Empat bulan menjadi asisten mengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di SMK PGRI 6 Malang adalah pengalaman yang begitu bermakna dalam perjalanan akademik dan pribadi saya. Saya diberi tanggung jawab untuk mendampingi proses pembelajaran PJOK di kelas 10, khususnya dalam materi utama: senam irama, dan lompat jauh. Dari setiap materi yang saya ajarkan, saya mendapatkan pelajaran berharga tentang cara mengajar, memahami karakter siswa, dan pentingnya pendekatan yang menyenangkan dalam olahraga.
Â
Senam Irama: Menggerakkan Tubuh, Menggugah Percaya Diri
Materi pertama yang saya ajarkan adalah senam irama. Bagi sebagian siswa, senam bukanlah sesuatu yang mereka sukai. Banyak yang merasa canggung, malu bergerak di depan teman, apalagi jika harus mengikuti irama musik. Namun saya melihat ini sebagai tantangan sekaligus peluang untuk membangun rasa percaya diri siswa. Saya memulai pembelajaran dengan mengenalkan gerakan dasar senam ritmik secara perlahan, tanpa musik terlebih dahulu. Setelah siswa mulai terbiasa dengan gerakannya, barulah saya tambahkan musik berirama sedang. Untuk membuat pembelajaran lebih menarik, saya membagi mereka menjadi kelompok kecil dan menggunakan backsound yang telah di tentukan. Hasilnya luar biasa. Siswa yang awalnya pasif mulai berani tampil. Mereka saling menyemangati, bahkan memberi ide satu sama lain. Di akhir sesi, masing-masing kelompok tampil di depan kelas. Saya bangga melihat keberanian mereka, dan lebih bangga lagi ketika saya tahu ada siswa yang tadinya sangat pendiam, kini menjadi pemimpin kelompok yang penuh semangat.
Lompat Jauh: Melampaui Batas Diri
Materi kedua adalah lompat jauh, yang menuntut siswa untuk menguasai teknik awalan, tolakan, melayang di udara, dan mendarat dengan benar. Saya menyadari bahwa banyak siswa yang belum familiar dengan teknik dasar lompat jauh, jadi saya membaginya dalam beberapa tahapan latihan, mulai dari latihan awalan tanpa lompat, latihan tolakan menggunakan garis datar, hingga akhirnya berlatih lompat penuh di area pasir yang tersedia di sekolah. Salah satu tantangan terbesar dalam materi ini adalah membangun keberanian siswa untuk "melompat". Beberapa siswa ragu-ragu karena takut jatuh atau tidak percaya diri. Saya pun turun langsung memberi contoh gerakan, sekaligus memberi motivasi satu per satu. Saya tekankan bahwa yang terpenting bukan seberapa jauh mereka melompat, tetapi seberapa berani mereka mencoba dan memperbaiki teknik secara bertahap. Saya masih ingat seorang siswa bernama Gabrilla, yang awalnya selalu menolak saat giliran melompat. Saya ajak bicara secara pribadi dan saya dampingi secara khusus. Setelah latihan beberapa kali, akhirnya ia berhasil melompat meski jaraknya belum jauh. Namun ekspresi bangganya saat itu sangat membekas bagi saya. Ia berkata, "Ternyata bisa juga ya, asal dicoba." Kalimat sederhana itu adalah bukti bahwa keberanian muncul bukan dari hasil, tapi dari proses.
Refleksi dan Pembelajaran
Selama empat bulan di SMK PGRI 6 Malang, saya tidak hanya belajar menjadi pendidik, tetapi juga menjadi pendengar, pengamat, dan pembimbing yang sabar. Saya belajar bahwa setiap siswa punya cara belajar dan kepercayaan diri yang berbeda-beda. Tugas seorang guru PJOK bukan hanya mengajarkan gerakan, tapi juga menghidupkan semangat, membentuk karakter, dan memberi ruang bagi siswa untuk berkembang. Dukungan dari guru pamong dan para siswa sangat membantu saya dalam menjalani proses asistensi ini. Guru pamong selalu memberi masukan yang membangun dan mempercayai saya untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran. Para siswa pun memberikan respon positif yang membuat saya semakin bersemangat menjalani setiap sesi. Pengalaman ini telah memperkuat keyakinan saya bahwa mengajar adalah panggilan hati. Di lapangan, saya tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai penting dalam kehidupan---keberanian, kerja sama, disiplin, dan sportivitas. Saya bersyukur pernah menjadi bagian dari proses pembelajaran di SMK PGRI 6 Malang, dan saya berharap suatu saat bisa kembali, bukan lagi sebagai asisten, tetapi sebagai guru yang sepenuhnya berdiri untuk mendidik dengan hati
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI