Mohon tunggu...
DACK NEWS
DACK NEWS Mohon Tunggu... FREELANCE

unggahan berita dan juga artikel media massa terkini

Selanjutnya

Tutup

Film

Opini Sseries NETFLIX GADIS KRETEK Terhadap Dampak Representasi Perempuan Dan Feminisme

7 Juli 2025   22:05 Diperbarui: 7 Juli 2025   22:02 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

"GADIS KRETEK" Bukan hanya drama cinta yang melintasi generasi dengan latar belakang industri rokok kretek Indonesia yang diceritakan dalam serial Netflix Gadis kretek.  Selain itu, ia berfungsi sebagai tempat untuk percakapan yang menggabungkan ideologi, kekuasaan, dan perlawanan dengan asap tembakau, dan menceritakan kisah cinta yang sarat dengan luka yang disebabkan oleh patriarki dan kolonialisasi.  Serial ini menjadi tempat penting untuk melihat bagaimana budaya populer dapat bertindak sebagai perlawanan dan memperkuat struktur kekuasaan yang sudah ada dari sudut pandang studi budaya, terutama dari perspektif feminis.

Relasi Kekuasaan Hegemoni dan Resistensi Gender Karakter utama perempuan, Dasiyah atau yang lebih dikenal sebagai Jeng Yah, menjadi simbol ketahanan. Ia bukan hanya seorang wanita yang mewarisi keterampilan dalam pembuatan kretek, tetapi juga lambang kebangkitan perempuan dalam suatu sistem yang menempatkan lelaki sebagai penguasanya di semua aspek produksi, bisnis, dan hubungan sosial. Di tengah sektor kretek yang dikuasai oleh pria dan terikat oleh feodalisme, Jeng Yah membuktikan bahwa kemampuan, kepemimpinan, dan inovasi tidak terhalang oleh gender.

 

Namun, sistem patriarki tidak hanya berfungsi melalui larangan yang tampak, tetapi juga melalui pandangan keluarga dan norma-norma moral yang menempatkan wanita dalam peran rumah tangga. Ayah Jeng Yah, yang bekerja di industri kretek, awalnya meragukan kemampuan putrinya hanya karena jenis kelamin yang dimilikinya. Ini adalah contoh dari hegemoni menurut pandangan Gramsci, di mana dominasi terjadi dengan cara halus melalui konsensus budaya, bukan hanya melalui kekerasan. Meskipun demikian, Jeng Yah melawan dengan cara berkarya, bekerja, dan mencintai. Dalam konteks ini, feminisme memainkan peran penting: tidak hanya melalui pidato, tetapi juga melalui tindakan sehari-hari yang berkontribusi terhadap perubahan dalam struktur sosial.

 

Konferensi media yang menarik "Diskursus Media dan Produksi Makna Gadis Kretek" membahas sejarah Indonesia dari berbagai sudut pandang, khususnya melalui industri kretek dan peran perempuan.  Serial televisi ini menunjukkan bahwa bukan hanya pahlawan laki-laki yang bersenjata yang membuat sejarah, tetapi juga perempuan yang memberikan kontribusi budaya dan ekonomi.

Dalam situasi seperti ini, media bukan hanya menyampaikan kenyataan, tetapi juga membuatnya menjadi kenyataan.  Penonton diajak untuk merenungkan kembali apa art "kemerdekaan"---apakah itu hanya melepaskan diri dari kolonialisme atau dari belenggu patriarki? Ini dicapai melalui penggunaan gaya visual yang inovatif dan alur cerita yang tidak linier.  Menurut Stuart Hall, Gadis Kretek memberi penonton kesempatan untuk berdebat tentang arti: apakah mereka akan diterima secara dominan (romantis, estetis) atau kritis (politik, oposisi).

 

Representasi Identitas Gender, Kelas, dan Politik Tubuh Dalam serial ini, terdapat penggambaran gender yang rumit. Di satu sisi, karakter Dasiyah digambarkan sebagai seorang wanita yang tangguh, cerdas, dan mandiri. Namun, di sisi lain, ia terjebak dalam hubungan yang menyedihkan dengan karakter pria, menunjukkan bahwa kebebasan wanita sering kali diorbankan demi narasi besar tentang "cinta" dan "keluarga. " Di sinilah letak ketegangan subversif yang terjadi. 22Isu kelas juga sangat penting. Jeng Yah, sebagai seorang wanita pekerja yang juga memiliki sedikit modal, berjuang melawan kekuasaan juragan besar dan kolonialis. Tubuh wanita menjadi arena politik: apakah dia memiliki kebebasan untuk memilih dan berkarya, atau malah terjajah oleh nilai-nilai moral yang konservatif?

Karya ini memberikan peluang untuk emansipasi, meskipun emansipasi dan kemungkinan perubahan sosial yang diusung oleh Gadis Kretek tidak memberikan jawaban instan.  Acara televisi ini menghidupkan kembali ingatan kolektif tentang peran wanita dalam sejarah budaya dan ekonomi Indonesia, yang seringkali terlupakan atau dianggap remeh.  Karya ini mengajak penonton untuk mempertimbangkan kembali dinamika gender di rumah, di tempat kerja, dan bahkan di industri kreatif kita saat ini melalui karakter seperti Jeng Yah.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun