Thailand memang terkenal dengan produksi hiburan yang agak melenceng dari adat timur kebanyakan. Film -- Film Horror Komedi, dan cerita percintaan sesama jenis (Seringkali disebut Boys Love), adalah dua contoh kelihaian negeri gajah putih dalam mempersembahkan hiburan pada dunia.
Sekali ini, saya akan mencoba mengurai salah satu serial Thailand, yang bukan hanya menarik sebagai tontonan, tapi juga dapat menjadi pembelajaran bagi orang tua dalam mendidik anak -- anaknya.
Bad Buddy berkisah tentang dua anak Pat (Ohm Pawat) dan Pran (Nanon Korapat) yang hidup bertetangga tapi selalu bersaing dalam segala hal. Akar permusuhan Pat dan Pran tidak lain adalah kedua orang tua mereka yang memang bermusuhan dan selalu saja memiliki ambisi untuk saling mengalahkan.
Serial dengan jumlah dua belas episode ini, dibuka dengan adegan tawuran antara mahasiswa Jurusan Teknik Sipil dan Jurusan Arsitektur di kampus yang sama.
Awalnya, hanya terlihat Pat yang adalah ketua Gank Teknik Sipil sedang baku hantam dengan anak -- anak dari Arsitektur. Ketika anak -- anak Arsitektur mulai terpojok, disaat Wai (Jimmy Jitaraphol) berhasil ditumbangkan oleh Pat, Pran hadir memberikan tendangan pada dada Pat. Dan adegan berikutnya antara Pat dan Pran kemudian bertatapan mengingat persaingan masa lalu yang tak kunjung usai.
Dalam perjalanan, sejak kecil hingga remaja; Pat dan Pran sebenarnya pernah nyaris adalah sepasang sahabat. Hubungan itu terpaksa berhenti, ketika Dissaya (Ple Paradee Yoopasuk) ibu Pran mendapati anaknya berada dalam satu group band dengan Pat. Dissaya yang tidak menyukai keadaan tersebut, akhirnya memutuskan untuk memindahkan Pran keluar dari lingkungannya.
Alur cerita menarik, penuh komedi ini kemudian kembali menempatkan Pat dan Pran dalam satu kondisi yang tak dapat dielakkan keduanya. Pat dan Pran yang akhirnya saling jatuh cinta, mau tidak mau menyembunyikan hubungan mereka dari keluarga dan teman -- teman yang masih saling bermusuhan.
Sepintar apapun Pat dan Pran menyembunyikan hubungannya, akhirnya mereka harus mengakui juga. Awalnya, hubungan ini diketahui oleh teman -- teman keduanya, hingga akhirnya dengan penuh drama keluarga pun mengetahui hubungan terlarang tersebut.
Terlarang disini, bukan karena keduanya sesama pria, terlarang karena keduanya semestinya tidak menjalin hubungan apapun sama sekali selain sebuah persaingan. Dari sini juga, akhirnya diketahui alasan keluarga Pat dan Pran bermusuhan.
Dalam kegelisahan yang mendalam, Pat dan Pran akhirnya memutuskan untuk kabur dari rumah, lari dari kenyataan bahwa kedua keluarga tidak akan pernah berdamai.
Namun, dalam pelariannya, keduanya menyadari bahwa prilaku mereka tidak menyelesaikan masalah. Hingga, akhirnya mereka kembali dan memberi pengumuman pada keluarga masing -- masing bahwa hubungannya sudah berakhir.
Pengaruh Orang Tua Dalam Hubungan Sosial Anak
Meski bukan menjadi focus utama serial ini, tapi jelas sekali pengaruh orang tua terhadap hubungan social anak menjadi cerita lain yang tidak dapat ditampik.
Orang tua yang seringkali mendikte anak harus begini, tidak boleh begitu, akhirnya mendapatkan pemberontakan juga ketika sang anak menyadari bahwa yang dilakukan orang tuanya adalah sebuah egosentris belaka.
Selain itu, hubungan tidak baik antar orang tua tidak seharusnya mempengaruhi anak untuk berkawan dengan siapa saja. Membawa persaingan orang tua menjadi beban anak -- anak adalah kekeliruan yang bukan hanya merugikan anak itu sendiri, tapi juga berdampak pada hubungan orang tua dan anaknya sendiri pada kesudahannya.
Sikap anak yang manut, seolah selalu setuju dengan perkataan orang tua bukan berarti tidak ada saat -- saat dimana justru terkadang anak -- anak itu didengar pendapatnya.
Meski hanya sedikit, tetap saja, serial ini berhasil menyentil orang tua yang dalam kesehariannya senang mendikte anak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, sesuai keinginan orang tuanya.
Cerita dalam Bad Buddy tersusun apik, sehingga kita lebih ditawarkan lebih pada persahabatan dua anak lelaki dengan bumbu cinta didalamnya daripada romansa cinta sesama jenis yang seringkali menggelikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI