Mohon tunggu...
Darman Syah
Darman Syah Mohon Tunggu...

Hanya pewarta biasa di belantara Jakarta. Tidak miskin, apalagi kaya. Suka mancing, sayang kucing, terlebih wanita :) Dar-mansyah.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asal Muasal Nama Daerah Pluit

1 Juni 2013   19:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:40 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13700890782126984387

Kawasan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara beberapa tahun belakangan ini menjadi salah satu kawasan hunian elit di Ibukota Jakarta. Apartemen mewah, komplek perumahan megah dan sejumlah tempat rekreasi dengan mudah bisa dijumpai di kawasan ini. Keberadaan pusat perbelanjaan kian mengukuhkan kawasan Pluit, sebagai salah satu kawasan "orang berduit" di Jakarta. Hampir tidak ada satupun warga Jakarta yang tidak mengenal Pluit. Daerah di kawasan utara Jakarta ini memang sudah sangat akrab ditelinga warga Ibukota. Meski demikian, tidak semua, bahkan jarang, warga Jakarta mengetahui asal muasal kawasan ini dinamakan Pluit. Nama Pluit memang bukan baru sekarang terucap. Berdasarkan peta Topographis Bureu Batavia tahun 1903, kawasan ini memang sudah dikenal dengan nama Pluit atau Fluit. Dalam bahasa Belanda, Fluit bisa diartikan sebagai suling atau Pluit yang kerap dibunyikan wasit dalam sebuah pertandingan. Bisa juga berarti roti panjang yang sempit. Meski memiliki berbagai arti seperti yang disebut di atas, namun nama kawasan Pluit sama sekali tidak memiliki hubungan. Dalam catatan sejarawan Betawi, Alwi Shahab, nama Pluit mulai terkenal ketika pasukan Belanda menghadapi serangan Kesultanan Banten, tahun 1660. Kala itu, pasukan Belanda menggunakan sebuah kapal rusak untuk menghambat pasukan Kesultanan Banten yang menyerang dari arah barat Jakarta. "Pasukan Belanda meletakan sebuah kapal lurus panjang (Fluitship) bernama Het Witte Paert di kali Muara Angke. Kapal itu sudah tidak laik untuk digunakan melaut," tulis Alwi Shahab. Oleh pasukan Belanda, Fluitship digunakan untuk menopang benteng Vijhoek di pinggir Kali Grogol sebelah timur kali Angke. Fluiship digunakan untuk menahan serangan sporadis yang dilakukan pasukan Kesultanan Banten dalam beberapa tahun. Oleh masyarakat setempat, lokasi itu kemudian dikenal dengan sebutan De Fluit. Dalam perkembangan zaman dan disesuaikan dengan lidah orang Melayu, lambat laun berubah menjadi Pluit. Setelah masa kemerdekaan, masih dalam catatan Alwi Shahab, jejak keberadaan kapal Fluitship yang dijadikan kubu sudah tidak terlihat. Begitu pula dengan keberadaan Benteng Vijhoek yang sudah tidak tersisa. Kini, disepanjang sisi Kali Grogol, dipasang pagar besi dan keberadaan jalan layang (fly over) turut mengubur keberadaan benteng yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa itu. Kawasan Pluit yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara menjadi salah satu kawasan hunian elit di Ibukota. Selain perumahan elit, kini kawasan Pluit yang berbatasan dengan Teluk Jakarta di sebelah utara, Kelurahan Kapuk di sebelah timur dan Kelurahan Penjaringan di sebelah Barat. Tidak seperti kawasan Jakarta lainnya, tidak banyak warga asli Jakarta alias Betawi yang menetap di Pluit. Warga Betawi tidak terlalu mengakar seperti di kawasan Kemang, Kebayoranbaru, atau pun beberapa kawasan lain yang banyak dihuni warga Betawi. Pluit kini banyak dihuni oleh para pendatang, seperti warga keturunan Tionghoa yang banyak membuka usaha di pusat perbelanjaan Glodok. Pluit kini tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan hunian mewah. Lokasinya yang strategis, terutama berdekatan dengan pusat perbelanjaan Glodok dan Bandara Soekarno-Hatta menjadikan kawasan ini menjadi incaran kaum berduit.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun