[caption id="attachment_153662" align="alignright" width="300" caption="Museum Wayang (Foto2: Google)"][/caption] UNTUK mengetahui suatu negara atau bangsa tidak perlu menempuh perjalanan jauh. Terkadang melalui bahasa dan budayanya saja kita sudah tahu karakter dan adat istiadat bangsa tersebut. Begitu pula dengan melongok ke Museum Wayang Jakarta sebagai jendelanya, kita dapat mengenali hasil budaya berbagai bangsa terutama dari 3 benua, yakni Asia, Eropa dan Amerika, beserta filosofinya. Museum Wayang yang berada di Jl Pintu Besar Utara nomor 27 dan 29 Jakarta Barat di Kawasan Kota Tua itu menyimpan sekitar 6000 unit koleksi hasil budaya berbagai bangsa dan sukubangsa. Bentuknya dan bahannya bermacam macam dari wayang kulit, wayang golek, wayang beber, wayang krucil, maupun wayang boneka, sampai topeng wayang dari seluruh Nusantara, bahkan dari berbagai Negara seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja, India, Cina, Rusia, Polandia, Perancis, sampai Suriname. Akan tetapi koleksi wayang kulit budaya Betawi yang lengkap, baru dipunyai museum ini tahun 2011 yang baru lalu. Ini diungkapkan Budi kepala seksi pameran dan edukasi Museum Wayang belum lama ini. Kepala Museum Wayang, Dachlan S.Kar mengakui wayang Betawi satu kotak (berisi 113 unit) tersebut buatan sanggar pimpinan Pak Niin Niran, dalang wayang kulit Betawi asal Cibubur Jakarta Timur yang dibeli Museum Wayang dengan harga “persaudaraan”. Sebab ada ikatan batin antara Niin Niran dan museum di mana ia sering menampilkan pergelaran. Gambaran wajah dan karakter atau “wondo” setiap tokoh wayang Betawi hampir sama dengan wayang kulit Jawa, tetapi aksesoris wayang tersebut lebih sederhana. Juga tidak diprada emas. Yang asli gapitnya dari bambu, tetapi wayang Betawi ini sedikit dimodifikasi, gapitnya dari tanduk atau tulang meskipun bahan kulitnya tetap dari kulit kerbau.