Berdasarkan buku karya David Van Reybrouck yang berjudul Revolusi: Indonesia and the Birth of the Modern World, sejarawan asal Belgia ini menerangkan perspektif baru tentang sejarah kolonialisasi Belanda di Indonesia. Â
Saat setelah Herman Willem Daendels sedang berusaha memperkuat dan memodernisasikan pemerintahan koloninya di Jawa, situasi politik dan militer di Jawa mengalami perubahan drastis pada tahun 1809 hingga 1811.Â
Walau Daendels membawa reformasi signifikan dengan menciptakan infrastruktur dan struktur pemerintahan yang lebih efisien, ia tak mampu menghindari serangan dari Inggris dan krisis besar yang menimpa koloninya di Jawa.
Pada saat yang sama, pemerintahan Belanda yang dikuasai oleh Napoleon menjadikan Jawa sebagai bagian dari Imperialisme Prancis. Namun, pengaruh Daendels dalam membentuk fondasi administratif dan militer di Jawa tetap memberikan dampak yang besar, meskipun hanya dalam jangka waktu singkat.Â
Kejatuhan Daendels dan Pengaruh Napoleon terhadap Jawa
Walaupun Daendels telah melakukan berbagai tindakan untuk memodernisasi Jawa, pengaruhnya tak cukup kuat untuk mencegah blokade laut yang dilakukan oleh Inggris pada 1809.Â
Pada tahun 1810, dengan semakin kuatnya kekuatan Prancis di Eropa, Napoleon menggabungkan Belanda ke dalam wilayah kekuasaannya, menjadikan Jawa sebagai koloni resmi Prancis.Â
Dengan pengumuman tersebut, Napoleon menegaskan kepada penduduk Jawa bahwa mereka kini menjadi bagian dari kedaulatan Kerajaan Prancis, dan kepentingan mereka akan dilindungi dari ancaman Inggris yang selama ini mengintai.
Napoleon, melalui pidatonya, mencoba menenangkan keraguan penduduk Jawa dengan mengklaim bahwa agama, properti, hukum, dan moralitas mereka akan tetap dihormati.Â
Kendati begitu, meski pidato ini bertujuan untuk meyakinkan hati rakyat, perubahan bendera Belanda menjadi bendera Prancis yang dibawa oleh Daendels ternyata tidak diterima dengan baik oleh banyak orang Belanda sendiri.Â
Pada saat yang sama, ancaman dari Inggris semakin nyata di hadapan mata Daendels dan, pada tahun 1811, pasukan Inggris yang dipimpin oleh Sir Thomas Raffles pun berhasil merebut pulau Jawa dengan pasukan yang jauh lebih besar, yakni sekitar 12.000 orang. Situasi inilah yang mengakhiri Daendels di Jawa dan Nusantara.