kami ?”

Mutiah berkata dari balik pintu, “Memang aku telah meminta izin kepada suamiku tetapi izin suamiku hanya untuk dua orang, kau dan anak lelakimu yang paling besar. Kini kau membawa lagi seorang anak lelaki lainnya dan aku belum meminta izin kembali kepada suamiku !”

Betapa takjubnya wanita mulia itu kepada akhlak Mutiah yang begitu patuh kepada perintah Nabi dan menjunjung tinggi suaminya. Akhirnya wanita mulia itu kembali pulang dengan kedua anak lelakinya.

Keesokanharinya mereka bertiga kembali berkunjung ke rumah Mutiah. Segera Mutiah membuka pintu dan mempersilahkan mereka bertiga masuk. Dengan semangat wanita mulia itu masuk ke rumah Mutiah, ia sangat ingin segera mengetahui amalan dan ibadah apa yang membuat perempuan itu termasuk wanita pertama yang masuk surga selain dirinya.

Terlihat isi rumah Mutiah ternyata sangat sederhana, tak ada satupun barang mewah di dalamnya. Semua tertata rapi dan bersih. Kedua anak lelakinya pun sangat betah bermain. Kenyamanan begitu terasa diseluruh sudut ruangan rumah Mutiah. Mutiah pun sibuk keluar masuk dapurnya, ia sedang mempersiapkan hidangan untuk makan siang suaminya. Mutiah dengan wajah serius meminta maaf kepada wanita mulia itu karena ia tidak bisa menemaninya mengobrol bersama. Sekali lagi wanita mulia itu tertegun dan terharu akan kesetiaan Mutiah kepada suaminya.

Tak lama Mutiah sudah selesai pada pekerjaannya, ia taruh sebuah hidangan pada sebuah mangkuk dan di sisi mangkuk tersebut diletakan sebuah cambuk.

Melihat itu wanita mulia itu heran dan bertanya kepada Mutiah, “Untuk apa cambuk itu kau letakan di sebelah mangkuk hidangan itu ?”

Mutiah dengan tersenyum berkata, “Jika hidangan itu tak enak dirasakan suaminya, maka ia rela memberikan cambuk tersebut untuk dicambukan di punggungnya.”

“Apakah itu semua keinginan suamimu ?”

“Bukan ! itu semua keinginanku, aku tidak mau menjadi istri yang durhaka kepada suami. Aku mencari keridhoan suamiku, bukankah seorang istri harus patuh kepada suami dan suaminya ridho kepadanya !”

Wanita suci itu sekarang benar-benar mengerti mengapa ayahnya yang seorang Nabi mengatakan bahwa Mutiah adalah seorang wanita yang menemaninya pertama masuk surga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun