Mohon tunggu...
Danang Tw
Danang Tw Mohon Tunggu... -

Danang Tw Sebagai mahasiswa Teknik Industri, Universitas Mercu Buana Jakarta. Sekaarang bekerja di PT. Alkindo Mitra Raya

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kontroversi Bio Fuel

22 Desember 2011   21:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:53 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti kita ketahui bersama bahwa kebutuhan akan bahan bakar saat ini kian tinggi, dapat kita lihatbahwa pertumbuhan kendaraan bermotor, mobil dan motor-motor bakar lainnyayang terus meningkat tiap harinya. Hal ini tentu saja akan meningkatkan konsumsi terhadap bahan bakar mesin atau motor tersebut.

Sayangnya bahan bakar tersebut didominasi oleh bahan bakar yang berasal dari fosil. Ternyata bahan bakar jenis ini bersifat tidak terbarukan atau suatu saat akan habis jika di gunakan terus-menerus. Selain itu bahan bakar ini menghasilkan emisi gas CO2 yang merupakan gas rumah kaca. Maka di butuhkan bahan bakar alternatif untuk mengurangi bahkan mengganti bahan bakar fosil yang tak terbaharui tersebut.Belakangan ini muncul bio-fuel sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Biofuel adalah bahan bakarbaik berupa padatan, cairan dan gas yang di hasilkan dari bahan-bahan organik, yang juga disebut non-fosil Energi. Biofuel ini menjadi primadona karena bahan bakar ini dikemas dengan kemasan yang ramah lingkungan karena berasal dari alam, meskipun ada pihak yang menentangnya. Seorang ekolog dari Universitas Minnesota, David Tilman, dalam makalah yang dimuat di jurnal Science, menyatakan bahwa emisi dari etanol 93 persen lebih tinggi diandingkan bens

Penggunaan etanol yang terbuat dari fermentasi zat pati sebagai bahan bakar pengganti dari bensin dapat mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebanyak 10-20 persen . Namun penelitian terdahulu belum memperhitungkan penggunaan lahan pertanian untuk dialih fungsikan menjadi lahan budi daya tanaman bahan bakar.

Tindakan ini menjadi kurang tepat jika di terapkan pada negara yang masih mengalami kekurangan pangan, karena akan mengakibatkan pengurangan hasil pertanian tanaman pangan sebagai akibat dari alih fungsi lahan tersebut. Sebagai akibat dari pengurangan bahan pangan maka akan timbul kenaikan harga dan akan mendorong orang untuk melakukan konversi lahan hutan dan padang rumput untuk di tanami tanaman bahan pangan.

Padahal mengubah lahan hutan dan padang rumput dalam konteks perubahan iklim amat dilarang, karena akan mengurangi kemampuan bumi untuk menyerap gas rumah kaca (GRK). Jadi untuk sementara ini penggunaan biofuel akan menimbulkan GRK yang lebih besar, terutama jika di kalkulasi pula dengan proses produksi tanaman bahan bakar. Kecuali jika penanaman tanaman bahan bakar memanfaatkan lahan kosong yang tidak di garap, tanpa membuka lahan hutan dan padang savanna. Langkah ini akan menghasilkan GRK yang lebih kecil bila di bandingkan dengan bahan bakar fosil.

Biofuel dapat diperolah dari tanaman kelapa sawit, tebu, ketela dan jarak pagar. Bisa dilihat bahwa sebagian besar tanaman tersebut merupakan bahan makanan yang juga di konsumsi oleh manusia. Biofuel dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu bio-etanol, bio-diesel dan bio-oil.

Bio-etanol digunakan sebagai pengganti bahan bakar (gasoline) untuk transportasi, dengan target substitusi 10 persen. Bahan bakunya dari ubi kayu atau ketela dan tebu. Cara pembuatannya yaitu dengan proses fermentasi dengan menggunakan bakteri.

Bio-diesel digunakan sebagai bahan pengganti diesel (solar) yang akan di gunakan untuk transportasi 10 persen dan power plant 50 persen. Bahan bakunya yaitu dari minyak kelapa sawit dan jarak pagar. Cara memperolehnya yaitu dengan menggunakan proses destilasi, kemudian hasilnya di pisahkan berdasarkan fraksinya.

Bio-oil, memiliki 3 turunan, yaitu :

Bio-kerosin sebagi pengganti minyak tanah untuk rumah tagga (10 persen)dengan bahan baku minyak kelapa sawit dan jarak pagar.

Bio-oil sebagai pengganti automotive diesel oil (ADO) untuk transportasi (10 persen) dan power plant (10-50%), bahan bakunya dari minyak kelapa sawit dan jarak pagar.

Bio-oil sebagai pengganti minyak bakar (fuel oil) untuk Industri sebanyak 50 persen. Bahan baku nya adalah kelapa sawit dan jarak pagar.

Bio-fuel dapat kita kembangkan menjadi bahan bakar pengganti, dengan syarat lahan yang digunakan untuk tanaman bahan bakar (ubi kayu, kelapa sawit, jarak pagar dan tebu) tidak mengurangi dari jumlah lahan pertanian untuk bahan makanan. Selain itu tidak membuka lahan baru dengan cara membabat hutan dan padang savana.

Sumber :

http://don85.wordpress.com/2008/01/16/biofuel-development-di-indonesia/

http://id.wikipedia.org/wiki/Biofuel#ENERGY_BAHAN_BIO_DARI_LIMBAH

http://biofuelindonesia.blogspot.com/

http://rovicky.wordpress.com/2008/02/09/biofuel-tidak-sehijau-namanya/

http://www.alpensteel.com/article/47-103-energi-angin--wind-turbine--wind-mill/145--energi-alternatif-biofuel.html

Sumber Gambar :

http://biofuel-tech.com

(Danang TW, danangtw2@yahoo.com, Tangerang)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun