Mohon tunggu...
Dalillah Wilhamah
Dalillah Wilhamah Mohon Tunggu... Mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan Islam di UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Nama saya Dalillah Wilhamah, seorang mahasiswa pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Sebagai individu yang memiliki minat besar pada bidang pendidikan, saya berkomitmen untuk terus mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman agar mampu berkontribusi dalam peningkatan kualitas manajemen pendidikan Islam di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradigma Ilmiah dan Alamiah dalam Penelitian Manajemen Pendidikan: Sebuah Upaya Integrasi

8 September 2025   16:25 Diperbarui: 8 September 2025   18:23 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paradigma Penelitian Ilmiah vs Alamiah (Sumber: Chatgpt)

Pendidikan sebagai fondasi pembangunan bangsa memerlukan penelitian yang terarah dan bermakna. Dalam ranah ini, paradigma penelitian berperan penting sebagai pijakan dalam memahami fenomena pendidikan, khususnya manajemen. Dua paradigma utama, ilmiah dan alamiah, hadir dengan pendekatan berbeda namun saling melengkapi. Ilmiah menekankan objektivitas, pengukuran, dan generalisasi, sementara alamiah lebih menyoroti makna, konteks, serta pengalaman. Keduanya, jika dipahami secara bijak, mampu menghasilkan riset yang tidak hanya kuat secara akademis, tetapi juga relevan secara praktis.

Pertama, Paradigma penelitian merupakan pijakan penting dalam memahami fenomena pendidikan, khususnya pada bidang manajemen. Paradigma ilmiah berfokus pada metode sistematis, terukur, dan objektif dengan menjaga jarak peneliti dari objek penelitian agar hasil bebas dari bias. Ciri utamanya mencakup penggunaan data empiris, penerapan objektivitas, logika deduktif-induktif, verifikasi, serta generalisasi. Paradigma ini banyak digunakan dalam survei, evaluasi kebijakan, dan pengujian hipotesis, meski dikritik karena kurang peka terhadap makna subjektif.

Kedua,  paradigma alamiah berpandangan bahwa realitas sosial bersifat kompleks, jamak, dan penuh makna. Peneliti terlibat langsung dengan subjek penelitian untuk menggali nilai, pengalaman, dan persepsi. Paradigma ini menekankan pendekatan induktif, keterlibatan interaktif, serta fokus pada makna, sehingga relevan digunakan dalam studi budaya sekolah, dinamika kepemimpinan, dan interaksi guru-siswa. Hasilnya memberi pemahaman kontekstual yang kaya, meski sulit digeneralisasikan secara universal.

Keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam aspek ontologi, epistemologi, dan metodologi. Paradigma ilmiah melihat realitas tunggal dan objektif dengan pendekatan survei dan analisis statistik, sedangkan paradigma alamiah memahami realitas jamak dan kontekstual melalui wawancara, observasi, serta narasi. Perbedaan ini justru menghadirkan peluang integrasi melalui pendekatan mixed methods untuk memperkaya hasil penelitian.

Lalu yang Ketiga yaituImplikasinya, pemilihan paradigma sangat menentukan arah riset. Paradigma ilmiah lebih tepat digunakan untuk penelitian kuantitatif, sedangkan paradigma alamiah relevan bagi penelitian kualitatif. Namun, kombinasi keduanya mampu menghasilkan penelitian yang lebih komprehensif, aplikatif, dan kontekstual. Dengan pemahaman yang tepat, mahasiswa dapat merancang penelitian yang tidak hanya sistematis dan terukur, tetapi juga sensitif terhadap dinamika sosial dalam pendidikan.

 

Natizah

Paradigma ilmiah dan alamiah dalam penelitian manajemen pendidikan memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing. Ilmiah menawarkan objektivitas dan generalisasi, sementara alamiah menghadirkan pemahaman kontekstual dan mendalam. Jika digabungkan, keduanya melahirkan riset yang lebih holistik, relevan, serta bermanfaat bagi pengembangan kebijakan dan praktik pendidikan yang berkeadilan serta adaptif terhadap kompleksitas realitas sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun