Kabupaten Padang Pariaman termasuk satu dari 19 kabupaten dan kota di Sumbar yang punya banyak pesantren salafiyah. Di daerah ini pula yang menjadi pusat ziarah makam ulama yang dibanjiri umat Islam.
Pesantren berbasis surau, cukup mewarnai dinamika perjalanan daerah yang terkenal dengan daerah rantau ini. Banyak melahirkan ulama besar di zamannya.
Dinamika pesantren pun berjalan sesuai alur dan nasibnya masing-masing. Kalau dulu Pesantren Luhur Kalampaian Ampalu Tinggi jadi kiblatnya pesantren dan surau yang ada di Padang Pariaman, kini sudah berubah.
Ampalu Tinggi tinggal cerita. Saat ini santrinya tak lagi banyak. Kini, nama Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan jadi acuan dan mewarnai dinamika ulama di daerah ini.
Lebih dari 20 pesantren di Padang Pariaman, itu kiblatnya Nurul Yaqin. Pesantren yang didirikan Syekh Ali Imran Hasan ini dinilai berhasil mengembangkan pola pendidikan pesantren masa depan.
Sekarang, pendidikan tinggi pesantren pun telah dimulainya. Pesantren ini telah mampu memecahkan rekor dengan santri seribuan. Lembaga ini sudah go nasional, karena ada cabangnya di luar Sumbar.
Namun, khas pesantren surau tetap kuat dan menjadi melembaga di lingkungan pesantren tersebut. Para pembesarnya tetap komit dan pede dengan kain sarung, sebagai khasnya ulama pesantren berbasis surau.
Ahad (26/9/2021) dalam pertemuan pimpinan dan pengurus pesantren se Padang Pariaman dengan Fraksi PKB DPRD daerah itu, di Joyo Makmur Pariaman tampak seluruh Buya Nurul Yaqin Ringan-Ringan pakai sarung.
Idarussalam Tuanku Sutan, Ketua Yayasan El-Imraniyah yang menaungi Pesantren Nurul Yaqin datang bersamaan dengan pimpinan pesantren M. Rais Tuanku Labai Nan Basa pakai sarung dengan gagahnya.
Berselang beberapa saat, datang Syaikul Ma'had Zulhamdi Tuanku Kerajaan Nan Shaleh, lebih mantap lagi. Pakai sarung dan serban yang dililitkan di kepala, plus sebatang tongkat.