Mohon tunggu...
Agustinus Danang Setyawan
Agustinus Danang Setyawan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Vortiter In Re, Sauviter In Modo || Teguh dalam Prinsip, Lentur dalam Cara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menelaah Tritunggal Mahakudus: Berakal, Beriman, dan Berkasih

17 Mei 2021   08:24 Diperbarui: 17 Mei 2021   08:30 5188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trinitas: Tri Tunggal Mahakudus-Sumber: komkat.kwi.orgTrinitas: Tri Tunggal Mahakudus-Sumber: komkat-kwi.org

Terdapat tiga hal yang perlu dipahami terlebih dahulu sebelum mengimani Tritunggal Mahakudus. Hal itu adalah (1) arti 'substansi/hakekat' dan 'Pribadi'. (2) bagaimana menjelaskan prinsip Trinitas dengan jawabab atas pertanyaan. (3) menjelaskan dengan argumen definisi kasih.

1. Arti 'Substansi/hakekat' dan 'Pribadi'

  • Kita cermati dalam diri sendiri. Substansi dari diri kita adalah 'Manusia'. Kodrat sebagai manusia ini tentunya sama untuk semua orang. Tetapi ketika kita menyebut istilah 'pribadi' maka kita tidak dapat menyamakan orang yang satu dengan yang lainnya. Kita ketahui bahwa yang disebut pribadi itu adalah unik.
  • Analogi itu kita pakai untuk menjelaskan konsep Trinitas. Substansi atau hakikat yang ada adalah satu, yaitu Allah. Dan di dalam kesatuan tersebut terdapat tiga Pribadi, yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kesamaan hakikat Allah adalah sempurna. Perbedaan antara tiga Pribadi itu terletak dalam hubungan timbal balik antara ketiganya.

2. Argumen of fittingness

  • Menurut filsuf Aristoteles, sebagai ciptaan yang unik, manusia memiliki intelek (intellect) dan keinginan (will). Dua hal inilah yang memungkinkan manusia untuk dapat mengetahui dan mengasihi.
  • Muncul prinsip bahwa seseorang tidak dapat memberi sesuatu jika tidak lebih dulu mempunyai. Tuhan lah yang memberikan kemampuan manusia untuk mengetahui dan mengasihi. Kalau Tuhan yang menganugerahkannya, pastilah Tuhan telah memiliki kemampuan itu sebelumnya. Maka di dalam Pribadi Tuhan terdapat kegiatan intelek dan keinginan yang terjadi secara serempak dan ilah. Hal tersebut mengatasi segala ruang dan waktu, yang terjadi sejak awal mula dunia. Kemampuan untuk dapat mengasihi dimungkan terjadi jika ada pribadi lain yang menerima ungkapan kasih itu. Demikian pula Allah, Allah berada dalam persekutuan dengan yang lainnya. Hubungan kasih terjadi secara timbal balik antara Bapa-Putera-Roh Kudus.

3. Argumen definisi kasih

  • Kasih tidak dapat berdiri sendiri tetapi selalu melibatkan yang lain. Orang mungkin dapat berargumen demikian bahwa Tuhan tentu saja bisa sendirian dalam menyalurkan kasih dan menerima balasan kasih dari manusia. Tetapi secara akal tentunya tidak mungkin bahwa Allah (Sang Kasih Ilahi) tergantung pada manusia yang kasihnya tidak sempurna.
  • Dengan hubungan kasih yang sempurna itu, kita dapat mengenal Allah yang pada hakekatnya adalah KASIH. Kesempurnaan kasih Allah ini tampak dalam kerelaan Yesus untuk menyerahkan nyawa-Nya demi kasih-Nya kepada Allah Bapa dan kepada manusia.

Di dalam tradisi Gereja Katolik, ungkapan Iman akan Tritunggal tersebut tampak dalam cara orang Katolik membuat 'Tanda Salib', di dalam doa Kemuliaan (Gloria), di dalam Syahadat (Credo), dalam Doksologi (doa pujian dalam Doa Syukur Agung) dan dalam Pembaptisan.

Konsep Tritunggal Mahakudus memerlukan perpaduan antar akal dan iman. Dua hal inilah yang menjadi dasar dan pondasi untuk memahami ke-Allahan. Sekalipun demikian, tetaplah Allah itu misteri. Akal kita tidak akan mampu menjelaskan sepenuhnya tentang ke-Allahan itu.

Ketidakmampuan akal manusia ini lah yang akhirnya malah memungkinkan orang Katolik untuk berserah. Di dalam keadaan seperti ini, tumbuhlah Kasih. Kasih menjadi konsekuensi logi ketika orang Katolik menyatakan dirinya sebagai seorang beriman. Beriman tidak untuk dirinya sendiri. Menyebut diri beriman berarti sorang Katolik wajib melahirkan kasih dari kehidupannya. Maka beriman itu pasti selalu menghidupkan, bukan 'mematikan' sesamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun