Oleh: Syamsul Yakin, M.A dan Sulthan Dafhin Atallah
(Selaku Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Dakwah sebagai aktivitas menyampaikan ajaran Islam menghadapi berbagai tantangan seiring perkembangan zaman. Di Indonesia, problematika dakwah tidak hanya berkaitan dengan metode penyampaian, tetapi juga meliputi aspek sosial, budaya, teknologi, dan psikologis masyarakat. Tantangan ini semakin kompleks di era modern, di mana globalisasi dan kemajuan teknologi turut memengaruhi pola pikir dan gaya hidup masyarakat. Artikel ini akan menguraikan berbagai problematika dakwah kontemporer beserta solusi yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan efektivitas dakwah di tengah perubahan zaman.
Salah satu masalah utama dalam dakwah adalah krisis keteladanan, di mana terdapat ketidaksesuaian antara ucapan dan tindakan para da'i. Masyarakat cenderung skeptis ketika melihat pendakwah yang tidak konsisten dalam mengamalkan nilai-nilai yang disampaikan. Hal ini mengurangi kredibilitas dan daya tarik dakwah. Selain itu, banyak aktivitas dakwah masih mengandalkan metode konvensional seperti ceramah di masjid atau pengajian, yang kurang menarik bagi generasi muda. Padahal, masyarakat modern membutuhkan pendekatan yang lebih dinamis, seperti diskusi interaktif atau konten digital. Minimnya pemahaman psikologis mad'u juga menjadi kendala, karena tidak semua da'i memahami karakteristik dan kebutuhan psikologis masyarakat. Pendekatan dakwah di perkotaan yang serba cepat, misalnya, harus berbeda dengan di pedesaan yang lebih tradisional. Tanpa pemahaman ini, pesan dakwah bisa tidak tepat sasaran.
Dakwah juga menghadapi tantangan eksternal, seperti pengaruh globalisasi dan hedonisme yang membawa gaya hidup materialistik. Media sosial dan hiburan modern seringkali mendominasi perhatian masyarakat, menyulitkan dakwah untuk bersaing. Selain itu, isu sosial yang kompleks seperti kemiskinan, korupsi, penyalahgunaan narkoba, dan krisis moral menjadi tantangan nyata yang harus direspons oleh dakwah. Jika dakwah hanya fokus pada ritual ibadah tanpa menyentuh masalah sosial, pesannya akan terasa kurang relevan. Maraknya informasi palsu (hoaks) dan pemikiran radikal juga membuat masyarakat bingung menentukan kebenaran. Dakwah harus mampu memberikan pencerahan yang rasional dan berbasis ilmu agar tidak mudah dipengaruhi oleh narasi yang menyesatkan.
Untuk mengatasi tantangan internal, dakwah perlu lebih memperhatikan aspek psikologis mad'u, seperti menggunakan metode konseling Islami atau pendekatan persuasif yang sesuai dengan latar belakang masyarakat. Pemanfaatan teknologi dan media digital juga menjadi solusi penting. Platform seperti YouTube, podcast, Instagram, dan TikTok dapat menjadi sarana dakwah yang efektif untuk menjangkau generasi muda. Konten kreatif seperti video inspiratif atau infografis keislaman bisa lebih menarik perhatian. Integrasi dakwah dengan isu sosial juga diperlukan, di mana dakwah tidak hanya berbicara tentang halal-haram, tetapi juga memberikan solusi konkret terhadap masalah kemiskinan, narkoba, atau pendidikan karakter. Selain itu, pelatihan dan kaderisasi da'i profesional perlu ditingkatkan untuk memperkuat kualitas public speaking, manajemen dakwah, dan pemahaman psikologi masyarakat.
Problematika dakwah di era modern membutuhkan solusi yang inovatif dan adaptif. Dengan memperbaiki aspek internal, memanfaatkan teknologi, dan merespons tantangan eksternal secara bijak, dakwah dapat tetap relevan dan efektif dalam membimbing masyarakat. Kolaborasi antara ulama, cendekiawan, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan gerakan dakwah yang holistik dan transformatif. Artikel ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi bagi para da'i, aktivis dakwah, dan masyarakat untuk bersama-sama menguatkan peran dakwah di tengah kompleksitas zaman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI