Mohon tunggu...
Cynthia Kirana Dewi
Cynthia Kirana Dewi Mohon Tunggu...

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga tapi sekarang sudah jadi Sarjana Ilmu Komunikasi :) | Always Playing Some Melody and Make A lot of Simphony :) | songwriter | keeprocknroll m/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Didikan Militer ala Mamahku

5 November 2012   14:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:56 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sinar matahari masih sedikit menampakkan sinarnya. Suara-suara kehidupan sudah ada sedari tadi, aku sudah mendengarnya tapi masih enggan beranjak dari balik selimutku. Akhirnya suara wanita itu memanggilku, menyuruhku untuk segera mandi kemudian melakukan sholat subuh dan berganti kostum ala anak-anak SD yaitu mengenakan kemeja putih dan rok pendek berwarna merah. Sudah disiapkan pula 3 piring di meja. Yah, itu sarapanku pagi ini dan sarapan kedua kakakku juga tentunya. Dan menu sarapan pagi ini harus dihabiskan dan jika tidak dihabiskan pasti dia akan marah. Karena kata mamah sarapan itu penting. Entah kenapa, aku selalu tak pernah diberi alasan mengapa sarapan itu penting.

Ibu ( foto dari : kemonbaca.blogspot.com)

Mamahku juga yang mengantarkan aku dan kedua kakakku ke sekolah. Kami tidak pernah sekalipun terlamabat masuk sekolah. Setelah aktivitas sekolah selesai beliau juga yang menjemputku sekolah. Sesampai di rumah aku harus langsung berganti pakaian rumah kalau tidak lagi-lagi dia akan marah. Setelah aku mencuci kaki dan tangganku aku pun diambilkannya makan siang, dan lagi-lagi harus dihabisakan. Pernah suatu kali kakakku tidak habis makanannya, beliau ambil sapu dan dipukul lah kakakku dengan sapu tersebut. Kata mamah kita harus menghargai makanan. Setelah makan siang dia membiarkanku untuk bermain atau sekedar nonton tivi. Terkadang dia menyuruhku untuk tidur siang tapi aku enggan melakukannya. Kemudian sore pun tiba, waktu menunjukkan pukul 16.00 sore dan di jam tersebut kami bertiga harus sudah mandi, karena kalau tidak dia akan marah lagi.

Selain bersekolah formal, aku juga bersekolah agama semacam TPA (Tempat Pendidikan Al-Qur’m) nama tempat itu adalah Uswatun Hazanah yang sistem belajarnya seperti Sekolah Dasar. Ada kelas 1 – 6 dan ada juga wisuda di kelas 3 dan 6.  Kita akan di wisuda di kelas 3 jika kita sudah khatam Iqra’ dan Wisuda di Kelas 6 jika kita sudah Khatam Al-qur’an. Sekolah ini seminggu terbagi menjadi 3 hari yaitu : Senin, Rabu dan Jum’at. Jam 15.00 kami sudah harus masuk kelas. Pelajran yang diajarkan juga lengkap mulai dari Tauhid, Tajwid, Tarikh, Bahasa Arab dan lain-lain. Nah, suatu hari aku jenuh untuk berangkat TPA. Aku menangis dan tidak mau berangkat. Akan tetapi, mamahku tetap memaksa aku untuk berangkat akhirnya, beliau mengantarkanku ke TPA tersebut. Aku masih menangis dan tidak mau belajar di sana. Oke, kesabaran mamahku aku pikir luluh juga, dia mengajakku pulang dengan senyum. “ Ya udah kita pulang” katanya. Aku pun mengangguk tanda setuju. Dan ternyata sesampainya di rumah aku dibawa ke kamar mandi dan diguyur berulang-ulang sampai air di bak mandi habis, sampai aku menangis dan menjerit-jerit. Dia berkata aku harus minta maaf kepadanya dan tidak mau mengulang kejadian itu lagi dan harus mau untuk berangkat TPA. Akhirnya aku pun meminta maaf.

Dan kemudian jika adzan maghrib telah terdengar, televisi di rumah harus dimatikan. Beliau waktu itu juga tidak memberikan alasan apapun soal peraturan itu.  Kemudian setelah tivi dimatikan kami harus segera mengambil air wudhu kemudian melaksanakan sholat berjama’ah kemudian mengaji bersama. Setelah itu kami di suruh belajar sampai jam 21.00 malam. Dan tivi boleh dinyalakan lagi setelah jam 21.00. Karena kami besok harus sekolah terkadang kami juga langsung tidur. Tapi terkadang kami juga menyempatkan menonton tivi paling lama 1 jam dari jam 21.00. Begitu setiap hari, terkadang kami bertiga juga jenuh untuk belajar, maka jika orang tua kami pergi sedari maghrib kami pun memutuskan untuk menonton tivi saja daripada belajar.

Berdasarkan kisah ini dapat terlihat bahwa :

1.Peran ibu atau mamah sangat penting dalam mendidik anak

2.Mengajarkan anak untuk memiliki tanggung jawab untuk bersekolah

3.Mengajarkan anak untuk menghargai makanan

4.Mengajarkan anak mencari arti penting sarapan

5.Mengajarkan anak pentingnya menjaga kebersihan diri sendiri

6.Memberikan anak waktu untuk bermain

7.Mengajarkan anak bahwa ilmu agama juga sama penting dengan pelajaran

8.Mengajarkan anak untuk peka terhadap waktu beribadah

9.Mengajarkan anak bahwa ada waktu tanpa tivi dalam sehari

10.Mengajarkan anak bahwa jam belajar memang sudah ditentukan

Sebenarnya masih banyak yang dapat kita ambil dalam kisah ini, akan tetapi yang sepuluh ini juga sudah cukup mewakili bagaimana mendidik anak ala mamahku. Memang tidak ada salahnya jika memberi sedikit hukuman dalam mendidik anak, akan tetapi jangan terlalu sering menghukum mereka karena bisa berdampak negatif bagi perkembangan psikologis mereka. Setelah dewasa aku sempat mendengar pernyataan mamahku bahwa dia dulu waktu kecil juga sering diperlakukan begitu, karena dulu ayah mamahku (kakekku) adalah seorang angkatan darat dan dia selalu tegas kepada anak-anaknya dalam hal mendidik anak.

13521251841274485061
13521251841274485061
Pasukan Angkatan Darat (foto dari : strategi-militer.blogspot.com)

Tetapi jaman juga semakin berkembang, anak jaman sekarang sudah bisa kritis. Oleh karena itu, jika anda sekarang sebagai orang tua yang ingin membuat aturan dalam mendidik anak, maka berilah mereka alasan mengapa peraturan itu dibuat, apa manfaat dan fungsinya, agar mereka mengerti dan bisa melaksanakan peraturan tersebut. Kemudian jadilah orang tua yang bisa menjadi sahabat untuk anak kalian, agar kalian selalu dekat dan jika mereka ada masalah tidak sungkan untuk bercerita langsung dengan orang tua. Dan para orang tua juga bisa memberi solusi yang terbaik bagi anak-anak mereka. Semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun