Mohon tunggu...
Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Mohon Tunggu... Petani kopi dan literasi

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semarak Dakwah di Bulan Ramadan: Transformasi Menuju Perilaku Islami yang Lebih Substansial

1 Maret 2025   08:33 Diperbarui: 1 Maret 2025   08:33 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pengajian di dalam masjid | Foto: Dandung (Dokpri)

Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, yaitu ditentukannya awal Ramadan oleh pemerintah.

Awal Ramadan 1446 Hijriah/2025 M telah ditentukan melalui Sidang Isbat tanggal 28 Februari 2025 yang dipimpin oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar dan berlangsung di Auditorium H M Rasjidi, Kemenag RI, Jakarta Pusat. Sidang dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk MUI, BMKG, ahli falak, serta perwakilan dari DPR dan sebagainya.

Sejak ditentukannya awal Ramadan 1446 H, semarak dakwah Islam mulai terasa mewarnai seluruh kehidupan umat islam hingga masuk ke seluruh pelosok tanah air. 

Peran media sosial tidak dapat dipungkiri, sangat berpengaruh terhadap kecepatan dan daya jangkau dalam mencapai jamaah pada setiap lapisan masyarakat dengan berbagai tingkat sosial yang sangat heterogen.

Berbagai agenda kegiatan dakwah yang telah disusun oleh pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dengan bermacam pesan-pesan moral mulai bertebaran, bakal mengisi setiap sudut-sudut ruang dan waktu. Hal itu menunjukkan dengan jelas bahwa Ramadan merupakan momentum peningkatan kualitas dan kuantitas dakwah.

Semangat berdakwah di bulan Ramadan memberikan kesadaran bahwa menyampaikan pesan-pesan dakwah bukan hanya sebagai bentuk keharusan yang bersifat rutinitas dan tanggung jawab sebagai seorang muslim terhadap agamanya, lebih dari itu dakwah merupakan sebuah konsekuensi terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.

Kata dakwah sendiri berasal dari bahasa Arab, artinya panggilan, ajakan, atau seruan. Dalam tata bahasa Arab, kata dakwah berbentuk "isim masdar" yang berasal dari kata kerja da'i-yad'u-da'watan yang artinya memanggil, mengajak, atau menyeru. Orang yang menyampaikan dakwah biasa disebut dengan da'i.

Dari makna itu kemudian diuraikan secara terminologi bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia baik di kehidupan dunia saat ini  dan di kehidupan saat nanti di akhirat.

Ajakan itu bisa dalam bentuk lisan, tulisan, dan perbuatan, dengan tujuan untuk memperkokoh dan meningkatkan kualitas nilai-nilai ketakwaan umat.

Dalam firman Allah SWT surat Ali Imran: 104, dengan tegas Allah SWT memerintahkan agar orang mukmin mengajak manusia lainnya untuk berbuat kebaikan serta menyuruh menghindari kemungkaran. Bahkan Allah SWT berjanji bahwa orang yang mengerjakan perintah dakwah itu akan mempunyai kedudukan yang tinggi di hadapan Allah SWT yaitu sebagai orang yang beruntung.

Suasana Ramadan memang sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis seorang muslim untuk lebih terbuka hatinya dalam menerima ajakan kebenaran, hal itu tercermin dari semangatnya dalam menghampiri masjid-masjid dan surau-surau. Mereka datang bukan hanya untuk melaksanakan ibadah shalat fardhu secara berjamaah, namun mereka juga ingin thalabul 'ilmi menghadiri kajian-kajian yang disampaikan oleh para da'i.

Momentum itu hendaknya tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadan, mesti terus dijaga sepanjang waktu walaupun bulan Ramadan sudah berakhir. Keserasian hubungan dengan sesama muslim maupun hubungan dengan umat beragama lainnya harus terus terbina dengan baik, termasuk hubungan antara rakyat dengan pemerintah atau mungkin dengan para wakil rakyat di parlemen.

Bagaimana pun semaraknya dakwah di bulan Ramadan tetap perlu disyukuri karena boleh jadi itu menjadi titik awal proses transformasi menuju masa depan yang lebih baik bagi umat islam pada khususnya maupun seluruh rakyat Indonesia pada umumnya.

Dakwah memang seharusnya mengarah ke sana, menjadi momentum transformasi dari sekedar pembicaraan menjadi sikap yang nyata, mengubah identitas keislaman yang ornamental menuju perilaku islami yang lebih substansial. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun