Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Contohlah Keberhasilan Pesantren Berbasis Surau Membangun Pendidikan Berasrama

8 September 2022   08:28 Diperbarui: 8 September 2022   08:34 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum tengah upacara peringatan HUT RI. (foto dok damanhuri)

Dulu, sekolah berasrama itu hanya dipunyai oleh pondok pesantren dan diniyah. Dan kedua lembaga pendidikan itu, pesantren dan diniyah dinilai berhasil membentuk siswa dan santrinya, sehingga jadi contoh dalam penerapan sekolah berbasis asrama.

Dari 1988-1992 saya nyantri di Pondok Pesantren Darul Ulum Padang Magek, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pesantren berbasis surau dan semua santrinya tinggal di asrama yang juga sebagai surau tempat ibadah.

Zaman itu, surau dan asramanya tiga unit. Pusatnya Surau Baru. Surau Baru ini dua pula, Surau Ateh dan Surau Bawah. 

Surau dan asrama kedua, Surau Tabiang. Terletak di Rambatan. Dan surau yang juga asrama ketiga adalah Surau Tungga. 

Saya saat masuk pertama tinggal di Surau Tabiang. Surau ini milik H. Kakan, salah seorang guru pesantren itu. Dia juga santri di tahun 1960 an, dan kemudian beristri di situ.

Lama saya tinggal di situ. Pertama, Mahyuddin, nama guru yang mendampingi tiap hari dan malam di situ. Belakangan, Mahyuddin sibuk, lalu didatangkan dua orang guru dari Surau Baru, yakni Zamzami dan Ismael.

Pelajaran yang paling berharga dalam membentuk jiwa disiplin santri yang saya rasakan, adalah pelaksanaan shalat lima waktu secara berjemaah.

Mengaji dan belajar sesuai jadwal. Ada yang melanggar aturan, sanksi langsung dilekatkan ke santri yang bersangkutan.

Pengalaman saya, pernah suatu ketika saya tak masuk mengaji karena seorang teman mencari belut di sawah.

Saking asyik mencari belut, sampai jauh dan waktu mengaji tak lagi mungkin terkejar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun