Mohon tunggu...
Damarra Kartika
Damarra Kartika Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan Konsentrasi Studi Komunikasi Massa dan Digital Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagai Bumi dan Langit, Bedanya Jurnalisme Media Dulu dan Sekarang

3 Maret 2021   12:56 Diperbarui: 3 Maret 2021   13:48 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Multimedia. Source: girsolution.co.id 

Kali ini, masih membicarakan soal jurnalisme multimedia. Kalau kamu ditanya, kira-kira apa sih perbedaan yang paling kelihatan antara jurnalisme tradisional dengan sekarang? 

Produksi dan Konsumsi Konten yang Berbeda

Sebelum teknologi berkembang begitu cepat, media hanya terbatas pada Televisi, Surat Kabar, dan Radio. Ketiganya memiliki fungsi yang berbeda. Konten dari ketiga media lawas tersebut juga tentu berbeda. 

Rasanya dahulu tidak akan ada pemikiran untuk menyatukan keseluruhannya. Namun, sekarang semua dimungkinkan. Terlebih dengan adanya Jurnalisme Multimedia. Tapi, coba kita nostalgia dulu. 

Kalau Televisi hadir dengan gambar bergerak (video) dan suara (audio), koran atau surat kabar berbanding terbalik. Pada halaman koran kita kita hanya bisa melihat tulisan dan beberapa foto atau gambar yang diambil oleh jurnalis. Tapi mungkin di masa depan, akan ada koran yang bisa kita sentuh dan memainkan video, ya siapa tahu kan.. 

Televisi saat ini dikalahkan dengan Youtube. Bahkan salah satu penyanyi jebolan Youtube mengumandangkan, "Youtube Youtube Youtube lebih dari TV boom!". Nyatanya, hal ini memang terbukti. Banyak data survei yang membuktikan kalau konsumsi media masyarakat Indonesia ya sekarang kebanyakan Youtube. Bukan lagi Televisi. 

Koran atau surat kabar saat ini juga tidak lagi perlu dibalik seperti dulu. Tugas kita kalau membaca surat kabar elektronik saat ini hanyalah nge-scroll. Kalau ada gambar yang mau diperbesar, bisa diklik. Kalau ada video yang mau ditonton, bisa diklik. 

Sudah sangat jauh berbeda dari zaman kakek buyut kita yang mengonsumsi surat kabar dengan kedua tangan terbuka sambil menikmati kopi pagi hari. Apalagi bapak-bapak satu kelurahan yang berdiri di Kantor Desa untuk membaca koran yang dipasang dalam lemari kaca. Hayo, pernah tahu atau nggak? 

Radio yang digadang menjadi teman banyak kalangan juga memiliki fokus yang berbeda, yakni suara (audio) saja. Inilah mengapa penting bagi penyiar radio untuk memiliki intonasi dan nada bicara yang apik. Sehingga akan muncul theater of mind dalam diri pendengarnya. 

Sebentar, ada yang pernah mendengar drama radio? Itu adalah salah satu hal yang kalau jaman sekarang, bisa ada di number one chart di layanan musik digitalmu! Banyak sekali orang suka. Kalau sekarang, mungkin sudah hadir podcast, dan lain sebagainya. 

Konsumsi Semaunya, Produksi Sebisanya

Media yang dikonsumsi dengan cepat harus bisa memproduksi dengan cepat pula. Kurang lebih itulah gambaran arus produksi dan konsumsi media saat ini. Terlebih dalam platform media dalam jaringan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun