Jadi bisa Anda bayangkan, seberapa besar kesenjangan yang dihadapi pemuda di negara-negara berkembang? Di sisi lain, meskipun akses ke pendidikan tinggi semakin luas,ternyata pasar kerja belum mampu menampung lulusan baru dengan keterampilan tinggi.Â
Menurut ILO, dua dari tiga anak muda di negara berkembang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan kualifikasi mereka. Dan akibatnya, banyak yang akhirnya terpaksa bekerja di sektor informal atau bergaji rendah dan sangat rendah, meskipun telah menempuh pendidikan tinggi. Ini menimbulkan rasa kecewa dan keterasingan yang makin dalam di benak generasi muda yang sudah tentu akan berdampak pada sisi psikologis mereka.
Selama tahun 2025, akan ada banyak forum penting untuk mengevaluasi kemajuan dan merumuskan kebijakan lanjutan, seperti Beijing+30, Konferensi Internasional ke-4 tentang Pembiayaan untuk Pembangunan, dan KTT Dunia Kedua untuk Pembangunan Sosial. Dan negara-negara peserta pun  berjanji untuk benar-benar mengambil langkah nyata. Lalu,apakah pakta-pakta ini akan menghasilkan kebijakan yang benar-benar berdampak positif? Sepertinya masih perlu kita tunggu. Tapi setidaknya, pembicaraan soal masa depan generasi muda akan terus hidup.
Untuk menjawab tantangan ini, para cendekiawan berpikir jika pendidikan harus berubah arah, dengan kata lain fokus pada keterampilan yang nyata, tak cukup dengan hanya mengandalkan teori dan gelar akademik saja, di mana pengembangan keterampilan praktis, terutama keterampilan digital dan teknologi, harus menjadi prioritas.Â
Selain itu, perlu membuka ruang bagi pendekatan pendidikan non tradisional seperti kursus singkat, pelatihan teknis, pembelajaran daring, hingga micro credentials yang lebih fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan industri. Micro Credendtials adalah sertifikat atau pengakuan atas keterampilan atau kompetensi spesifik yang diperoleh melalui pelatihan atau pendidikan singkat. Micro-credentials biasanya diberikan dalam bentuk digital dan dapat diperoleh melalui berbagai platform online atau institusi pendidikan.
Generasi muda adalah kunci perubahan, masa depan adalah milik mereka, tapi jika tanpa akses terhadap pendidikan dan keterampilan yang relevan, mereka akan terus tertinggal. Rhenald Kasali selalu mengatakan di setiap akhir podcastnya " Stay Relevan!". Tak berlebihan kiranya, sudah saatnya setiap elemen berhenti berpikir bahwa pendidikan hanya soal ijazah dan gelar akademis, lalu mulai membangun sistem yang benar-benar mempersiapkan generasi muda menghadapi kenyataan dunia kerja dan tantangan global yang ternyata jauh lebih seru dari sekedar ditolaknya skripsi dan mengejar-ngejar dosen pembimbing.
"Kalau kita ingin dunia yang lebih baik di masa depan, kita harus mulai dari memberi alat yang tepat kepada generasi yang akan memimpinnya." - Anonim.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI