Stunting, kondisi kurang gizi yang mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan anak, telah menjadi perhatian serius di banyak negara, termasuk Indonesia. Lebih dari 30% anak di Indonesia mengalami stunting, dan dampaknya tidak hanya pada kesehatan, tetapi juga pada ekonomi negara. Artikel berikut ini akan membahas keterkaitan antara stunting dan dampaknya terhadap perekonomian, dengan mengacu pada sumber informasi yang telah terverifikasi.
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), stunting dapat berdampak negatif pada potensi ekonomi suatu negara. Anak-anak dengan stunting cenderung memiliki penurunan kinerja kognitif dan kemampuan belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang sehat. Hal ini dapat menghambat perkembangan pendidikan mereka, mereduksi produktivitas kerja di masa depan, dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Sebuah laporan yang diterbitkan oleh The World Bank pada tahun 2017 mengungkapkan bahwa stunting dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan pendapatan individu dan nasional. Anak-anak stunting yang dewasa cenderung memiliki pendapatan lebih rendah, memiliki risiko pengangguran yang lebih tinggi, serta keterbatasan akses terhadap peluang kerja yang lebih baik. Ini, pada gilirannya, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam konteks Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menekankan bahwa upaya penanggulangan stunting harus berfokus pada intervensi gizi sejak kehamilan hingga 1.000 hari pertama kehidupan anak. Hal ini penting karena tahap ini merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang kritis bagi anak.
Selain itu, The World Bank juga mencatat bahwa upaya untuk mengatasi stunting akan membutuhkan kolaborasi multi-sektor, termasuk sektor kesehatan, pendidikan, pangan, dan pertanian. Investasi dalam program-program gizi, seperti program pemberian ASI eksklusif, pendidikan gizi bagi para ibu hamil, serta pemberian makanan berkualitas untuk anak, diperlukan untuk meminimalkan dampak jangka panjang dari stunting pada ekonomi.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah serius untuk mengatasi isu stunting melalui program-program seperti Gerakan Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting (GNPAS). Namun, tantangan yang kompleks masih ada, termasuk kesenjangan akses dan ketidakmerataan dalam pemenuhan gizi anak.
Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga memegang peranan penting dalam mengatasi stunting. Dengan meningkatkan pemahaman tentang pentingnya gizi dan memotivasi partisipasi aktif masyarakat dalam program-program gizi yang disediakan, diharapkan upaya mengurangi prevalensi stunting dapat ditingkatkan secara signifikan.
Dalam kesimpulan, stunting memiliki dampak yang serius terhadap ekonomi, baik pada tingkat individu maupun nasional. Untuk mengatasi tantangan ini, kerjasama antara pemerintah, institusi terkait, dan masyarakat luas sangat penting. Hanya dengan upaya yang terkoordinasi dan berkelanjutan, kita dapat menciptakan generasi masa depan yang sehat dan berkualitas, yang pada gilirannya akan membawa manfaat bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan negara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI