Mohon tunggu...
Damanhury Jab
Damanhury Jab Mohon Tunggu... Jurnalis - To say Is Easy, To Do is Difficult, To Understand Is Modifical

Wakil Ketua Penggiat Peduli Demokrasi Nasional serta Penggiat Literasi di Pelosok Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Untuk Taat Pribadi yang Ayu

31 Mei 2019   00:35 Diperbarui: 31 Mei 2019   00:58 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak cukup pandai kau sembunyikan luka dibalik senyumanmu. Aku tau, dalam diam hatimu menangis seakan mengutuk hukum langit yang bagimu penuh luka.

Disetiap heningmu, aku tau juga bahwa kau dalam diam mengamuk bersama Do'a yang selalu membasahi ujung sajadah yang kau gelar dipojok kamar. Kau boleh mencaciku atau bahkan membenciku, tapi taukah engkau? Aku adalah salahsatu diantara mereka yang begitu menyayangimu.

Hanya yang pernah kehilangan yang mampu saling mengerti. Kita memang sama - sama merasakan kehilangan sosok pemilik Do'a yang paling ampuh diijabah sama Sang Khalik (yang mampu menembus langit dalam waktu singkat). Jangan lagi bersedih meski kita adalah yang tetes keringatnya tak sempat mengembangkan senyum yang selalu kita rindukan.

Namun aku iri padamu. Kenapa begitu kuat kau jalani semua tanpa selalu mengeluh? Sementara aku dan mereka selalu mengeluh dalam setiap langkah berkayuh.

Alangkah Istimewanya kau. Bahwa kau mampu menjawab segala Do'a yang pernah diwasiatkan kepada mereka untukmu. Sementara aku hanya terbungkam dibalik sejuta alasan yang kubuat untuk pembelaan diri.

Kita adalah saudara bukan?
Dan persaudaraan adalah sebuah keagungan yang tuhan titipkan kepada hati tulus yang pandai mengomel namun penuh kasih sayang sepertimu. Mereka yang tak mampu membaca pasti akan berkata "Sungguh Keterlaluan". Namun apa pedulinya kita?

Asal kau tau, betapa bangganya kami memilikimu. Betapa bahagianya menjalin ikatan persaudaraan meski asal terpisah pulau. Karna yang merindu adalah yang selalu menikmati kehangatan candaan ketika kau hadir ditengah - tengah mereka. Seperti ada yang hilang ketika cangkir kopi dan lantunan suara di atas pentas itu tanpa omelanmu.

Pulanglah...
Masih kami kosongkan satu kursi ditengah gerombolan korban - korban omelanmu.  Kita akan bercerita kembali tentang hati - hati yang rapuh, atau bahasa - bahasa daerah untuk pemula (bahasa makian) agar mereka semakin akrab menjadi saudara kita.

Ingat, tetaplah menjaga ujung sajadahmu. Selalu rindulah kepada kami, serta tetaplah mengirimkan bingkisan Indah untuk mereka. Jangan sedih, jangan lagi telalu hanyut dalam kesahmu. Mereka tidak pergi, mereka tetap hidup dalam diri kita, menyatu dalam setiap simpul aliran darah kita. Karna kita adalah mereka yang kembali menikmati keagungan Dunia yang Indah ini.

(Surat Untuk Si Bawel di Ibu Kota)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun