Suryanto namanya. Seorang Lansia yang katanya diturunkan dari mobil oleh anaknya. Mereka berangkat dari Pekanbaru, Provinsi Riau. Namun, kampung asalnya Sungai Pua, Kabupaten Agam. Anak yang menurunkannya itu Suwih namanya.
Diturunkan di Simpang Gunuang, Nagari Sungai Buluah Selatan, Suryanto terus berjalan. Ada sekitar`sekiloan berjalan tanpa alas kaki menuju perkampungan. Terpesatlah dia di sebuah pondok di tengah sawah, di Korong Gunuang Kanter. Istirahatlah dia di pondok yang tak berpenghuni ini, sejak Selasa (4/5/2021).
Trismayeni, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang tinggal di nagari itu, merasa terenyuh mendengar kabar itu. Hatinya memberontak, dan langsung mendatangi kampung Gunung Kanter. Rupanya, kabar demikian benar adanya.
Selama tiga hari itu, ada saja orang kampung yang iba melihat perasaian gaek ini, dan langsung dikasihnya makan. Trismayeni langsung menghubungi Walinagari Sungai Buluah Selatan, tapi tak ada jawaban alias tidak ada tanggapan.
Dengan melibatkan walikorong setempat, Trismayeni bercerita panjang dengan Suryanto. Banyak cerita sedih yang diceritakan Lansia 74 tahun ini, membuat Trismayeni prihantin, dan seolah-olah ingin mencari anaknya yang bernama Suwih.
"Kok setega ini anak kandung yang menelantarkan orangtua," pikir Trismayeni.
Sayang, identitas Suryanto tak ada. Susah membuktikan, kalau dia mengalami nasib demikian. Namun, yang jelas ini fenomena sosial yang tengah terjadi di Nagari Sungai Buluah Selatan.
Setelah menghubungi Dinas Sosial, Pihak Puskesmas, akhirnya, Jumat (7/5/2021) Suryanto dilakukan pemeriksaan kesehatan. Dia mengikuti tes swab antigen, dan hasilnya negatif.
Sesuai kesepakan, Suryanto menjelang lebaran ini dititipkan di Panti Jompo Sabai Nan Aluih Sumbar di Sicincin, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung.
Trismayeni menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut mencermati persoalan sosial demikian.
"Mudahan-mudahan dia sehat di Panti Sosial, dan sehabis lebaran kita akan lakukan rekam jejak kampungnya, dan terus ke tempat tinggalnya, mencari kembali anak dan keluarga serta dunsanaknya," kata Trismayeni.
Menurut Trismayeni, rekam jejak itu dimulai dari Sungai Pua, Kabupaten Agam. Ini tentunya penting, karena pengakuannya kampungnya di situ. Terus, kalau tak bersua, rekam jejak diteruskan ke Pekanbaru, Riau.