Sungai Batang Anai adalah satu dari sekian banyak sungai besar di Kabupaten Padang Pariaman. Sungai tua yang menjadi nama sebuah kecamatan di daerah itu, melintasi banyak kampung dari hulu hingga muaranya di Nagari Katapiang, Kecamatan Batang Anai.
Kondisi sungai itu banyak berubah. Airnya yang deras, kini sudah tenang. Batu besar-besar yang banyak sudah di temui dulunya, sekarang nyaris hilang, sehingga derasnya pun menjadi jauh berkurang.
Dulu, saking deras dan dalamnya sungai yang menjadi sumber kehidupan sebagian masyarakat itu menyeberanginya pakai sampan. Kini, tentu tak lagi ada untuk menyeberangkan orang karena sudah banyak dibangun jembatan.
Seperti Jembatan Kayu Gadang yang menghubungkan Nagari Balah Hilia dan Lubuk Alung. Jembatan ini baru saja diresmikan oleh BNPB sehabis dibangun kembali akibat ambruk 2019 lalu.
Jembatan Bukik Lubuk Alung melintasi Korong Koto Buruak. Jembatannya panjang, dan rancak. Menjadi destinasi wisata tersendiri oleh masyarakat.
Yang paling penomenal di sepanjang aliran Sungai Batang Anai ini adalah usaha tambang berupa galian C. Baik tambang perusahaan besar maupun tambang rakyat yang dikerjakan secara manual.
Tambang menjadi sumber kegaduhan di tengah masyarakat setempat. Berkali-kali masyarakat melakukan demo ke tambang itu, tapi menyulutkan pelaku tambang untuk menghentikan aktivitas tambangnya.
Ya, ada tambang yang mempunyai izin, dan tak sedikit pula yang izin operasionalnya habis tapi masih tetap menambang. Pasalnya, aliran sungai itu benar yang jadi sumber periuk berasnya.
Risikonya tak kecil. Betapa sering terjadi air bah, menghantam pemukiman, menghanyutkan sawah dan ladang masyarakat di sepanjang aliran sungai bersejarah ini.
Menurut hitungan orang pintar atau tokoh masyarakat, Sungai Batang Anai ini siklus musiman. Ada besarnya setahun sekali yang seolah-olah wajib membawa petaka, seperti adanya korban meninggal setiap musimannya tiba tersebut.