Mohon tunggu...
PRIADARSINI (DESSY)
PRIADARSINI (DESSY) Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Biasa

penikmat jengQ, pemerhati jamban, penggila serial Supernatural, pengagum Jensen Ackles, penyuka novel John Grisham, pecinta lagu Iwan Fals, pendukung garis keras Manchester United ....................................................................................................................... member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Bete Terima Broadcast Ucapan Hari Raya

1 Juni 2016   12:58 Diperbarui: 1 Juni 2016   14:58 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini Broadcast List aku tahun lalu dan itu masih panjang ke bawahnya, daftar tersebut belum aku update lagi untuk tahun ini, yang jelas pasti nambah orang lagi.

Jaman dulu kita kalau mau menyampaikan ucapan selamat hari raya kebesaran suatu agama, kita harus kirim kartu ucapan. Dulu aku ngalamin masa-masa nyari kartu ucapan yang unik. Terus nulis ucapan yang bisa mengena bagi penerimanya. Dan diakhiri dengan nempelin perangko dan mengirimnya ke Kantor Pos terdekat. Ritual ini sungguh melelahkan eh menyenangkan deng.

Untuk Hari Raya Idul Fitri, aku memulai aktivitas ini, sejak awal puasa. Karena targetnya minggu ketiga puasa, harus sudah dikirim. Berhubung aku hidup berpindah-pindah, setiap 2 tahun sekali pindah, jadi sekolah aku banyak dan tentu teman juga banyak. Dan pastinya teman-teman yang sudah berjauhan juga banyak. Sudah tentu menyebabkan kartu yang harus ku kirim banyak, bisa sampai 80 kartu. Kebayang kan berapa  modal uang, waktu, tenaga dan pikirannya. Terutama pikiran untuk ide ucapan koplak yang berkesan. (lah koplak kok berkesan. Hihihi.)

Sementara Papa aku, karena relasinya banyak dan banyak keluarga besar yang harus dikirim, maka solusi cepat dan murahnya ya nyetak kartu ucapan. Yang tinggal tanda tangan dan nempelin perangko plus nulis alamat tujuan. Keribetan ini pun dimulai sejak awal puasa. Selain target minggu ketiga sudah terkirim semua, juga agar jelang lebaran, sudah nggak disibukan lagi dengan urusan kartu ucapan selamat hari raya.

Saat jaman berganti ke telepon selular (ponsel), yang bisa berkirim SMS, kita merubah kebudayaan berkirim kartu ucapan dengan berkirim SMS. Di masa kejayaan SMS ini, cukup lumayan buang waktu. Karena harus kirim ucapan ke banyak orang dan belum bisa ngirim ke banyak orang sekaligus, harus satu-satu. Tapi untungnya saat itu yang punya ponsel belum menjamur kayak sekarang. Jadi belum banyak nomor telepon yang harus dikirimi ucapan.

Kalau sekarang? Teknologi sudah makin menggila. jadi sekarang kita sering terima broadcast ucapan selamat hari raya. Lalu pertanyaannya adalah, apa reaksi anda saat terima broadcast seperti itu? Kalau aku sih tetap aku bales. Kenapa? Coba bayangin, kayak aku, nomor kontak telepon di ponsel aku ada 1.000 orang lebih. Anggap yang harus aku kirimkan ucapan 500 orang saja. 

Butuh waktu berapa lama kalau seandainya aku nggak broadcast ucapan. Seminggu belum tentu cukup waktunya. Sementara kalau ucapan kita cicil seperti layaknya saat kita menyiapkan kartu lebaran sejak awal puasa sampai minggu ketiga puasa, dengan teknologi ponsel saat ini, juga nggak mungkin. Lah masak ucapan selamat lebaran udah diterima sejak awal puasa.

Kecuali mau ngetik ucapan seharian, mungkin 3 hari bisa selesai, terus kapan mau masak rendangnya, kapan mau bebenah rumah, kapan mau bikin ketupat, kapan mau ngejar target khatam ngajinya. Bisa-bisa lebaran cuma makan kerupuk udang doang. Jadi jangan bete sama orang yang suka broadcast ucapan selamat hari raya. Bukan karena nggak tulus atau nggak ikhlas, tapi memang waktunya nggak ada. 

Kalau ada yang bilang, daripada broadcast ketauan nggak usah ngucapin sekalian. Ini pernyataan yang nggak bijaksana. Yang broadcast justru karena mengingat anda, makanya ingin menyampaikan ucapan selamat langsung ke anda pribadi, tidak melalui grup chat ataupun melalui status di media sosial yang di tag ke banyak orang. 

Yang kayak gini justru aku nggak suka. Karena tag keroyokan itu bikin cepet ngabisin baterai dan kuota, karena notifikasinya bisa terus-terusan tiada henti. Sementara bila broadcast, kita bisa menghemat banyak hal, mulai dari waktu, kuota, tenaga dan juga pikiran.

Aku kalau nge-broadcast, ucapan Hari Raya Idul Fitri  yang pasti aku buat sendiri, dan orang-orangnya aku kelompok-kelompokin. Untuk teman ngirim ucapannya beda dengan untuk keluarga, dan beda lagi untuk relasi. Mengklasifikasikan penerima broadcast aja udah makan waktu lumayan. Belum lagi milih-milih sesuai dengan agamanya. Sudah kayak gitu aja, kadang kekirim juga ke orang yang beragama lain.

Dengan ocehan aku yang panjang lebar di atas, aku cuma mau minta maaf sebelumnya, bukan nggak menghargai penerima ucapan, bukan nggak tulus, bukan nggak ikhlas, juga bukan nggak niat bersilahturahmi, tapi emang waktunya hanya bisa untuk broadcast. Kalau nggak broadcast, terus kapan waktu aku untuk nyiapin segala sesuatunya untuk lebaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun