Mohon tunggu...
daffa uddin
daffa uddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Think different

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuliah Daring Beretika dengan 4 Poin Ini!

11 Maret 2021   19:15 Diperbarui: 11 Maret 2021   19:29 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kegiatan pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang terdampak selama masa pandemi COVID-19. Sejak diberlakukannya kebijakan pembatasan kegiatan sosial berskala besar (PSBB), seluruh kegiatan pembelajaran di semua tingkatan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi harus dilakukan secara daring (online) untuk mencegah penyebaran virus meluas. Hal tersebut tentu sangat disayangkan, mengingat kegiatan pembelajaran secara tatap muka yang sarat akan nilai dan interaksi, terpaksa harus beralih dilakukan melalui daring yang sebelumnya belum pernah digunakan sebagai media pembelajaran utama. Meskipun begitu, hal tersebut tidak berpengaruh besar terhadap proses pembelajaran selain munculnya kebiasaan-kebiasaan baru.

Dikarenakan seluruh kegiatan pembelajaran beralih menggunakan media daring, muncul kebiasaan-kebiasaan baru sebagai bentuk adaptasi dalam proses pembelajaran. Kebiasaan baru tersebut muncul karena terdapat beberapa perbedaan di antara pembelajaran tatap muka dan daring. Para siswa dan guru maupun dosen menjadi terbiasa menggunakan aplikasi conference call, seperti Zoom dan Google Meet. Ruang kelas yang semula berbentuk ruangan fisik berganti menjadi link yang dibuat dan dikirim oleh pengajar sebelum kelas dimulai, hingga hal-hal yang harus disiapkan dengan baik, salah satunya adalah koneksi internet, agar proses pembelajaran berlangsung dengan lancar. Beberapa kebiasaan tersebut muncul dan harus dilakukan ketika menjalani kuliah daring. Selain itu, selayaknya yang terjadi dalam pembelajaran secara tatap muka, bahkan dalam hampir semua kegiatan, terdapat etika yang harus diperhatikan dan dipatuhi dalam pembelajaran daring.

Dalam menjalani setiap kegiatan sehari hari, kita tidak dapat terlepas dari kewajiban menjaga etika. Etika seolah telah menyatu dan menjadi bagian dari kehidupan, dimana dan kapanpun kita berada, terdapat etika yang harus dipatuhi. Karena etika berkaitan erat dengan moralitas, maka ketika seseorang tidak memerhatikan etika, bisa dikatakan bahwa orang tersebut tidak bermoral, sekaligus berbanding terbalik dengan konsep manusia sebagai makhluk yang bermoral. Tak terkecuali pada kegiatan pembelajaran daring, terdapat beberapa etika yang harus diperhatikan. Selain agar kegiatan berjalan lancar, tentunya agar tidak terjadi kesalahpahaman dan ketidaknyamanan antara dosen dengan mahasiwa, maupun antar sesama mahasiswa. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menyalakan kamera

Pada setiap aplikasi conference call, terdapat fitur “start video”. Fitur ini berfungsi untuk menunjukkan wajah saat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menyalakan kamera dari smartphone atau laptop, sehingga dosen maupun sesama mahasiswa dapat melihat masing-masing wajah mereka. Karena pada dasarnya, kegiatan conference call adalah komunikasi audio dan visual. Namun, jika mencermati apa yang telah terjadi sejauh ini, fitur tersebut tampaknya masih jarang digunakan saat pembelajaran daring, terutama oleh mahasiswa. Mereka lebih memilih untuk menonaktifkannya saat kelas berlangsung. Alasannya pun beragam, dari kondisi pencahayaan yang kurang memadai hingga koneksi internet yang lemah. Padahal menyalakan kamera saat melakukan kegiatan pembelajaraan merupakan satu etika yang harus diperhatikan. Selain untuk menunjukkan bahwa mahasiswa benar-benar hadir di depan gadget dan memerhatikan penjelasan dosen, dengan menyalakan kamera juga membuat proses interaksi di dalam kegiatan pembelajaran dapat lebih baik. Jika menilik kembali beberapa alasan mengapa mahasiswa masih jarang mengaktifkan kamera, alasan-alasan tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan tindakan solutif, diantaranya dengan mencari tempat dengan kondisi cahaya yang memadai, atau memastikan bahwa koneksi internet yang dipakai lancar. Maka jika memang situasi dan kondisi mahasiswa memungkinkan untuk menyalakan kamera, sebaiknya dilakukan.

2. Aktif dan Interaktif saat kelas

Layaknya pada setiap kegiatan pembelajaran, interaksi di dalam kelas adalah satu unsur penting. Dengan adanya interaksi, dosen dapat mengetahui sejauh mana pemahaman dan keaktifan mahasiswa melalui jawaban dari pertanyaan yang dosen berikan. Sedangkan mahasiswa juga dapat menggali pengetahuan lebih jauh dengan memberikan pertanyaan kepada dosen. Hal tersebut juga seharusnya berlaku pada pembelajaran daring. Namun, sebagian besar mahasiswa sekarang tampaknya mengesampingkan interaksi saat kelas. Bisa dilihat dari seringnya pertanyaan-pertanyaan dosen yang tidak mendapat respon dari mahasiswa. Dosen pun tidak selalu bertanya tentang materi, bahkan pertanyaan sebatas tentang meminta persetujuan atau menanyakan kabar juga kurang mendapat perhatian dari mahasiswa. Walaupun hal tersebut tidak mengganggu proses pembelajaran, namun menjadi tidak etis jika ketika dosen bertanya tidak terdapat satupun mahasiswa yang menjawabnya.

3. Memakai pakaian yang sopan

Setelah dua poin di atas, hal yang perlu ditekankan lagi berkaitan dengan etika adalah penggunaan pakaian. Kegiatan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bersifat formal, maka memakai pakaian yang sopan sudah menjadi etika yang harus diperhatikan para mahasiswa. Dengan berpakaian sopan juga menjadi bentuk mahasiswa menghargai proses pembelajaran itu sendiri. Tampaknya hal tersebut belum begitu mendapat perhatian dari mahasiswa. Anggapan bahwa belajar dari rumah adalah mengkondisikan diri seperti di rumah, termasuk berpakaian seadanya atau memposisikan badan dengan rebahan, membuat kegiatan pembelajaran terkesan tidak formal dan etis.

4. Tidak meninggalkan kelas sebelum selesai

Kemudian yang terakhir adalah banyaknya perilaku mahasiswa yang meninggalkan kelas sebelum diselesaikan dan ditutup oleh dosen, bahkan tak jarang terdapat mahasiswa yang sudah meninggalkan kelas saat kelas masih baru saja berlangsung. Perilaku ini adalah perilaku yang sangat tidak etis dan perlu menjadi perhatian mahasiswa karena jika dilakukan secara terus menerus akan menjadi kebiasaan negatif bahkan hingga membentuk karakter. Bagi dosen sendiri, perilaku semacam itu tentunya akan membuatnya merasa tidak dihargai bahkan bisa membuat tersinggung. Jika memerhatikan etika dengan baik, ketika mahasiswa hendak meninggalkan kelas maka setidaknya meminta izin terlebih dahulu kepada dosen, jika dosen mengizinkan maka mahasiswa baru dapat meninggalkan kelas. Sebenarnya, perilaku ini telah sering dijumpai saat pembelajaran tatap muka. Namun, di pembelajaran daring dimana dosen mempunyai lebih sedikit ruang untuk memonitor dan mengawasi para mahasiswanya, membuat mahasiswa memanfaatkan celah itu dan leluasa meninggalkan kelas semau mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun