Mohon tunggu...
Burdani Dani
Burdani Dani Mohon Tunggu... Insinyur - Sastra Mengubah Dunia

Saya senang membaca, saya juga berusaha menuliskan sesuatu yang berguna bagi orang. Boleh jadi menjadikannya hiburan atau penggugah inspirasi bagi orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Makan Malam Pahlawan dan Jamuan Kenegaraan

17 Agustus 2013   19:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:11 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Aku Legium Veteran kata diriku sendiri !"

"Kerentaan jasmani dan hati, itulah diriku kini. Terlalu sulit mengingatkan mereka bahwa aku pernah memperjuangkan bangsa ini. Semua seakan melupakanku !"

"Temanku sudah hampir gugur semua, selain ada yang tersisa pada usia kepikunan. Berapalah lagi usiaku kini yang akan bertahan, sebulan atau sewindu entahlah. Usiaku tak berharga di mata negara ini !"

"Aku tak sirik dengan beberapa bawahanku yang memakai seragam Legium Veteran itu tapi yang aku inginkan hanya pengakuan dan kejernihan ingatan mereka pada perjuanganku dulu !"

"Aku bukan menghiba atau meminta-minta karena aku miskin sekarang, bukankah dari zaman perjuangan hingga kemerdekaan kami miskin sandang dan pangan. Kami hanya bersemangat agar para keparat penjajah segera meninggalkan negara ini saja !"

"Kami dulu bergerilya di hutan dengan berteman dingin, sengatan nyamuk malaria, gigitan ular berbisa dan rasa cemas secemas-cemasnya akan takut kepada kematian yang selalu menjadi sahabat terdekat kami, sementara para Belanda itu dibuai noni-noni seksi berpesta pora sambil minum dan dansa-dansi !"

"Kini sudah merdeka, katanya ! Aku dan banyak Legium Veteran yang terlupakan atau sengaja dilupakan tak pernah diundang negara untuk jamuan makan malam kenegaraan !" Jadi zaman dulu dan sekarang sama saja...ach aku cengeng kalau sudah tua renta begini ! Maafkan aku !"

"Dulu aku berjuang, badanku berdarah dan berkeringat, jarang mandi dan tentu sangat bau !" Bisa hidup saja dulu itu sudah Alhamdulillah. Kini akupun sama, sering berjalan terseok-seok agak jauh. Aku sering berkunjung ke sesama teman bertujuan ingin ngobrol juga ikut makan bareng. Aku hanya berani meminta kepada sesama bekas pejuang karena dulu kitapun begitu. Kalau minta sumbangan kepada pemerintah atau orang lain aku tak mau, itu memalukan !" Badanku juga sekarang sering bau keringat kerentaan dan mungkin kata orang sudah bau tanah. Terserah apa kata orang !"

"Aku sering tersenyum kepada beberapa orang yang hormat kepadaku, ada yang serius ada juga yang melecehkan sambil cekikikan. Untuk yang serius aku sangat terharu dan yang untuk cekikikan sebenarnya ingin aku tembak tapi untungnya itu hanya anganku saja. Menertawakan Pahlawan adalah sikap terburuk dan sudah pantas dibilang penghianat bangsa. Bukankah hukuman seorang penghianat itu adalah tembak mati ?"

"Aku lelah kini, badanku ingin kubaringkan di dipan tua ini, mudah-mudahan tidak ambruk setelah aku tiduri untuk kesekian kalinya. Beri mimpi aku Tuhan tentang dahsyatnya perjuangan aku dan temanku dulu, karena itu hal terindah dan sangat membanggakanku memperjuangkan bangsa ini ! Jangan kau beri mimpi aku diberi penghargaan oleh pemerintah yang terlambat atau melupakan kami !"

"Wah Tuhan mengabulkan permohonanku, aku jadi bermimpi.....merdeka....merdeka....merdeka....serbuuuu....tutup sector kiri dan maju....jangan takut ayo maju biar Tuhan bersama kita mengusir penjajah keparat itu....serbuuuuu !"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun