Dari Nahdlatul Ulama (NU), saya belajar banyak soal dinamika. Banyak dinamika, dan hampir setiap momen selalu diwarnai dengan dinamika.
Bahkan, 1 Abad NU yang puncaknya dihelat 7 Februari 2023 lalu pun penuh dengan dinamika. Tak NU namanya, kalau bermusyawarah tidak heboh.
Namun, heboh sebagai dinamika itu sejuk ketika secara tiba-tiba sekelompok datang membacakan shalawat badar.
Itulah NU yang saya rasakan dan nikmati dengan segala perjuangan dan pengabdian.
Pertama kali dalam agenda NU secara nasional yang saya ikuti, adalah Muktamar NU ke-31 di Solo, Jawa Tengah tahun 2004.
Saya satu dari ratusan orang tentunya dalam forum itu sebagai peserta peninjau. Muktamar cukup panjang, tiap pagi ada banyak koran dan majalah serta bahan bacaan gratis yang disediakan panitia.
Baik koran nasional, seperti Kompas, Media Indonesia, Republika, dan koran lainnya, maupun koran daerah yang terbit di Jawa Tengah.
Saya kala itu sudah seorang jurnalis, bekerja di Mingguan Media Nusantara, terbitan Padang.
Selesai muktamar itu, ada banyak buku dan koran yang saya angkut dari Solo ke kampung.
Yang paling saya simak adalah cerita dan berita dinamika muktamar yang disajikan media setiap harinya.