Mohon tunggu...
Agustinus Danang Setyawan
Agustinus Danang Setyawan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Vortiter In Re, Sauviter In Modo || Teguh dalam Prinsip, Lentur dalam Cara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menelaah Tritunggal Mahakudus: Berakal, Beriman, dan Berkasih

17 Mei 2021   08:24 Diperbarui: 17 Mei 2021   08:30 5188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trinitas: Tri Tunggal Mahakudus-Sumber: komkat.kwi.orgTrinitas: Tri Tunggal Mahakudus-Sumber: komkat-kwi.org

Konsep dan Ajaran Gereja Katolik tentang Tritunggal Mahakudus tidak mudah untuk dipahami. Dalam perjalanan iman Katolik, untuk memahaminya diperlukan pikiran dan hati yang tulus. Tidak hanya itu, iman dan keyakinan juga diperlukan untuk dapat merasakan efek dalam kehidupan beriman setiap orang Katolik.

Tulisan ini ingin mengingatkan kembali tentang konsep dan keyakinan itu. Beberapa hal yang ingin dicapai dari tulisan ini adalah (1) bagaimana kitab suci menerangkan pernyataan Yesus sendiri tentang kesatuan Bapa, Putera, dan Roh Kudus. (2) bagaimana penjelasan Bapa Gereja tentang ajaran Tritunggal Mahakudus. (3) bagaimana dogma Tritunggal Mahakudus menurut Katekismus Gereja Katolik. (4) bagaimana makna kata 'hakikat/kodrat' dalam menjelaskan makna Tritunggal. (5) bagaimana tradisi Gereja Katolik tentang penghayatan Gereja akan Allah Tritunggal.

Salah satu ajaran iman kristiani yang dirasa sulit dipahami adalah tentang Tritunggal Mahakudus. Kesulitan tersebut sering menjadi penyebab terjadinya kesalahan penafsiran. 

Penafsiran salah yang sering kali muncul adalah orang-orang bukan Kristen mengatakan bahwa orang Kristen percaya akan tiga Tuhan. Tentunya, ini tidak benar karena iman Kristiani mengajarkan Allah yang Esa.

Ajaran tentang Trinitas ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan akal, bukan berarti bahwa Allah Tritunggal ini adalah konsep yang sama sekali tidak masuk akal. 

St. Agustinus bahkan mengatakan, "Kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Allah"

Sebab Allah jauh melebihi manusia dalam segala hal, dan meskipun Ia telah mewahyukan Diri, Ia tetap rahasia/ misteri. Sisi misteri inilah yang akhirnya tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh manusia karena keterbatasan akalnya. Allah tetap transenden dan misteri sekalipun akal manusia berusaha untuk menjelaskannya dengan susah payah.

Di sinilah peran iman, karena dengan iman inilah kita menerima misteri Allah yang diwahyukan dalam Kitab Suci, sehingga kita dapat menjadikannya sebagai dasar pengharapan, dan bukti dari apa yang tidak kita lihat (lihat Ibrani 11:1-2).

Menyelami Kitab Suci

Dalam Kitab Suci Katolik, istilah Tritunggal Mahakudus tidak ditemukan secara eksplisit. Penggunaan istilah itu digunkan oleh Gereja untuk mengungkapkan relasi kesatuan antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Pemahaman ini tentunya berdasar dari sabda dan ajaran Yesus sendiri yang kemudian diwartakan oleh murid-murid-Nya.

Untuk itu silahkan rekan-rekan membandingkan dan menelusuri beberapa teks kitab suci berikut ini:

Yoh.10:30; Yoh.14:9; Yoh.17:21; Yoh.17:5; Yoh.1:1-3; Yoh.15:26; Yoh.14:6; Mat.28:18-20.

  • Tritunggal adalah Allah yang satu. Pribadi ini tidak membagi-bagi ke-Allahan seolah masing-masing menjadi sepertiga. Mereka adalah 'sepenuhnya dan seluruhnya'.
  • Ketiga Pribadi ini memiliki kesamaan kodrat ilahinya tetapi tetap memiliki perbedaan secara nyata satu sama lain yaitu berbeda di dalam hal hubungan asalnya.
  • Ketiga Pribadi ini selalu berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak membagi kesatuan ilahi tetapi malah menunjukkan hubungan timbal balik antarpribadi Allah tersebut.

Istilah/konsep yang perlu dipahami 

Terdapat tiga hal yang perlu dipahami terlebih dahulu sebelum mengimani Tritunggal Mahakudus. Hal itu adalah (1) arti 'substansi/hakekat' dan 'Pribadi'. (2) bagaimana menjelaskan prinsip Trinitas dengan jawabab atas pertanyaan. (3) menjelaskan dengan argumen definisi kasih.

1. Arti 'Substansi/hakekat' dan 'Pribadi'

  • Kita cermati dalam diri sendiri. Substansi dari diri kita adalah 'Manusia'. Kodrat sebagai manusia ini tentunya sama untuk semua orang. Tetapi ketika kita menyebut istilah 'pribadi' maka kita tidak dapat menyamakan orang yang satu dengan yang lainnya. Kita ketahui bahwa yang disebut pribadi itu adalah unik.
  • Analogi itu kita pakai untuk menjelaskan konsep Trinitas. Substansi atau hakikat yang ada adalah satu, yaitu Allah. Dan di dalam kesatuan tersebut terdapat tiga Pribadi, yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kesamaan hakikat Allah adalah sempurna. Perbedaan antara tiga Pribadi itu terletak dalam hubungan timbal balik antara ketiganya.

2. Argumen of fittingness

  • Menurut filsuf Aristoteles, sebagai ciptaan yang unik, manusia memiliki intelek (intellect) dan keinginan (will). Dua hal inilah yang memungkinkan manusia untuk dapat mengetahui dan mengasihi.
  • Muncul prinsip bahwa seseorang tidak dapat memberi sesuatu jika tidak lebih dulu mempunyai. Tuhan lah yang memberikan kemampuan manusia untuk mengetahui dan mengasihi. Kalau Tuhan yang menganugerahkannya, pastilah Tuhan telah memiliki kemampuan itu sebelumnya. Maka di dalam Pribadi Tuhan terdapat kegiatan intelek dan keinginan yang terjadi secara serempak dan ilah. Hal tersebut mengatasi segala ruang dan waktu, yang terjadi sejak awal mula dunia. Kemampuan untuk dapat mengasihi dimungkan terjadi jika ada pribadi lain yang menerima ungkapan kasih itu. Demikian pula Allah, Allah berada dalam persekutuan dengan yang lainnya. Hubungan kasih terjadi secara timbal balik antara Bapa-Putera-Roh Kudus.

3. Argumen definisi kasih

  • Kasih tidak dapat berdiri sendiri tetapi selalu melibatkan yang lain. Orang mungkin dapat berargumen demikian bahwa Tuhan tentu saja bisa sendirian dalam menyalurkan kasih dan menerima balasan kasih dari manusia. Tetapi secara akal tentunya tidak mungkin bahwa Allah (Sang Kasih Ilahi) tergantung pada manusia yang kasihnya tidak sempurna.
  • Dengan hubungan kasih yang sempurna itu, kita dapat mengenal Allah yang pada hakekatnya adalah KASIH. Kesempurnaan kasih Allah ini tampak dalam kerelaan Yesus untuk menyerahkan nyawa-Nya demi kasih-Nya kepada Allah Bapa dan kepada manusia.

Di dalam tradisi Gereja Katolik, ungkapan Iman akan Tritunggal tersebut tampak dalam cara orang Katolik membuat 'Tanda Salib', di dalam doa Kemuliaan (Gloria), di dalam Syahadat (Credo), dalam Doksologi (doa pujian dalam Doa Syukur Agung) dan dalam Pembaptisan.

Konsep Tritunggal Mahakudus memerlukan perpaduan antar akal dan iman. Dua hal inilah yang menjadi dasar dan pondasi untuk memahami ke-Allahan. Sekalipun demikian, tetaplah Allah itu misteri. Akal kita tidak akan mampu menjelaskan sepenuhnya tentang ke-Allahan itu.

Ketidakmampuan akal manusia ini lah yang akhirnya malah memungkinkan orang Katolik untuk berserah. Di dalam keadaan seperti ini, tumbuhlah Kasih. Kasih menjadi konsekuensi logi ketika orang Katolik menyatakan dirinya sebagai seorang beriman. Beriman tidak untuk dirinya sendiri. Menyebut diri beriman berarti sorang Katolik wajib melahirkan kasih dari kehidupannya. Maka beriman itu pasti selalu menghidupkan, bukan 'mematikan' sesamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun