Mohon tunggu...
Nafisah Luthcu
Nafisah Luthcu Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah perisai

Selanjutnya

Tutup

Diary

Lebih Menyenangkan dari Ramadan

28 September 2025   07:18 Diperbarui: 28 September 2025   07:18 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar AI oleh Llama 4 dari WhatsApp Bussines

Dini hari, aku terbangun mendengar suara piring yang bersentuhan dengan sendok. Rupanya dua putraku, Fatih dan Burhan, sedang makan sahur.
Fatih yang sudah duduk di kelas enam SD, ingin belajar mengqada puasa Ramadan. Ia batal berpuasa tiga hari karena sakit. Burhan masih duduk di bangku kelas dua SD, ia ingin meniru kakaknya berpuasa qada. Pada bulan Ramadan ia hanya berpuasa penuh selama satu minggu.
Fatih memang terbiasa bangun untuk sahur setiap hari Senin dan Kamis. Jika sedang tidak haid, aku juga ikut menemaninya berpuasa. Katanya, ini hari terakhir ia mengqada puasanya. Ia mulai menikmati ibadah puasanya, ia selalu gembira saat memasuki Bulan Ramadan.
"Ma, ternyata yang menyenangkan itu bukan Bulan Ramadannya, tetapi puasanya," katanya saat pertama kali puasa qada.
Berbeda dengan Burhan, ia masih sering tergoda saat melihat orang lain makan. Berkali-kali ia memelas meminta izin padaku untuk berbuka. "Ma, ini belum Ramadan, berarti bukan puasa benaran, kan? Jadi aku boleh berbuka, ya!" pintanya.
"Puasa itu tidak ada benaran atau bohongan. Ada juga puasa sunah atau puasa wajib. Puasa Ramadan dan puasa qada itu hukumnya wajib. Buat kamu, puasa hari ini hukumnya sunah." Jawabku.

"Waktu itu aku boleh berbuka, kenapa sekarang nggak boleh?" ia bertanya lagi.
"Dulu, kamu masih belajar mengenal puasa. Sekarang, sudah waktunya kamu belajar bersungguh-sungguh. Ketika kamu berniat puasa, maka mulai saat itu kamu harus bertekad untuk menyempurnakan puasamu. Jangan mudah tergoda oleh rintangan apa pun, kecuali ada hal yang memperbolehkan berbuka seperti sakit atau bepergian jarak jauh." Aku menjelaskan.
Burhan mengikuti arahanku untuk bermain agar ia melupakan keinginannya untuk makan. 
Mengajarkan berpuasa kepada anak perlu disesuaikan dengan usianya. Ia diajak berpuasa mulai usia tujuh tahun, dengan pendekatan dan pengenalan sebelumnya, bisa dimulai sejak usia lima tahun. Setelah diajak, kemudian perlahan diajarkan segala hal yang harus diperhatikan saat berpuasa. Jangan terlalu memaksa, tetapi juga jangan terlalu lama menunda agar anak terbiasa. Perlahan tapi pasti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Baca juga: Buku Baru

Baca juga: Lomba Menulis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun