Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Idul Adha Tiga Hari di Padang Pariaman

10 Juli 2022   22:13 Diperbarui: 10 Juli 2022   22:40 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shalat Idul Adha di Masjid IKK Parik Malintang, Ahad. (foto dok medi hendra)

Shalat Idul Adha tahun ini berlangsung tiga di Padang Pariaman. Pertama, Sabtu. Keputusan Muhammadiyah yang menetapkan hari itu Idul Adha tahun ini.

Kedua, Ahad. Ini keputusan pemerintah lewat Kementerian Agama yang menetapkan pelaksanaan shalat tahunan itu jatuh pada Ahad.

Yang terakhir, Senin. Ini sebenarnya keputusan lama, yang ditetapkan di setiap kampung oleh ulama. Juga disebut yang Idul Adha Senin itu adalah Syattariyah.

Syattariyah boleh dibilang kelompok paling besar dan berpengaruh di Padang Pariaman. Bilangan bulan menurut hitungannya, berlaku sejak dulunya, dan tetap dengan komitmen tersebut.

Kalkulasinya, terlihat dalam pelaksanaan Idul Adha dan Idul Fitri, Syattariyah ini sudah berkurang. Dalam kajinya tetap, tetapi soal pelaksanaan shalat tahunan itu masyarakat berpacu lebih cepat.

Contoh, Masjid Rahmad Gantiang, Lubuk Alung. Masjidnya secara Syattariyah, tapi soal shalat hari raya, masjid ini lebih memilih pada hari ketetapan Muhammadiyah.

Menurut pengurusnya, kalau kita shalat hari raya terlambat, jemaah dipastikan lengang. Otomatis, uang masuk juga berkurang.

"Makanya, shalat Jum'at tetap seperti di kampung. Khutbah bahasa Arab, tapi mulai masuk puasa ikut dengan Muhammadiyah," katanya.

Begitu juga masjid kampung lainnya di Padang Pariaman, juga lebih memilih lebih awal pelaksanaan shalat tahunan, mengingat menggaet kemasukan uang buat masjid.

Di Masjid Rahmad khutbah hari raya itu sudah bahasa Indonesia, bahasa yang mengerti jemaah. Beda dengan Jumat, yang tetap dengan khutbah bahasa Arab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun