Mohon tunggu...
Daffa Imam
Daffa Imam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Baca-Nulis-Tidur-Repeat

Rakyat biasa yang coba kritis, sedikit narsis, berkumis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teruntuk Ustaz Hanan Attaki: Sabar, Hoaks Memang Budaya Indonesia

15 Juli 2022   11:04 Diperbarui: 15 Juli 2022   11:20 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kecil, semua orang pasti diajarkan untuk senantiasa berperilaku jujur, adil, dan amanah. Tanpa memandang agama, saya yakin ketiga ajaran ini adalah basic yang pasti diajarkan, baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar. Perilaku jujur, adil, dan amanah ini jika ditanamkan dengan serius tentu akan memiliki dampak yang baik bagi seseorang di masa mendatang. Sebaliknya, jika perilaku-perilaku tersebut hanya diajarkan sambil lalu, bukan tidak mungkin seseorang akan senantiasa memiliki perilaku yang bertentangan dengan ajaran tersebut.

Salah satu manifestasi dari sikap amanah di era modern ini adalah menyampaikan segala sesuatu secara lengkap, tanpa ada pengurangan ataupun penambahan. Misalnya, saya diamanahi untuk menyampaikan perasaan cinta teman saya kepada salah satu teman perempuannya. Teman saya menyampaikan kata-kata puitisnya kepada saya agar bisa disampaikan kepada teman perempuannya---yang dalam hal ini adalah teman saya juga, misalnya. Secara sadar, saya akan menyampaikan rasa cinta teman saya itu kepada teman perempuan saya, lengkap dengan kata-kata yang pernah disampaikannya kepada saya. Kenapa? Ya, karena saya menghargai usaha teman saya dan saya juga tidak mau berbohong. Berbohong itu dosanya besar sekali, saya enggak sanggup untuk menerimanya. Rasanya, mubazir menghabiskan waktu untuk memperoleh dosa. Ya, beginilah kira-kira analoginya.

Sebelum menyampaikan segala sesuatu, hal yang terlebih dahulu akan dialami oleh kita adalah menerima segala sesuatu tersebut. Bentuk penerimaan seseorang terhadap sesuatu itu memang bermacam-macam. Setidaknya, ada dua macam---yang dapat menentukan juga kualitas pikiran seseorang---yaitu menelan mentah-mentah atau mengklarifikasinya terlebih dahulu.

Menelan mentah-mentah sesuatu tanpa mencari kebenaran atas sesuatu tersebut akan membuat kita bereaksi secara spontan dan gelap mata mempercayai sesuatu tersebut---dalam hal ini adalah sebuah berita. Mempercayai sebuah berita begitu saja tanpa melakukan cross-check terlebih dahulu, singkatnya dinamakan "termakan hoaks".

Hoaks, menurut KBBI, adalah "informasi bohong". Apakah hoaks dapat diproduksi begitu saja? Jawabannya; bisa. Berlagak paling bahagia saat kumpul bersama teman padahal hatimu hancur sejadi-jadinya pun termasuk hoaks, hanya saja tak merugikan siapa pun---termasuk dirimu sendiri, kan?

Awalnya, saya hanya berpikir bahwa hoaks akan bekerja secara efektif apabila menyasar orang-orang dengan tingkat literasi yang rendah. Tak perlu munafik menyebut orang lain, ibu saya sendiri kerap termakan hoaks. Biasanya, ciri beliau termakan hoaks adalah membuka percakapan dengan kalimat, "bener teu sih berita x anu di WhatsApp?" (benar gak sih berita x yang ada di WhatsApp). Kendati berupa kalimat tanya, tapi keterangan lanjutan biasanya adalah justifikasi terhadap isi berita tersebut benar-benar terjadi.

Biasalah, ibu-ibu~

Pandangan saya itu ternyata salah; hoaks juga efektif menyasar orang-orang intelek, apalagi terkait dengan agama.

Baru-baru ini, beredar video klarifikasi dari Ustaz Hanan Attaki, pendiri Gerakan Pemuda Hijrah atau lazim dikenal "Shift". Ia mengunggah sebuah video di kanal YouTube pribadinya, Hanan Attaki, berjudul "Yuk bangun Indonesia bersama, jangan saling menjatuhkan. Yuk bisa yuk (emot peace)". Video berdurasi 10 menit 32 detik ini juga dibagikan di akun Instagram pribadinya, @hanan_attaki.

Pertama melihat postingan Ustaz Hanan Attaki di Instagram, yang terlintas di pikiran saya adalah; wah ada apa nih? Enggak biasanya blio bikin video klarifikasi. Wajar saja, saya sering menonton kajian blio lewat kanal YouTube Shift Media sejak 2018. Pembawaannya yang lemah lembut, penuh canda, dan relate dengan anak muda bikin saya tertarik mengikuti dakwahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun