Untuk orang lain, joget-joget di TikTok merupakan rangka mencari validasi atas kesenangan yang mereka lakukan. Namun karena mencari validasi itu bisa dilakukan pada banyal hal, maka pilihan saya tidak jatuh padaTikTok, tapi pada hal lain seperti menulis.
Tidak ada yang salah jika kita mengikuti tren dengan tujuan bahwa kita keren, lucu dan lain sebagainya. Dan saya pun pernah ada di posisi dimana mengikuti segala macam tren itu sangat menyenangkan.
Tetapi saya berpikir bahwa tren itu tidak akan ada ujungnya. Jadi saya coba berhenti dan menahan diri untuk tidak mengikuti tren. Saya berusaha agar saya selalu merasa cukup dengan apa yang sudah punya sekarang dan berusaha menganggap bahwa tren yang terjadi itu biasa-biasa saja.
Misalnya ada tren fashion tertentu. Walaupun saya menganggap tren itu keren, tapi saya tidak akan memaksa diri saya untuk menyisihkan uang saya untuk membeli tren fashion yang banyak diikuti orang. Saya cukup bertahan dengan fashion yang saya punya.
Kalau perlu, jika saya merasa bahwa fashion yang saya gunakan jadul, saya coba mencari tokoh sebagai role model yang tetap bertahan dalam fashion lamanya. Itu akan membuat saya percaya diri untuk tidak mengikuti tren. Prinsipnya, masa saya harus ikut tren juga, toh role model saya saja tidak ikut-ikutan tren kok.
Itu baru dari fashion, dari tren lain pun saya akan melakukan hal yang sama agar usaha saya untuk tidak terlalu mengikuti tren benar-benar bisa saya praktekan.Â
Saya cukup percaya diri dengan tidak mengikuti tren-tren media sosial. Kepercayaan diri itu muncul karena saya berpatokan pada orang-orang yang bagi saya hidupnya bisa lebih bahagia tanpa mengikuti tren sekalipun.
Pada dasarnya kita memang harus punya role model atau tokoh panutan yang bisa membuat kita percaya diri untuk tidak mengikuti tren.Â
Prinsipnya, untuk apa kita cape-cape mengikuti banyak tren, toh tokoh yang kita jadi panutan saja hidupnya bahagia dan fine fine saja meski jarang mengikuti tren yang ramai di ikuti banyak orang.