Mohon tunggu...
PRIADARSINI (DESSY)
PRIADARSINI (DESSY) Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Biasa

penikmat jengQ, pemerhati jamban, penggila serial Supernatural, pengagum Jensen Ackles, penyuka novel John Grisham, pecinta lagu Iwan Fals, pendukung garis keras Manchester United ....................................................................................................................... member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengintip Isi Kantong Pengamen Ibukota

31 Desember 2010   19:14 Diperbarui: 30 Oktober 2017   12:36 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_143819" align="aligncenter" width="505" caption="Old & New Competition"][/caption] 

Hampir di setiap sudut kota kita menjumpai pengamen-pengamen berkeliaran. Dengan segala atribut yang ada di berbagai kesempatan yang mungkin bisa menghasilkan uang. Saya sering mengamati pengamen-pengamen ini dalam setiap kesempatan. Terutama di kota Jakarta dan sekitarnya. Karena gemar berkeliaran kesana-sini dan menurut hasil pengamatan saya penghasilan pengamen dibagi dalam beberapa klasifikasi sebagai berikut 

Pengamen Lampu Merah 

Hampir di setiap lampu merah kita menemukan pengamen. Biasanya pengamen dilampu merah tidak akan pernah bernyanyi dengan serius. Ada beberapa yang asal gonjreng atau asal kreceknya bunyi, suaranya tak terdengar. Banyak juga yang menggendong bayi atau anak kecil bawa adiknya yang masih balita untuk mendapat belas kasihan dari orang lain. Yang seperti ini seringkali sukses mendapatkan rupiah. Dan juga tentunya banyak pengamen banci di lampu merah, biasanya lucu dan unik yang menjadi nilai jualnya. 

Namun bila ditakar penghasilan pengamen dilampu merah tidak terlalu menguntungkan. Dalam sekali lampu merah paling tidak dapat Rp. 1000 , itu pun belum tentu dapat karena mengingat mereka tidak menjual suara dan pengemudi juga takut membuka kaca jendela seiring meningkatnya kejahatan di lampu merah. Bila dalam satu hari mengambil rata-rata di setiap lampu merah Jakarta, mereka bisa mengamen sebanyak 100 kali, kita ambil kemungkinan terima uang maksimal 50 persen mengingat minat pengemudi yang minim untuk memberi uang, jadi pengahasilan per hari Rp. 50.000 . Menurut seorang pengamen dilampu merah Raden Saleh Jakpus kalau lagi bagus bisa dapat Rp. 50.000 per hari itu sudah sangat bagus. 

Pengamen Metromini dan Kopaja 

Jika anda sering menggunakan transportasi yang satu ini, dalam 15 menit anda bisa bertemu 2 sampai 3 pengamen. Pengamen disini pun beragam, mulai dari jual lagu, puisi, penyanyi bisu, suling sampai harmonika. Di bis ini kita juga jarang menemukan pengamen dengan talenta mengagumkan, kebanyakan biasa saja malah terkesan ala kadarnya. Hal ini mungkin dikarenakan jarak tempuhnya tidak terlalu jauh. Paling hanya menyanyi satu dua lagu selesai. Belum lagi tak jarang bertemu pengamen yang setengah mabuk atau berlagak seperti preman yang meminta uang dengan sedikit memaksa dan menggunakan ancaman juga makian kalau tidak dikasih. Saya sering kali merasa deg-degan kalau penumpangnya hanya dua tiga orang dan perempuan semua, sepertinya kami akan dimangsa oleh mereka.

Menilik hal-hal tersebut penghasilan mereka pun tidak menggembirakan. Paling bagus Rp. 5000 sekali masuk bis. Lebih sering saya lihat hanya Rp. 2000 atau bahkan tidak dapat sama sekali. Jadi bila mereka sanggup memasuki 100 bis sehari dengan kemungkinan 50 persen dapat uang rata-rata Rp.2000 maka sehari akan dapat Rp. 100.000. Itu adalah hasil maksimal, karena saya pernah mendengar mereka pengamen Metromini 640, mereka senang sekali hari ini bisa dapat Rp. 80.000. 

Pengamen Mikrolet 

Pengamen Mikrolet tidak jauh berbeda karakternya dengan pengamen Metromini dan Kopaja. Juga lebih mudah memaksa dengan mulut bau alcohol lebih tercium, karena sempitnya ruang. Bila naik Mikrolet 01 (Senen - Kampung Melayu), saya tidak berani duduk di belakang, apalagi kalau tidak penuh. Saya selalu mencari duduk dekat supir. Karena pengamennya senang sekali memaksa dengan tangannya menggoyang-goyang kaki kita, sungguh menakutkan. Dengan cara-cara tersebut malah semakin tidak memperoleh uang. 

Saya dulu pernah naik Mikrolet 01 ini selama 4 tahun. Dan bisa saya simpulkan dalam 10 kali saya naik, hanya sekali orang yang ada memberikan uang itupun hanya Rp. 500 , sangat jarang yang memberikan Rp. 1000. Sehingga bila sehari bisa 100 kali mengamen di mikrolet hanya 10 kali dapat uang, jadi hanya Rp. 10.000 sehari. Sangat sedikit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun