Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Arogannya China di Laut Natuna

31 Mei 2016   15:45 Diperbarui: 31 Mei 2016   15:56 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah ketangkap mencuri ikan di laut Natuna, masih dibela pula. Sudah ketahuan kapal penjaga pantainya (coast guard) masuk wilayah ZEE Indonesia, masih protes pula. Itulah China yang makin arogan terkait persoalan pencurian ikan di Laut Natuna yang sempat mereka sebut teritori penangkapan ikan tradisional nelayan mereka. China tampaknya hendak menyeret Indonesia ke sengketa di Laut China Selatan.

Sikap mau menang sendiri itu mereka tunjukkan kembali hari ini (31 Mei 2016) melalui Kementerian Luar Negeri-nya. China menyatakan protes kerasnya atas penangkapan kapal nelayannya oleh pemerintah Indonesia, setelah dipergoki mencuri ikan di ZEE di kawasan Laut Natuna, 27 Mei 2016 lalu. China mengklaim apa yang dilakukan nelayanya merupakan aktivitas penangkapan ikan secara normal. (detik.com, 31 Mei 2016)

Sikap China yang sangat reaktif dan mau menang sendiri ini terkait persoalan di Laut China Selatan ini, bukan kali ini saja. Meski secara resmi, tidak ada persoalan dan klaim wilayah laut Indonesia di kawasan Natuna, namun China pernah melontarkan pernyataan “aneh” bahwa kawasan Laut Natuna yang masuk ZEE Indonesia itu adalah teritorial penangkapan ikan tradisional nelayan mereka.

Sebuah klaim yang nyeleneh untuk pembenaran tindakan nelayan China mencuri ikan di perairan Indonesia. Nanti, jika mereka kembali tertangkap di wilayah Indonesia lain yang kaya ikan, mungkin klaim serupa akan kembali mereka lontarkan.

Dari sudut lain, protes pemerintah China itu bisa dinilai pula sebagai pernyataan unjuk kuasa atas klaim wilayah di kawasan Laut China Selatan. China memang sangat agresif dalam persoalan ini. Secara resmi Indonesia memang tak terlibat dalam sengketa wilayah itu karena perairan Laut Natuna dan Zona Ekonomi Eksklusifnya memang telah mendapat pengakuan PBB. 

Di kawasan ini, China terlibat sengketa dengan beberapa negara, yaitu Taiwan, Vietnam, Philipina, Malaysia, dan Brunei. Namun, dalam persoalan ini China menunjukkan superior-nya. Contoh terkait persolan gugusan karang Fiery Cros Rief dengan Vietnam. Karang ini dijadikan pulau buatan oleh China meski mendapat protes keras dari Vietnam.

Namun, China terus membangun pulau buatan itu, telah mendaratkan pesawatnya di sana. China mengklaim pembangunan pulau buatan itu untuk keperluan sipil. Namun banyak negara menyebut pulau itu diperuntukkan keperluan militer dan bisa memicu ketegangan di kawasan itu.

Sikap superior China terkait persolah sengketa Laut China Selatan itu juga ditunjukkan saat pertemuan pimpinan negara G7 lalu. China melontarkan pernyataan keras agar negara-negara G7 tak ikut campur dalam urusan sengketa Laut China Selatan. China menuduh Jepang memanfaatkan forum itu, untuk membuat aliansi dan mengucilkan China, terkait persoalan Laut China Selatan.

Terkait perkara pencurian ikan oleh kapal nelayan China di perairan Indonesia, itu bukan satu-satunya kasus China dengan negara lain. Kapal-kapal nelayan China juga membanjiri perairan Vietnam sehingga diusir oleh otoritas Vietnam. Jadi, memang ada korelasi sikap superior pemerintah China di Laut China Selatan dengan armada nelayan pencuri ikan di perairan negara lain. Terlebih lagi dengan keterlibatan kapal penjaga pantainya di Laut Natuna itu.

Terkait protes China atas penangkapan kapal nelayannya oleh Indonesia, ini seperti langkah mendahului kemungkinan protes yang akan dilakukan pemerintah Indonesia. Indonesia memang berhak menyatakan protesnya ke pemerintah China karena  saat kapal nelayan China Gu Bei Yu 27088 yang ber-ABK 8 orang ditangkap oleh KRI Oswald Siahaan-354, 27 Mei lalu. Kapal penjaga pantai China, saat itu melakukan aksi bayangan dengan memasuki ZEE Indonesia.

Meski tak menghalangi upaya penangkapan kapal nelayan China --sebagaimana mereka lakukan saat insiden penangkapan kapal nelayan China KM Kway Feng saat mencuri ikan di Laut Natuna 19 Maret lalu-- kapal penjaga pantai itu jelas melanggar tapal batas perairan Indonesia. Jadi, seharusnya pemerintah Indonesia yang harus melakukan protes keras atas aksi kapal penjaga pantai China itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun