Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Apa yang kamu rasakan tetap penting, bahkan jika dunia sibuk sendiri.

Manusia yang pernah menahan banyak hal diam-diam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saatnya Fokus pada Keterampilan Praktis Generasi Muda

6 Juni 2025   13:28 Diperbarui: 6 Juni 2025   13:28 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kegiatan perkuliahan di salah satu uversitas (foto: pustaka Canva)

Jadi bisa Anda bayangkan, seberapa besar kesenjangan yang dihadapi pemuda di negara-negara berkembang? Di sisi lain, meskipun akses ke pendidikan tinggi semakin luas,ternyata pasar kerja belum mampu menampung lulusan baru dengan keterampilan tinggi. 

Menurut ILO, dua dari tiga anak muda di negara berkembang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan kualifikasi mereka. Dan akibatnya, banyak yang akhirnya terpaksa bekerja di sektor informal atau bergaji rendah dan sangat rendah, meskipun telah menempuh pendidikan tinggi. Ini menimbulkan rasa kecewa dan keterasingan yang makin dalam di benak generasi muda yang sudah tentu akan berdampak pada sisi psikologis mereka.

"Kita harus mulai dari memberi alat yang tepat kepada generasi yang akan memimpinnya."  (Foto:Canva)
September 2024 lalu, para pemimpin dunia menyepakati Pakta untuk Masa Depan di KTT PBB. Intinya, pakta ini menegaskan bahwa anak muda harus mendapat akses pendidikan yang aman, setara, dan berkualitas, yang tujuan akhirnya adalah mempersiapkan anak-anak muda menghadapi dunia yang terus menerus berubah. Tak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa manusia-manusia yang bisa beradaptasilah yang bisa bertahan.


Selama tahun 2025, akan ada banyak forum penting untuk mengevaluasi kemajuan dan merumuskan kebijakan lanjutan, seperti Beijing+30, Konferensi Internasional ke-4 tentang Pembiayaan untuk Pembangunan, dan KTT Dunia Kedua untuk Pembangunan Sosial. Dan negara-negara peserta pun  berjanji untuk benar-benar mengambil langkah nyata. Lalu,apakah pakta-pakta ini akan menghasilkan kebijakan yang benar-benar berdampak positif? Sepertinya masih perlu kita tunggu. Tapi setidaknya, pembicaraan soal masa depan generasi muda akan terus hidup.

Untuk menjawab tantangan ini, para cendekiawan berpikir jika pendidikan harus berubah arah, dengan kata lain fokus pada keterampilan yang nyata, tak cukup dengan hanya mengandalkan teori dan gelar akademik saja, di mana pengembangan keterampilan praktis, terutama keterampilan digital dan teknologi, harus menjadi prioritas. 

Selain itu, perlu membuka ruang bagi pendekatan pendidikan non tradisional seperti kursus singkat, pelatihan teknis, pembelajaran daring, hingga micro credentials yang lebih fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan industri. Micro Credendtials adalah sertifikat atau pengakuan atas keterampilan atau kompetensi spesifik yang diperoleh melalui pelatihan atau pendidikan singkat. Micro-credentials biasanya diberikan dalam bentuk digital dan dapat diperoleh melalui berbagai platform online atau institusi pendidikan.

Generasi muda adalah kunci perubahan, masa depan adalah milik mereka, tapi jika tanpa akses terhadap pendidikan dan keterampilan yang relevan, mereka akan terus tertinggal. Rhenald Kasali selalu mengatakan di setiap akhir podcastnya " Stay Relevan!". Tak berlebihan kiranya, sudah saatnya setiap elemen berhenti berpikir bahwa pendidikan hanya soal ijazah dan gelar akademis, lalu mulai membangun sistem yang benar-benar mempersiapkan generasi muda menghadapi kenyataan dunia kerja dan tantangan global yang ternyata jauh lebih seru dari sekedar ditolaknya skripsi dan mengejar-ngejar dosen pembimbing.

"Kalau kita ingin dunia yang lebih baik di masa depan, kita harus mulai dari memberi alat yang tepat kepada generasi yang akan memimpinnya." - Anonim.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun