Mohon tunggu...
Damri Hasibuan
Damri Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Yang haus akan ilmu itu adalah para penuntut ilmu itu sendiri

Tulislah, maka kamu akan mengabadi!

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Makanan Khas Banten ini Hampir Lenyap, Padahal Enak!

6 Juli 2022   09:24 Diperbarui: 6 Juli 2022   09:27 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bangi

Bangi adalah makanan khas Banten. Mulai ada sejak zaman masih berlaku uang Sen hingga sekarang. Tapi sekarang tidak kenal lagiyang namanya mata uang Sen, karena inflasinya yang sangat tinggi. Makanan tradisional ini jarang dijual secara modern. Baik di pasaran, maupun di mall. Hanya bisa kita beli lewat gerobak, itupun agak jarang ditemukan di jalanan. Hanya di tempat-tempat tertentu saja. Saking jarangnya ditemui, saya sendiri hampir 5 tahun di Jakarta dan Tangerang barusan ketemu dengan yang namanya Bangi. Persis tulisan ini dirilis.

Bahan dasar Bangi terbuat dari sagun. Mungkin kelangkaan Bangi ini, disebabkan oleh sulitnya mendapatkan sagu. Apalagi di Jakarta, daerah mana yang banyak ditanam sagu. Tidak ada. Kalaupun ada itu sangat jarang. Begitu juga dengan Tangerang. Mungkin karena dampak dari pemekaran kota berskala besar yang tiada henti. Salah satu pedagang Bangi pernah saya tanyak mendapatkan sagu dari mana. Dikirim dari Tasik, katanya. Makanya jangan heran kalau makanan khas yang satu ini, banyak generasi Millenial yang gak familiar.

Cara pembuatannya sangat sederhana. Cukup dengan api dan alat pemanggangan yang cukup unik. Bukan semacam pemanggangan ayam atau kambing, ya. Tapi dia berjeruji dan berlobang sedikit. Lalu dimasukkan gandum yang dihaluskan dan dicampuri kelapa itu ke dalam alat tersebut dan ditutup. Kemudian apinya jangan terlalu besar ataupun kecil. Katakanlah sedang, agar tidak membuat Bangi gosong. Setelah hampir matang, dioleskan gula merah yang sudah dicairkan semisal saos. Baru ditunggu sebentar lagi.

Setelah matang, ditusukkan semacam penusuk sate ke dalam Bangi. Terus dilipat dua. Diangkat baru dihidangkan ke tapak ataupun piring dan yang semacamnya. Cara menyantapnya, bisa dengan menggunakan sendok. Bisa juga dengan memakai tangan langsung. Masalah rasa, jangan ditanyak. Cukup lezat; ada percampuran rasa kenyal dan gurih. Disamping itu juga manisnya tidak membuat penikmatnya takut naik diabetes. Sebab, makanan ini juga sangat cocok untuk menjaga kesehatan. Di samping manisnya tidak berbahaya buat kesehatan, ia juga jauh dari yang namanya minyak.

Harga Bangi, satu porsi tidak mahal. Hanya 5 K saja. Tapi, itu porsi buat anak kecil. Sementara kalau dewasa, satu porsi saja takutnya tidak kenyang. Jadi minimal dua porsilah. Oya, enaknya ketika masih hangat-hangat. Apalagi dijadikan sebagai sarapan, pasti mantul. Karena biasanya Bangi ini, diperdagangkan ketika orang sarapan. Jadi, bagi yang penasaran dan demi melestarikan makanan khas Banten ini, jangan lupa untuk mencobanya, ya! Saya orang Sumatera, begitu mencicipi Bangi, langsung jatuh cinta. Kuy Coba!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun