Konawe Selatan, Sekitar pukul 07.00 Pagi, ratusan warga di dua desa di Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan (Konsel)  Sulawesi Tenggara (Sultra) berbondong bondong berkumpul di balai desa, mereka yang datang berencana pagi itu mendatangi kantor Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Kamis (22/10/2020).
Sebelum berangkat, Ketua forum Masyarakat setempat, Almain mengingatkan agar ketika mereka di kantor balai taman nasional nanti, untuk tidak berbuat anarkis dalam menyampaikan aspirasi mereka.Â
Usai menerima himbauan dan ketua forum masyarakat dan kepala desa warga pun bergerak dengan berjalan kaki dan sebagian menggunakan kendaraan.Â
kedatangan mereka ke balai taman nasional untuk meminta agar warga di dua desa yakni desa Lanowulu dan Tatangge dapat memanfaatkan sebagian area kawasan taman nasional untuk diolah menjadi lahan pertanian dalam upaya kemitraan dengan balai taman nasional.
Dalam permintaan warga tersebut, selain meminta program kemitraan dengan membuka lahan pertanian untuk kehidupan sehari hari, warga mengancam tidak akan mendukung program taman nasional yang berada di desa mereka ketika permintaan mereka tidak disahuti oleh pihak balai.
"kami masyarakat desa hanya meminta agar pihak balai dapat memberikan kami akses untuk membuka lahan pertanian di sekitar pemukiman kami, permohonan untuk akses tersebut kami ajukan ke dirjen kementerian kehutanan namun sepertinya pihak balai memperhatikan permintaan kami," ujar Almain ketua forum masyarakat desa dalam orasinya.
Bahkan menurutnya, pihak balai menyodorkan program insidentil seperti pembuatan homestay bagi wisatawan, penanaman pohon bakau, dan sejumlah program lain yang dianggap tidak berdampak langsung dengan masyarakat.
Permohonan mengolah lahan pertanian yang masuk dalam kawasan taman nasional tersebut berada disekitar pemukiman warga, bahkan warga mengklaim sebelum ditetapkan sebagai taman nasional pada 1990 lalu, lokasi tersebut merupakan lahan yang diolah oleh leluhur mereka.
Warga di dua desa ini berharap dengan diberikannya akses kepada warga untuk mengolah lahan pertanian di sebagian kawasan TN, masyarakat bisa sejahtera dan taman nasional rawa aopa watumohai dapat lestari.
Menurut Almain, Program kemitraan yang dimohonkan tersebut untuk kebutuhan sekitar 377 kepala keluarga agar dapat mengolah lahan sekitar 700 ha di sekitar pemukiman warga yang masuk dalam kawasan TN.
Kedatangan warga di balai taman nasional merupakan yang pertama kali dilakukan warga sejak taman nasional rawa Aopa terbentuk 1990 lalu, hal ini diakui oleh kepala balai taman nasional, Ali Bahri.
Menurutnya apa yang menjadi permintaan warga tersebut telah disampaikan ke dirjen kehutanan agar pemerintah pusat dapat memberikan jawaban atas permintaan warga sebab kewenangan memberikan akses tidak berada di kantor balai taman nasional.
Sehingga pihak balai meminta agar dirjen dapat membentuk tim verifikasi dalam menjawab program kemitraan yang diharapkan oleh warga dua desa di kecamatan Tinanggea Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.
Dari pertemuan warga tadi kita sepakati untuk membentuk tim bersama masyarakat untuk melengkapi persyaratan permintaan akses untuk membuka lahan pertanian di dalam kawasan dan akan kami konsultasikan ke pemerintah pusat, ungkap Ali Bahri usai menerima perwakilan dari dua desa.