Gadis Kretek menggambarkan bagaimana wanita di luar Barat memiliki strategi dan agen perjuangan yang berbeda, yang mungkin tidak selalu sejalan dengan pandangan feminisme liberal di Eropa dan Amerika (Chandra Talpade Mohanty, 1984). Â Metode ini digunakan dalam konteks pascakolonial feminisme.
Â
Refleksi Kritis dan Tindakan Praksis Sebagai penonton, kita tidak hanya dapat terinspirasi oleh keberanian Jeng Yah. Pertanyaan penting yang harus kita refleksikan adalah: bagaimana perempuan sekarang dapat terus menciptakan ruang---baik dalam dunia seni, keluarga, maupun politik---tanpa kehilangan identitas atau terjebak dalam cara berpikir yang maskulin?
Kegiatan praktis bisa dimulai dengan tindakan yang sederhana: dukung karya yang dihasilkan perempuan, kritik media yang menunjukkan sikap seksis, berikan peluang untuk kepemimpinan perempuan, dan bangun solidaritas di antara berbagai kelas dan gender. Di bidang pendidikan, sangat krusial untuk menulis kembali sejarah dengan memasukkan pengalaman perempuan sebagai bagian yang penting dan diakui dari budaya.
Â
Penutup Setiap karya kretek Jeng Yah membawa harapan untuk dunia yang lebih berkeadilan, bebas dari penjajahan dan aturan patriarkal. Â Gaya Kretek mengajak kita untuk memahami bahwa budaya massa bukan hanya sumber hiburan; itu juga tempat perselisihan yang menentukan siapa yang pantas diingat dan siapa yang kerap dilupakan. Â Saat ini adalah saatnya untuk kita berkomitmen untuk mengingat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI