Namun, kisah-kisah dari era ini juga mengandung elemen eksentrik yang sulit dipercaya.Â
Salah satu contohnya adalah seorang agen rahasia yang mendarat di pantai Belanda dengan mengenakan tuksedo lengkap dan berbau minuman keras untuk mempertahankan penyamarannya sebagai playboy. Sayangnya, aksi dramatis ini gagal total karena ia segera ditangkap oleh pasukan Jerman.
Kasus lainnya adalah Dudley Wrangel Clarke, seorang ahli strategi perang yang ditangkap di Spanyol saat menyamar sebagai wanita. Saat diinterogasi, ia awalnya mengklaim sedang menulis novel tentang interaksi sosial antara pria dan wanita, sebelum akhirnya mengatakan bahwa penyamarannya hanyalah sebuah lelucon.Â
Meski terdengar seperti komedi, Clarke adalah seorang jenius dalam operasi kamuflase dan disinformasi yang membantu Inggris dalam perang.
Dari Novel ke Realitas: Pengaruh Dunia Sastra dalam Intelijen Inggris
Hubungan antara dunia sastra dan intelijen Inggris tidak bisa diabaikan begitu saja.Â
Banyak penulis terkenal seperti Somerset Maugham dan Graham Greene bekerja sebagai agen MI6 sebelum akhirnya menjadi novelis mata-mata. Bahkan Ian Fleming, pencipta James Bond, memiliki hubungan erat dengan dinas intelijen.
Namun, di balik cerita-cerita penuh aksi ini, realitas pekerjaan intelijen lebih banyak dihiasi oleh rutinitas yang melelahkan, laporan yang monoton, serta paranoia akan pengkhianatan dari dalam.Â
Hal ini terbukti dalam kasus Cambridge Five, sekelompok mata-mata Inggris yang diam-diam bekerja untuk Uni Soviet. Kim Philby, salah satu anggotanya, berhasil menyusup ke MI6 dan membocorkan rahasia terbesar Inggris kepada KGB.
Misteri yang Tak Pernah Terungkap Sepenuhnya
Sampai detik ini, banyak dokumen MI6 masih dirahasiakan, terutama mengenai kegagalan-kegagalan besar di era Perang Dingin.Â