Meski lelah dan ingin segera sampai, tetapi hujan memaksa saya untuk menepi. Memilih basah kuyup, agar cepat sampai, bukan pilihan tepat. Tubuh basah, diatas kecepatan berkendara, bisa rentan masuk angin. Besok harus kembali bekerja, jadi lebih baik menunggu hujan reda, baru melanjutkan perjalanan.
Nikmati saja, tak perlu menggerutu tentang apa saja yang ditemui. Mensyukuri adalah cara tepat menikmati hidup. Mengeluh hanya membuat semakin tersiksa. Menikmati apa yang ada, dapat menginspirasi orang lain. Karena sedikit sekali orang yang bisa menikmati atas kondisi yang dialami. Hujan semakin deras, menunggunya hingga reda, akan terasa lama.
Seorang satpam ruko menyilahkan saya duduk. Bangku itu biasa digunakan pelanggan usaha gadai yang mengantri. Kios gadai tempat saya berteduh masih buka. Pegawainya masih menunggu, siapa tau masih ada pelanggannya yang datang sore itu.
Pak satpam menyudahi menggunakan hp, kemudian hp itu dimasukan kedalam saku bajunya. Ia menoleh dan melempar senyum ke arah saya. Saya mengangguk, lalu membalas senyumnya. Anggukan dan senyuman terimakasih, karena telah dibolehkan berteduh di depan kios tempat ia berjaga.
Ia nampak letih, karena sejak pagi sudah bertugas. Ia coba menutupi rasa letih itu dengan melepas senyum kepada siapa saja yang dijumpai di ruko tempat ia berjaga. Pak satpam itu terus menjaga profesinalisme, mendedikasikan dirinya pada pekerjaan yang diambil sebagai jalan hidupnya.
Sudah lebih dari 16 menit saya berteduh, hanya duduk dan diam, tak ada yang dilakukan. Tak sadar, lamunan sudah berada di masa lampau. Mengingat pekerjaan yang hampir satu bulan lalu saya lepaskan.
Besok Hari Guru, biasanya satu hari sebelum hari itu, ucapan selamat berdatangan. Tetapi tidak dengan hari ini, tak ada satupun pesan ucapan yang masuk. Ucapan yang biasa dikirim oleh murid-murid yang setiap hari diajari, sudah dialihkan ke guru lain. Guru baru yang telah membuat mereka nyaman.
"Pasti mereka sudh melupkan saya" pikir saya di dalam hati.
Terus terlintas, tahun lalu mereka berdatangan ke ruang guru, untuk sekedar mengucapkan selamat. Tiap ketua kelas membawa makanan  ke ruang guru. Sebagai ungkapan terimakasih atas kesabaran kami mendampingi mereka.
Wajah-wajah  polos mereka murid hebat semakin terbayang jelas. Erlin, Aisyah, Titin, Evan, Bahudin, dan lainnya. Yang selalu menyemangati, hingga selalu hadir untuk mereka di depan kelas. Yang selalu mengundang senyum, dan tawa saat bersama mereka.
Hujan reda, bersiap kembali melanjutkan perjalanan.